30. Sahabat Lama

22.7K 2.3K 176
                                    


"Gi ... gimana kamu bisa ... dapetin liontin itu, Nad? Jangan-jangan lo yang ngambil,"

"Nggak, Kak. Nadi nggak ngambil dari Kak Ardo." Nadi langsung memotong omongan Ardo. "Nadi nemuin liontin itu jatuh, waktu Kak Ardo ngambil jaket dengan terburu-buru. Kak Ardo nggak ingat?"

Ardo mengusap wajahnya kasar. Ia tidak pernah memikirkan kemungkinan itu. Ia baru ingat jika saat itu ia menyimpan liontin Icha di dalam kantong jaket yang ia ambil asal dari gantungan baju di kamarnya. Sekarang ia bingung harus menjelaskan seperti apa pada Nadi.

"Gini, Nad ..."

"Jelasin ke Nadi, Kak. Apa maksud semua ini? Kenapa kakak bohongin Nadi?" Mata Nadi sudah mulai berkaca-kaca. Gadis itu tidak pernah menyangka jika sepupunya yang sudah ia anggap sebagai kakak kandungnya sendiri itu tega membohonginya. Padahal Nadi sangat mempercayai Ardo.

"Oke, maafin aku, Nad. Aku nggak bermaksud bohongin kamu. Aku cuma ingin kamu nggak berhubungan lagi dengan Icha. Karena ... bagaimana pun juga, dia yang sudah buat kamu celaka. Ingat itu, Nad!"

"Nggak! Kenapa, sih, semuanya nyalahin Icha terus? Berapa kali Nadi bilang, itu bukan salah Icha. Nadi yang salah. Jadi Nadi yang bikin kita berdua celaka. Itu bukan salah Icha, Kak," jelas Nadi dengan suara sedikit serak.

"Nad, tapi Icha itu sudah hancurin impian kamu ..."

"Kak Ardo pikir impian Icha tidak hancur, hah? Sejak Nadi kepilih di tim inti dan dia cuma jadi cadangan, kakak kira Icha nggak cukup menderita? Kasihan Icha, Kak. Anak-anak basket sering gosipin dia, ngejauhin dia. Apa kakak pikir kalau Icha nggak begitu baik sama Nadi, dia bakal tetap setia di samping Nadi? Nggak akan. Icha pasti sudah benci Nadi. Tapi Icha tetap jadi sahabat Nadi sampai kecelakaan itu terjadi."

Ardo terdiam. Ia tidak bisa menyela ucapan Nadi. Selama ini pikirannya masih dibutakan oleh dendam. Icha masih tetap salah di mata Ardo. Ya, Ardo egois. Sangat egois.

"Nadi, dengerin aku. Icha sudah lupa sama kamu, dia udah punya sahabat baru lagi. Otomatis posisi kamu sebagai sahabatnya udah tergeser. Mulai sekarang lupain Icha, dan fokus pada impian baru kamu. Aku nggak mau lihat kamu terpuruk lagi, Nad. Aku sayang sama kamu." Ardo mencoba memeluk adiknya itu, tapi Nadi mendorong tubuh Ardo.

"Nadi nggak percaya sama omongannya Kak Ardo lagi. Kalau Icha udah nggak nganggap Nadi sebagai sahabatnya, nggak mungkin Icha masih menyimpan liontin ini. Ini liontin persahabatan kita, Kak. Kak Ardo tahu, kan, itu?"

"Iya, Nad, tapi ..."

"Jadi kenapa liontin ini bisa ada di kakak? Kak Ardo yang sudah merebut ini dari Icha?"

Skakmat.

Kenapa lagi-lagi Nadi bisa menebaknya dengan benar? Ardo mengumpat dalam hati. Cowok itu seperti maling sandal yang tertangkap basah. Ardo terdiam cukup lama, hingga Nadi kembali menyadarkannya.

"Jawab, Kak!"

"Ehm, iya aku yang sengaja mengambil liontin itu dari Icha. Dan ..." Setelah itu Ardo mulai menceritakan semuanya dari awal pada Nadi. Mulai dari Ardo yang menemukan liontin Icha di lapangan, hingga semua permintaan konyol yang Ardo ajukan pada Icha. Tetapi ada satu hal yang tidak Ardo ceritakan, yaitu tentang perasaan aneh yang beberapa hari ini baru ia sadari.

Nadi mengusap air matanya yang tidak mau berhenti keluar. Gadis itu menghela napas panjang dan mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Kenapa kak Ardo jahat banget, sih, sama Icha? Icha nggak salah, Kak."

"Maafin aku, Nad," ucap Ardo pelan. Cowok itu sejak tadi berjongkok di depan Nadi.

"Nadi mau maafin kakak, tapi ada syaratnya. Nadi mau ketemu Icha, besok!" Nadi tidak mau lagi dibohongi oleh Ardo. Sudah saatnya Nadi bertemu dengan Icha. Nadi harus meminta maaf langsung pada Icha. Dan juga, ia sangat merindukan sahabat lamanya itu.

MIMPI [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now