12. Kehilangan Arah

2.2K 213 5
                                    

"Nia? Ghania?! Hey!!"

Teriakan Mia membangunkanku dari lamunan. Aku terkekeh padanya dan menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal itu.

Aku dan Mia sedang berada di kantin. Aku sedang menemaninya makan siang dan dari tadi aku terus melamun.

"Aish kau ini kenapa??"

"Tidak, aku tidak apa-apa."

"Dari tadi Taehyung sunbae mencarimu, tuh lihat dia menunggu di luar."

SUNGGUH?

"Astagaa maafkan aku ya, Mia. Aku akan menemuimu nanti."

Mia mengangguk dan melanjutkan makannya. Aku bangkit dari dudukku dan berlari kecil ke arah luar kantin, melihat Taehyung yang berdiri disana dan berkutat dengan ponselnya. Seperti biasa ia menyapaku dengan senyuman hangat. Aku membalasnya dengan senyuman juga.

"Kau tidak apa-apa? Melamun separah itu."

Jelas aku ada apa-apanya. Tapi aku tak akan bilang pada Taehyung.

"Tak apa kok, aku memang seperti itu."

Ia menghela nafasnya. "Yakin?"

Kelihatannya ia sangat khawatir akan keadaanku. Tapi apa mungkin aku jujur padanya? Tidak, kan? Bukankah aku hanya akan melukainya?

"Yakin kok!!" aku tersenyum.

Aku seperti merasa kalau aku sedang kehilangan arah saat ini juga.

"Liburan semester…"

"Aish, itu masih dua bulan lagi!"

Ia tertawa. "Aku kan hanya bilang!!"

"Hehehe. Kenapa? Liburan semester?"

"Kau mau pulang ke Indonesia?"

Aku termenung. Pulang ya…

"Sepertinya aku akan pulang. Bisa dihajar orang tuaku jika aku tidak pulang," ucapku sambil tertawa.

Taehyung hanya ber oh ria padaku. Ia bertanya hal ini karena dua bulan kedepan ia akan sibuk dengan kegiatannya yang penuh, ia takut jika tak bisa menghubungiku. Ia akan hadir jika aku membutuhkannya dalam keadaan urgent, jadi ia bilang padaku untuk jangan khawatir.

Setelah itu, ia menyentil dahiku dan tersenyum. Rasanya aku tak ingin dia sibuk… Kenapa jadwalnya tiba-tiba sibuk bahkan sebelum liburan tiba?

Aku kembali ke kantin dan menemui Mia yang masih memakan makan siangnya. Aku kembali duduk di tempat semula, dan menghela nafas sehingga mungkin membuat gadis disampingku ini keheranan.

"Kau ini kenapa?? Apa melamun itu sudah jadi hobimu?"

Bukan masalah kenapa. Saking pusingnya memikirkan hal semalam aku sampai tidak bisa menceritakan kegalauanku kepada siapapun. Siapa yang mau mendengar omong kosong seseorang tentang mimpi? Sekalinya aku cerita pada Hyoah pasti akan berakhir dengan ejekan.

"Tidak.. Aku hanya banyak pikiran akhir-akhir ini. Tapi aku baik saja."

"Sungguh?"

Aku mengangguk. "Iya."

Mia menatapku melas. "Kalau sekiranya kau tak bisa menanganinya sendiri, 'kan bisa cerita padaku." ucapnya.

Aku tersenyum padanya. "Iya, cerewet. Terima kasih!!"

🎡

Setelah kelas selesai, aku tidak langsung pulang ke apartemen. Aku pergi ke sebuah tempat yang nyaman karena aku ingin menghubungi orang rumah yang di Jakarta.

My WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang