2. Tentang Jatuh Cinta

4.3K 391 53
                                    

Jatuh cinta.

Siapa yang tidak pernah merasa seperti itu? Aku yakin setiap umat manusia pernah merasakan seperti apa rasanya jatuh cinta itu.

Aku bukan tipe orang yang sering berganti pacar. Jelas saja, aku bukan piala bergilir. Aku tak begitu menguasai komunikasi dengan pria kecuali dengan Mas Irvanㅡ kakakku. Aku tidak terlalu memikirkan untuk punya pacar atau yang semacamnya. Jadi jujur, aku belum pernah pacaran selama aku hidup. Kalau kalian mau meledekku, silahkan, aku tidak akan peduli.

Kenapa aku tidak pernah punya pacar? Aku akan berterus terang. Sejak SD, bisa dibilang aku sangat tomboy. Saat itu, aku memang bisa berkomunikasi dengan teman-teman lelaki dan bermain bersama mereka di lapangan bola daripada bermain bola bekel atau congklak di lorong sekolah bersama teman perempuan yang lainnya.

Lalu pada masa SMP, aku menyukai seseorang. Di usia segitu, masa pubertas, wajar jika aku jatuh cinta. Bahkan, aku menganggap ia sebagai cinta pertamaku. Tapi, ia punya pacar pada saat itu. Membuatku berpikir kalau menyukai seseorang seperti dia sangat sia-sia. Karena itu aku jadi tak pernah berniat untuk dekat dengan pria lagi, dan mencari jati diri sebagai seorang gadis yang seutuhnya.

Saat SMA, Mas Irvan sudah mulai kuliah. Melihat Ayah dan Ibu sangat kesusahan membiayai pendidikannya, aku terus belajar dan belajar mencari cara agar memudahkan mereka kedepannya. Jadi, aku tak pernah terpikir untuk memiliki pujaan hati saat itu dan disinilah aku untuk menuntut ilmu.

"Ghan, biar lo gak stress, cari cowok gih."

Aku teringat kalimat Mas Irvan saat menghubungiku semalam. Sampai sekarang, kalimatnya terngiang di telingaku. Seenak perutnya saja bicara. Ia pikir cari pacar itu mudah apa? Aku ingin bicara padanya kalau aku tak seperti dia yang sering membawa anak orang ke rumah. Berbeda satu sama lain pula.

Sekarang aku sedang berada di kampus. Sendirian pula. Yoongi masih sibuk mengajar dan sekarang tidak ada kelas yang harus aku datangi lagi.

Aku berjalan di lorong kampus sendirian, melihat yang lainnya bergerombol dengan teman-teman mereka. Aku iri, sangat iri. Kalau begini aku pulang saja.

Drrrt

Ponselku bergetar. Ada pesan masuk.

Yoongi
Ada dimana?
Datanglah ke ruang kesehatan.

Ruang kesehatan?

Aku tak pernah menyangka bahwa Yoongi cukup menyebalkan. Apa dia lupa bahwa aku orang awam disini?! Bagaimana aku tahu letak ruangan kesehatan di kampus sebesar ini?

Oke, maaf. Ini salahku karena tak memperhatikan pemandu saat melakukan tour kampus.

Disaat darurat seperti ini, aku memutuskan untuk bertanya pada seseorang. Mungkin seorang pemuda yang sibuk dengan ponselnya di ujung lorong kampus ini bisa membantu.

Aku segera berjalan padanya, dan ia menyadari kehadiranku. Ia mematikan layar ponselnya dan segera tersenyum kepadaku. Banyak banget cowok ganteng di sini apa?

"Apa kau perlu bantuan?"

"Ahh iya!! Aku sedang mencari ruang kesehatan."

Ia berdiri dengan sigap dan memasukkan ponsel itu ke saku jaketnya. Tubuhnya tinggi, bulu matanya lentik, hidungnya mancung, senyumannya berbentuk seperti kotak... Aku akui dia sangat menawan. Pasti dia populer seantero kampus ini.

"Ikut aku."

Aku mengikuti langkahnya dan berjalan di sampingnya.

"Mahasiswa baru?"

My WorldWhere stories live. Discover now