1. Kalung Keramat

123K 6.3K 720
                                    


---
Hidup memang tidak seindah drama Korea, tidak serumit sinetron Indonesia, tidak juga seajaib FTV. Tapi nyatanya hidup itu sepahit pare. Sesosok gadis berambut panjang terkapar di pinggir lapangan tepat di bawah pohon mangga yang teduh. Tapi tenang, rambutnya dikuncir ekor kuda, bukan digerai kemudian punggungnya bolong. Tidak.

"Es teh... oh ibu peri yang baik hati aku butuh es teh..." ucapnya pelan.

"Mimi peri kali yang bakalan datang." Sesosok gadis lain, kali ini berambut pendek sebahu duduk di samping gadis berkuncir ekor kuda tadi sambil mengatur napasnya yang masih tersengal.

"Astaga, kapan lo duduk di samping gue, Met?" Gadis itu bangkit dari tanah, eh ralat bangkit dari posisinya yang terbaring di rumput. Ia membersihkan rambutnya yang dihiasi rumput kering yang tidak bergoyang.

"Sejak Avatar Aang muncul kembali di bumi." Meta menatap sahabatnya itu dengan kesal. "Lari lo cepet amat kayak cheetah. Tega lo ya nggak nungguin gue. Padahal gue dihukum gini gara-gara lo nih, Cha."

Icha meringis. Ia tahu semua memang kesalahannya. Salah Pak Sam juga harusnya. Kenapa harus muncul lagi saat si Joko sudah bilang jika jam pelajaran olahraga kosong pagi ini. Icha yang notabene malas mengikuti pelajaran olahraga, langsung tancap gas ke kantin begitu mendengar berita menggembirakan itu.

"Maaf deh, Met. Salahin si Joko tuh. Informan nggak akurat dan terpercaya. Kan gue udah seneng kalau Pak Sam pergi. Jadinya gue bebas nggak ikut jam olahraga. Maafin gue dong." Icha mencolek-colek pipi Meta. Tetapi Meta masih saja cemberut.

"Iya gue maafin. Tapi gue nggak mau terlibat tindakan kriminal lagi sama lo." Meta berdiri dari duduknya. Menepuk-nepuk bokongnya yang sedikit kotor.

"Lo kira gue habis ngerampok apa? Tindakan kriminal. Lebay lo ah. Eh, mau ke mana lo?" Icha ikutan berdiri.
Meta menunjuk ke arah lapangan basket di mana teman-teman sekelasnya sedang bermain basket. "Gabung sama temen-temen."

"Bentar deh. Nunggu Pak Sam manggil kita dulu." Dalam hati Icha menghitung mundur dari angka 3. Dan benar, Pak Sam langsung berteriak memanggil nama Icha dan Meta sekeras penjual sayur di komplek perumahan Icha. "Nah bener kan kata gue. Ayok."

Icha menarik tangan Meta menuju lapangan sebelum Pak Sam semakin kencang meneriakkan nama dua gadis itu.

--**--

Icha menuangkan bedak bayi di telapak tangannya. Kemudian menepuk-nepuknya di semua bagian wajahnya. Tak lupa ia juga mengeluarkan baby cologne dan mengusapkannya di beberapa bagian tubuhnya.

"Yes, sudah wangi. Setidaknya penampakan gue nggak kayak troll yang jelek dan bau." Icha nyengir di depan kaca wastafel di dalam toilet cewek.

"Troll itu apaan Cha?" tanya Meta dengan wajah bingung bin polos.
Kepala Icha otomatis menoleh ke Meta. "Lo pernah nonton Frozen nggak? Atau lo pernah nonton The Smurfs?" Meta mengangguk cepat.

"Nah itu yang namanya troll."

"Eh? Itu kan troll-nya imut, Cha." bela Meta. Ia tidak terima troll di film itu dikatain jelek dan bau oleh Icha.

"Troll yang asli itu bau dan jelek. Kalau di film Disney mah emang dibuat imut, lucu dan gemesin." Icha merapikan baju seragam OSIS yang ia kenakan. Memastikan jika dirinya layak untuk ditatap. Kali aja ada pangeran nyasar ke sekolahnya.

"Balik yuk."

"Yuk. Eh, bentar." Icha sekali lagi memperhatikan penampilannya di depan cermin. Seperti ada yang kurang dari dirinya. Tapi apa?

"Kalung gue? Kalung gue di mana Meta?" Icha panik luar biasa. Ia meraba-raba lehernya. Mencari ke semua sudut toilet itu hingga ke tempat sampah, kecuali closet dan lubang pembuangan. Nggak mungkin masuk ke situ kan?

MIMPI [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang