35. Once Upon Time (END)

40.4K 2.7K 383
                                    


Tidak semua kisah akan berakhir bahagia selama-lamanya. Di saat cerita itu berakhir, bukan berarti kisahnya akan berhenti begitu saja. Bisa jadi kisah-kisah yang lain baru saja dimulai.

Kisah Cinderella, mungkin kehidupannya bersama sang Pangeran tak selamanya bahagia. Ia akan mengalami masa-masa sulit disaat mendampingi Pangeran. Atau bisa jadi ibu dan kedua kakak tirinya kembali mengusik kehidupan Cinderella lagi? Who knows?

Red Riding Hood. Mungkin ia tidak jadi dimakan sang serigala. Bisa juga ia menjadikan sang serigala itu hewan peliharaan atau justru malah membunuhnya? Yang jelas sang serigala tidak berubah menjadi seorang Pangeran tampan.

Merida. Memang benar sang Ratu sudah tidak mengekangnya dengan berbagai peraturan rumit sebagai seorang Putri, tapi tetap saja dialah yang kelak akan menggantikan ibunya memimpin kerajaan. Mau tidak mau, ia tetap akan belajar bersikap menjadi seorang yang akan memimpin rakyatnya.

Begitupun dengan kisah Ishana Areta Ariawan. Kisahnya memang tidak seindah cerita-cerita dongeng, tetapi kisahnya akan lebih berharga dibanding hanya cerita lainnya. Karena, pada akhirnya, ia bisa meraih impiannya kembali.

Siang ini, di dalam kelas yang sepi karena penghuninya sudah menyerbu kantin. Icha duduk termenung menatap tetesan air hujan yang mengalir di balik kaca jendela kelasnya. Beberapa hari ini cuaca sangat tidak menentu. Terkadang mendung tapi tidak hujan. Terkadang paginya panas, tetapi siang hujan deras. Musim saja bisa galau, bagaimana dengan Icha?

But every time you hurt me, the less that I cry

And every time you leave me, the quicker these tears dry

Lagu Too Good at Goodbyes milik Sam Smith menjadi favorit Icha akhir-akhir ini. Bahkan ia sampai memutarnya berkali-kali tanpa merasa bosan. Dan entah kenapa, lagu itu paling cocok didengarkan saat hujan, suasana sepi, dan hati Icha mendadak terasa kosong.

Karena terlalu suka, Icha bahkan meminta Nadi untuk memainkan lagu itu dengan biola kesayangan Nadi dua hari yang lalu. Sekarang Nadi sedang sibuk dengan kegiatan barunya, belajar bermain biola. Icha suka dengan semangat baru Nadi. Seolah Icha melihat semangatnya sendiri dengan kegiatan barunya. Yaitu menulis.

Tangan Icha meraba liontin berbentuk bunga sakura yang saat ini ia pakai. Sekarang, liontin itu tidak hanya menyimpan kenangan nama satu orang saja, melainkan dua nama sekaligus. Seseorang yang menjadi sahabatnya dan seseorang yang masih menguasai hatinya.

Sudah 2 bulan tanpa terasa sejak Icha meminta Ardo pergi. Dan ternyata Ardo benar-benar pergi dari hidupnya. Icha hanya sesekali melihat punggung dan tawa Ardo dari kejauhan. Berpura-pura tidak melihat saat berpapasan dengannya dan berpura-pura bahwa hati Icha baik-baik saja tanpa Ardo.

"Tuh, kan, ngelamun lagi. Lo nggak laper? Ke kantin, yuk!" Meta bergelayut manja dilengan Icha seperti anak koala.

Icha menggeleng pelan. "Nggak, ah. Males. Lagian di kantin kalau hujan-hujan gini ramai banget. Paling kita nggak kebagian kursi."

"Ah, ya, lo bener juga. Tapi gue laper, Cha." Wajah Meta terlihat melas penuh penderitaan.

Icha tersenyum jahil karena sebenarnya dari tadi ia sudah menyiapkan jajanan yang dibawakan oleh Mama Ratih untuk Meta. Icha mengeluarkan sekotak makanan dari dalam lacinya. "Nih, tadi Mama bawain gue risoles, bakpao, lumpia, sama onde-onde. Bawanya banyakan biar bisa makan sama lo, Met."

"Ih, nyokap lo baik banget, sih, Cha. Tahu aja kalau hujan-hujan gini bawaannya laper mulu."

Meta langsung melahap satu risoles tanpa ragu.

MIMPI [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now