Bagian 26 (Melarikan Diri)

En başından başla
                                    

Tamparan keras mengenai kulit pipi Yoga. Mata Yoga terbuka. Tak seberapa sakitnya dibanding hatinya sekarang. Luka di hatinya masih terbuka menganga akibat melihat undangan pernikahan Erika, dan sekarang ditambah dengan rasa bersalah karena telah melukai hati perempuan sebaik Tania.

Tania menangis dan pergi meninggalkan Yoga.

Yoga terdiam tak bergerak.

Aku pantas mendapatkan ini.

Aku bahkan pantas mendapatkan yang lebih buruk dari ini.

Seorang Erika dan seorang Tania terlalu baik untuk laki-laki brengsek sepertiku.

Laki-laki brengsek hanya pantas dengan perempuan brengsek.

***

Yoga 'melarikan diri' ke sebuah pulau kecil yang adalah salah satu dari pulau milik keluarganya.

Tentu saja dia tidak benar-benar sendirian di sana. Dia membawa serta 5 pelayan dan 1 orang koki.

Berhubung villa di sana jarang ditinggali, pastinya perlu pembersihan besar-besaran, sebelum seorang tuan muda seperti Yoga bisa tiduran santai di kasurnya yang empuk.

Tak banyak yang bisa dilakukannya di sana. Alih-alih mendapatkan ketenangan yang dicarinya, lebih tepat jika dikatakan bahwa dia di sana hanya untuk meratapi nasib. Duduk di tepi pantai sendirian dengan mata menerawang menatap matahari terbit dan tenggelam. Sambil sesekali menangis memikirkan masa lalunya bersama Erika. Dia sendiri merasa dirinya menyedihkan. Dan dia masih berharap pelariannya ini bisa mengobati hatinya.

Dua minggu berlalu dengan cepat, dan saat Yoga kembali ke 'dunia nyata', dia sama sekali tidak menjadi laki-laki yang lebih baik.

***

Di sebuah parkiran tempat hiburan malam, di kursi belakang mobil sport berwarna merah, tubuh pasangan itu saling berdempetan.

Baru kali ini Yoga menjalin hubungan dengan seorang wanita yang sangat agresif. Wanita itu menimpa tubuhnya dan menciumi bibirnya dengan penuh gairah.

Yoga sadar kalau jemari wanita ini menyusup ke sela kemejanya dan perlahan wanita itu berusaha membuka kancing bajunya.

Yoga menggenggam pergelangan pacarnya. "Eits," kata Yoga, mencegah tangan wanita itu melanglang buana terlalu jauh.

Wanita bernama Grace itu nampak kesal. "Yang kayak gini gak boleh juga, sayang?" tanyanya kecewa.

Yoga menggeleng. "Gak boleh," jawab Yoga singkat.

"Ah ... kamu mah payah! Masa pacaran isinya cuma ciuman, pelukan sama pegangan tangan aja. Grepe-grepe dikit aja gak boleh!" omel Grace.

"Ya udah kalo nggak mau. Kamu cari aja pacar lain gih sana," sahut Yoga enteng.

Wanita itu segera merajuk sambil menyentuh kemeja Yoga. "Iiihh, sayang. Kamu kok gitu sih? emang siapa yang mau putus sama kamu?" Kata Grace manja, tidak rela kehilangan Yoga. Buatnya, punya pacar seganteng dan sekaya Yoga adalah rezeki nomplok.

Yoga menanggapi dengan malas. "Ya ya. Coba kamu minggir dulu. Aku mau duduk," perintah Yoga.

Grace memberi ruang untuk Yoga sehingga dia bisa duduk. Yoga menghela napas dan merapikan rambutnya dengan jari. Rambutnya sudah mulai panjang, walau belum sepanjang saat SMA. Dia berpikir akan memotong rambutnya lagi. "Berantakan. Mana sempit di sini," gumamnya.

Grace mendengkus. "Salah siapa gak mau diajak ke hotel??" kilahnya.

"Aku gak mau. Kalo kamu segitu penginnya, cari sana laki-laki lain yang mau ke hotel. Aku gak peduli, kok," kata Yoga tak acuh.

ANXI (SEDANG REVISI)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin