17. Hidden

25.3K 2.5K 233
                                    

"Ehm, Nadi itu ... sahabat gue, dulu. Tapi,"

Meta menunggu kata-kata Icha dengan sabar. Sesekali ia menoleh ke arah cewek-cewek di kelas mereka yang sejak tadi bergosip ria. "Tapi, apa?"

"Tapi, karena satu kesalahan gue, persahabatan gue sama Nadi hancur, Met." Tanpa Icha sadari setetes air matanya jatuh. Tetapi Icha cepat-cepat menghapus air matanya yang menggenang.

"Dulu lo anak basket?" tanya Meta lagi. Icha mengangguk. "Terus kenapa lo berhenti main basket?"

Icha mencoba menahan tangisannya. Jika mengingat kejadian setahun yang lalu, rasanya Icha ingin lenyap dari dunia ini. "Karena Oma dan Nadi. Ceritanya panjang, Met. Gue nggak bisa ceritain ini ke lo sekarang. Lo percaya sama gue, kan? Gue nggak bermaksud bohong sama lo. Gue cuma pengen punya sahabat yang tulus mau sahabatan sama gue, bukan karena kasihan. Maafin gue, Met."

"Kenapa lo minta maaf sama gue coba? Lo nggak salah. Gue ngerti maksud lo." Meta menepuk bahu Icha beberapa kali, mencoba menenangkan sahabatnya itu. "Terus, di mana Nadi sekarang?"

Icha menggeleng keras. "Gue nggak tahu. Sejak itu, dia menghilang bersama keluarganya. Dan liontin itu adalah tanda persahabatan gue sama Nadi. Gue nggak mungkin merelakan liontin itu hilang, Met."

"Terus, soal kakaknya Nadi yang sekolah di sini gimana?"

"Entahlah. Yang gue tahu dulu, kakaknya Nadi itu sekolah di SMA elite di kota ini. SMA Garuda. Nggak mungkin kan dia tiba-tiba pindah ke sekolah biasa? Atau dia benar-benar mau balas dendam sama gue?"

Meta mengangkat kedua bahunya. "Gue juga nggak tahu. Jangan berburuk sangka dulu. Jangan cepat percaya dengan gosip. Karena gosip itu penyakit yang mengerikan."

"Ih, tapi lo percaya kan sama gosip itu?"

"Nggak seratus persen. Buktinya gue mastiin dan nanya ke lo dulu, kan?"

Akhirnya Icha bisa tersenyum. Meta memang sahabat terbaiknya saat ini. Ia tidak ingin kehilangan Meta seperti ia kehilangan Nadi. Tidak akan lagi.

"Bu Susi dateng," ucap Meta.

Icha segera mengusap sisa-sisa air matanya. Ia jadi malu kalau ketahuan cengeng seperti ini di depan Meta. Meski notabene Meta sahabatnya sendiri.

--**--

Sadar atau tidak, semua orang pasti mempunyai rahasia masing-masing. Bukan hanya Icha, mungkin saja Meta, Ardo atau Erlang juga punya rahasia yang mereka simpan sendiri. Tapi sekarang Meta sudah tahu apa hubungan Icha dengan Nadi. Hal itu bukan lagi rahasia lagi.

Meta hanya belum tahu penyebab hancurnya persahabatan Icha dan Nadi.

Icha duduk di bangku penonton menatap lapangan basket yang dipenuhi oleh anak-anak tim basket SMA Tunas Bangsa. Sepertinya bulan depan akan ada pertandingan basket antar sekolah SMA. Mereka pasti sedang berlatih dengan keras.

Icha jadi merindukan masa-masa itu.

Nadi? Gue kangen main basket sama lo, Nad.

"Ngelamun lagi? Kenapa sekarang ini gue lebih sering lihat lo ngelamun sih, Cha?"

Suara itu. Tidak perlu melihat wajahnya pun Icha sudah tahu suara siapa itu. "Ngapain lo di sini? Sejak kapan lo suka merhatiin gue?"

Ardo duduk di samping Icha. Icha menggeser tubuhnya, jauh dari Ardo.

"Ngapain lo ngejauh? Gue nggak gigit kali, Cha. Gue jinak. Serius."

"Gue lagi nggak mood bercanda," ucap Icha ketus.

MIMPI [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now