30. Sahabat Lama

Mulai dari awal
                                    

"Oh ya, satu lagi. Kak Ardo juga harus minta maaf sama Icha. Nadi nggak mau tahu. Pokoknya harus!" Nadi menatap Ardo tajam dengan penuh ancaman.

"Eh, tapi, Nad ..." ucapan Ardo terpotong ketika Mira memanggil nama Nadi. Wanita paruh baya itu tersenyum dan menghampiri Nadi dengan wajah cemas karena melihat wajah Nadi yang habis menangis.

"Lho, Nad. Kok nangis, kenapa?" tanya Mira sambil mengusap pipi Nadi sayang.

"Nggak, kok, Ma. Nadi cuma lagi kangen-kangenan aja sama Kak Ardo. Iya, kan, Kak?"

Ardo hanya bisa tersenyum dan mengangguk samar. Sekarang Ardo harus memikirkan cara untuk mempertemukan Nadi dengan Icha. Kepalanya terasa mendidih dan hampir meledak.

--**--

Icha berjalan lesu keluar kelas setelah pelajaran jam terakhir selesai. Meta menggamit lengan Icha. Meski jam terakhir adalah pelajaran kesukaan Icha, yaitu Bahasa Inggris, tetap saja Icha merasa dirinya tidak bersemangat hari ini.

"Lo kenapa coba, Cha? Kurang asupan kasih sayang?" tanya Meta membuat Icha berhenti dan menatap Meta sendu.

"Kayaknya iya, sih, Met. Gue meriang. Merindukan kasih sayang."

"Eaaaakk ... Ah lo, mah, Cha. Emang lo merindukan siapa coba? Kak Ardo atau Kak Erlang?"

Icha hanya mengangkat kedua bahunya. Ia tidak tahu, dan tidak mau tahu. Mungkin sekarang sudah saatnya Icha mencoba melupakan masa lalunya. Bukan, lebih tepatnya berdamai dengan masa lalu dan segala permasalahannya.

Sebenarnya Erlang tidak salah, dan entahlah, Icha juga tidak tahu kenapa dirinya langsung menolak Erlang mentah-mentah seperti itu. Dan soal Ardo? Memikirkannya saja membuat kepala Icha berdenyut hebat. Tiba-tiba Icha memukul kepalanya sendiri.

"Eh, eh, Cha! Ngapain lo mukulin kepala lo sendiri, hah?" Meta langsung menahan tangan Icha.

Icha memasang wajah sedih dan melas. "Gue bego banget ya, Met? Kenapa gue tetep baik sama Ardo padahal dia udah nyakitin gue, udah hancurin impian gue? Ketahuan banget, sih, kalau gue itu remaja labil jaman now."

"Bentar ..." Meta menatap Icha dengan curiga. "Jadi lo beneran suka sama Kak Ardo? Iya?"

"Gue nggak tahu," jawab Icha dengan gelengan kepala lemah.

"Emm, tapi kalau beneran iya ..."

Belum juga Meta menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Ardo muncul entah dari mana dan langsung menarik lengan Icha. "Lo ikut gue!" Ardo menggunakan baju bebas, karena ia masih dalam massa skors. Celana jins dan hodie hitam kebanggaannya selalu melengkapi penampilan Ardo.

"Eh, eh, Do. Lepasin tangan gue. Gue nggak mau ikut sama lo!" Icha mencoba melepaskan cengkeraman tangan Ardo yang sangat kuat. "Ardo! Gue nggak mau ikut sama lo!"

"Tunggu, tunggu!" Meta berteriak menyusul Icha yang sudah dibawa kabur sama Ardo. "Kak Ardo mau bawa Icha ke mana? Lo nggak bisa seenaknya aja bawa Icha. Lo bisa gue laporin ke polisi."

Ardo berdecak pelan, kemudian tubuhnya berputar menghadap Meta. Sedangkan tangan Ardo masih setia mencengkeram tangan Icha. "Gue pinjam temen lo bentar. Nanti gue balikin."

"Nggak! Icha bukan barang yang bisa lo pinjem gitu aja." Meta tetap saja ngotot di depan Ardo.

"Lepasin tangan gue nggak?" kali ini Icha mencoba menggertak Ardo. Tetapi hal itu sia-sia belaka.

"Nggak!" bentak Ardo pada Icha. "Oke, oke. Gue mau ngajak Icha ke suatu tempat, nanti gue balikin Icha ke sini. Gimana?" Ardo bertanya pada Meta, karena cewek itu benar-benar posesif terhadap Icha. "Gue janji."

"Oke. Gue bakal tungguin lo dan Icha di sini. Nggak lebih dari 2 jam."

Ardo mengangguk dan segera membawa Icha pergi. Sebelumnya, Icha sudah menatap tajam Meta yang sudah mengizinkan serigala pemangsa seperti Ardo membawanya. Icha membayangkan jika dirinya saat ini adalah si tudung merah yang akan diculik oleh serigala licik.

Ardo langsung memasangkan helm di kepala Icha dan menyalakan motornya. Sebelum Ardo melajukan motornya, ia menggumamkan sesuatu yang membuat tubuh Icha mendadak kaku.

"Nadi mau ketemu sama lo."

--**--

Ardo dan Icha tiba di sebuah taman yang penuh dengan bunga warna-warni dan di sebelah kanan ada taman bermain yang penuh dengan anak-anak bersama orang tuanya. Icha jauh tertinggal di belakang Ardo. Mendadak kaki Icha begitu lemah. Benarkah ia akan bertemu dengan Nadi?

Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa bertemu dengan Nadi lagi. Seseorang yang akan selalu ia anggap sebagai sahabatnya. Meski sekarang ia mempunyai sahabat seperti Meta. Icha bingung harus berbicara apa dengan Nadi nantinya?

Apakah Icha harus menanyakan kabar Nadi terlebih dahulu? Atau Icha langsung memeluk Nadi begitu melihat sosoknya? Atau Icha menunggu sampai Nadi bicara lebih dulu? Icha tidak tahu.

Langkah Icha terhenti ketika ia melihat seorang cewek yang duduk di kursi roda sedang mengagumi bunga-bunga yang ada di taman itu.

Nadi?

Ardo berhenti tepat di depan Nadi dan menepuk bahu Nadi pelan. "Nad, aku udah bawa Icha kemari," ucap Ardo lembut.

Nadi mendongak dan tatapannya langsung bertemu dengan tatapan Icha. Icha benar-benar tidak bisa menahan air matanya. Kakinya melangkah pelan menghampiri Nadi.

Sudah berapa lamakah Icha tidak bertemu dengan Nadi? Kenapa rasanya seperti berabad-abad? Apa karena Icha sangat merindukan Nadi?

"Hai, Cha. Gimana kabar lo?" sapa Nadi begitu Icha sudah berada di hadapannya. "Akhirnya kita bisa ketemu lagi, ya? Gue kangen sama lo, Cha. Bangeeet ..."

Icha tidak mampu berkata-kata. Tangannya terulur menyentuh pipi Nadi. "Ini ... ini beneran lo, kan, Nad? Gue nggak mimpi? Gue ketemu sama lo lagi?"

Nadi tersenyum bahagia. Air matanya juga meleleh keluar hingga isakan pelan terdengar dari mulut Nadi. "Ini gue, Cha."

Icha langsung memeluk Nadi erat seolah Nadi akan menghilang secepat angin. Ardo berdiri tidak jauh dari sana melihat betapa eratnya persahabatan antara Nadi dan Icha. Betapa kejamnya Ardo yang selama ini ingin menyingkirkan Icha dari hidup Nadi?

Jadi salahkah Ardo yang telah menghancurkan satu-satunya impian Icha yang tersisa? Apakah Ardo pantas dimaafkan?

Tiba-tiba saja Ardo merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Rasa bersalah itu pelan-pelan membentuk jerat yang mencekik leher Ardo. Menyaksikan langsung persahabatan yang begitu tulus dan saling menyayangi itu membuat hati Ardo tergerak. Jahatkah ia pada Icha selama ini? Apakah dirinya sangat egois? Entahlah. Ardo bingung.

Cowok itu mendengkus kasar dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Setelah itu ia pergi meninggalkan dua orang cewek itu melepaskan rasa rindu mereka. Ardo akan menunggunya di tempat lain.


---

Happy weekend my lovely readers... 

Wah udah Sabtu lagi ya. Cepet banget sih. Apalagi minggu depan kita mau pisah nih sama Ardo, Icha dan kawan-kawan. 

Akhirnya Icha ketemu sama Nadi, senangnya.... Eits, tapi gimana dengan Ardo? Entahlah.

Ehmm.. sebenernya aku emang sengaja bikin kalian suka sama Ardo, terus suka sama Erlang, terus balik suka sama Ardo lagi. Hah, ya pokoknya gitu, deh.

Hehehe... Maaf kalau ada typo atau kata-kata yang kurang pas. Harap dikoreksi kalau bersedia. Terima kasih.


Love,


AprilCahaya

MIMPI [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang