18. Kencan?

26K 2.6K 291
                                    

Jika ketertarikan dengan seseorang bisa diukur dengan prosentase, mungkin sekarang ini Ardo sudah 55% tertarik dengan cewek di depannya. Icha.

"Gue suka baca komik, itu juga karena adik gue yang suka koleksi," kata Icha saat ia dan Ardo masih berkeliling mengunjungi stand-stand yang ada di Comic Festival.

Ardo hanya menanggapi Icha dengan ber-oh ria.

"Kalau lo suka baca manga apa aja, Do? Gue lebih suka manga genre romance shoujo, sih. Yang anak sekolahan gitu."

"Kelihatan banget dari muka lo," sahut Ardo masih sambil berjalan di depan Icha. Sekilas Ardo menoleh ke belakang melihat raut wajah Icha yang terlihat kesal. Ardo tersenyum tipis dan berhenti di salah satu stand.

"Cha, lo nggak mau beli gantungan kunci kayak ini?" Ardo menunjukkan gantungan kunci lucu-lucu pada Icha.

"Woah, lo mau beliin gue?" tanya Icha antusias. Ardo heran, kenapa raut muka cewek itu cepat sekali berubah. Tadi ditekuk sekarang cerah. Bentar lagi bisa saja berubah jadi iblis.

"Nggak. Gue cuma nawarin doang. Siapa tahu lo tertarik." Setelah mengucapkan hal itu Ardo melenggang pergi meninggalkan Icha yang langsung memasang muka asam, kecut, dan asin.

Ardo tidak tahu kenapa ia bisa berpikiran mengajak Icha ke festival itu. Padahal biasanya ia sering datang bersama Umar dan Roni. Ini pertama kalinya Ardo jalan dengan cewek, berdua saja, tanpa status. Eh, maksudnya, Icha bukan teman akrabnya, pacar, atau juga gebetan.

Ardo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Entah kenapa ia mendadak kikuk sendiri.

"Lo mau ikut gue makan atau pulang?" Pertanyaan Ardo disambut dengan tatapan aneh dari Icha.

"Hah? Dasar cowok tidak berperikemanusiaan! Kalau lo yang ngajak jalan, ya lo juga yang harus bertanggung jawab dengan kondisi perut gue." Icha berdecak kesal. Ia rasa Ardo adalah cowok paling nggak peka dengan kondisi orang di sekitarnya. "Gue ikut lo makan. Ayo, mau makan di mana? Gue kelaperan."

Icha berjalan lebih dulu mendahului Ardo. Ardo kembali menggaruk kepalanya, dan cepat menyusul Icha.

--**--

Icha mengunyah makanannya dengan pelan, matanya tetap fokus menatap sosok cowok di depannya. Ia berusaha mencari sesuatu yang mungkin, sedikit mencurigakan dari Ardo.

Apa jangan-jangan Ardo itu kakaknya Nadi? Nggak mungkin! Pasti bukan Ardo. Tapi, bisa jadi, sih.

Icha berpikir keras hingga ia tidak sadar jika Ardo sudah balik menatapnya.

"Lo suka sama gue, Cha?" tanya Ardo tiba-tiba, membuat Icha tersentak kaget hingga terbatuk-batuk. Cewek itu meraih botol air mineral di depannya dan segera meminumnya dengan cepat.

"Ngaku atau gue ci ..." Ardo memanjangkan kata 'ci' dalam kalimatnya.

"Apaan, sih. Nggak. Ngawur lo. Kepedean banget."

Ardo tersenyum hingga lesung pipitnya terlihat. Kali ini, ganti Icha tersedak minumannya. Bukannya menolong Icha, Ardo malah tertawa terbahak-bahak melihat Icha tersedak dua kali dan sekarang wajah Icha sudah mirip seperti perpaduan kepiting dan udang rebus.

Sial. Nih, cowok malah bahagia di atas penderitaan gue.

Tiba-tiba saja ponsel Ardo berdering dengan lagu Heathens milik Twenty One Pilots.

"Halo! Ada apaan, Nad? Hah? Minggu ini. Aku ... nggak bisa." Ardo melirik sekilas ke Icha, Ardo beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menjauh dari Icha.

MIMPI [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now