Bagian 29 (Pelanggaran?)

Începe de la început
                                    

Mieke seperti ingin berusaha menjelaskan sesuatu, bahwa staf-staf di bawah mulai kewalahan menghadapi wanita nekat ini. Dia kasihan pada teman-temannya di bawah. Tapi mendengar jawaban tegas dari Yoga, Mieke tidak berani, dan akhirnya menunduk sopan.

"Baik Pak. Permisi," kata Mieke sopan.

Belum sempat Mieke melangkahkan kaki keluar dari ruangan Yoga, terdengar suara wanita marah-marah dengan nada tinggi dari luar ruangan.

"Mana bocah gila itu?? Di mana ruangan bos kalian Yoga?? Suruh dia keluar!! Jangan jadi pengecut!"

Yoga berdiri dari kursinya dan berjalan ke luar ruangan. Wanita ini benar-benar EDAN! rutuknya.

Mereka akhirnya bertemu di koridor kubikal. Ada banyak staf di sana yang tadinya duduk di kursi mereka masing-masing, kini berdiri dan melirik penasaran ke arah bos mereka dan tamu wanitanya yang marah-marah.

Terdengar bisik-bisik di antara staf wanita.

"Psst. Dia bukannya peragawati itu, ya? Yang namanya Christy, 'kan?"

"Masa'? Pacarnya si bos? Wuih!"

Seorang staf wanita dan seorang staf keamanan menahan tangan Christy, tapi wanita ini begitu marah, sehingga mereka tak kuasa mencegahnya masuk.

Begitu melihat Yoga muncul dari ruangannya, Christy melepas paksa genggaman kedua orang yang mengapitnya. Dia melangkah mendekati Yoga dan berhenti saat jarak di antara mereka sudah sangat dekat.

"Heh bocah gila! Kamu mau aku ngamuk-ngamuk di sini atau kita keluar cari tempat lain?" kata Christy dengan volume suara dikecilkan.

Di luar perkiraannya, Yoga tiba-tiba menarik dagu Christy dengan tangannya. Beberapa staf Yoga menutup mulut mereka, terkejut dengan gerakan Yoga yang mengancam Christy dan nampak agak kasar.

"Dengar, wanita sialan! Aku gak mau berurusan lagi denganmu! Kalau kamu gak mau kulaporkan ke polisi, lebih baik kamu pergi sekarang juga!!" maki Yoga dengan suara tertahan.

Christy memukul tangan Yoga dan menepisnya hingga dagunya terlepas.

"Uhh ... keparat! Kamu yang harusnya kulaporkan ke polisi! Beraninya kamu mengacak-ngacak seisi apartemenku!! Kamu pikir berapa nilai kerusakan yang sudah kamu buat??" ujar Christy dengan wajah memerah menahan luapan emosi.

"Bawakan aku buku cek-ku," kata Yoga menoleh pada sekertarisnya.

Dalam beberapa detik, Mieke kembali dan memberikan buku cek lengkap dengan pulpennya. Yoga menulis dengan cepat sebuah nominal yang nilainya lebih dari seluruh furnitur di apartemen Christy. Dia merobek kertas cek itu dan dengan kasar melemparnya ke wajah Christy.

"NIH!! Ambil! Itu sudah lebih dari yang seharusnya kubayar!" kata Yoga ketus.

Christy sempat berteriak terkejut, tak menyangka Yoga akan melempar kertas itu ke wajahnya.

Tubuhnya gemetar menahan kesal. "Dasar bocah sial!! Aku gak butuh uangmu! Kamu pikir aku sama dengan wanita-wanita kebanyakan di luar sana?? Enggak sekalipun aku pernah bermanja-mana minta uang atau barang apapun darimu! Yang aku mau adalah permintaan maafmu!"

Christy mendekat dan berbisik, "berlutut di depanku, minta maaf. Dan aku gak akan nyebarin kelakuan sintingmu mengobrak-abrik apartemenku!"

Yoga tersenyum sinis dan menatapnya tajam. "Berlutut? Yang bener aja. Coba aja lapor polisi, sana. Aku sudah pegang rekaman CCTV di bar. Masukin obat ke dalam minuman orang lain itu tindakan kriminal, kamu tau?" ancam Yoga.

Mata Christy terbelalak. Dia tak menyangka kalau Yoga akan bertindak sejauh itu. Tangannya mengepal. Kesal luar biasa. Tapi dia tahu dirinya sudah kalah. Kalau berita itu sampai bocor ke telinga wartawan, tamatlah karir yang telah dibangunnya belasan tahun!

ANXI (SEDANG REVISI)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum