Part 34 💖Berbeda💖

2.1K 109 17
                                    

~Hati seringkali merasa rindu pada orang yang seringkali pula ia rasa benci~
🌷🌷🌷

Waktu sudah menunjukkan pagi. Namun, nyamuk-nyamuk itu masih enggan untuk hengkang dari kamar asrama ini. Seolah-olah mereka masih mempunyai tenaga yang cukup ekstra untuk menyeruput darah segar dari sepuluh insan di kamar ini. Padahal, mereka sudah menyerbu para santriwati ini sejak semalam.

Ceplesss ...

"Engh...," Hasbia mengerang dan menggeliat di balik selimut loreng-lorengnya. Ia sangat terganggu dengan kehadiran nyamuk-nyamuk itu. Mereka dengan teganya menggigit dan menyeruput darahnya tanpa izin. Kedua tangannya sibuk menghajar para nyamuk menyebalkan itu yang bertengger di beberapa area tubuh yang tak tertutup selimut.

"Hiiihhh... kenapa aku aja, sih, yang kalian gigitin??" gerutunya sambil berdiri dari kasur dan melihat Nurma serta yang lain tampak adem ayem saja. Padahal, tanpa sepengetahuannya nyamuk-nyamuk itu juga menyerang mereka. Hanya saja, mungkin mereka terlalu lelah sehingga gigitan para nyamuk pun tak berpengaruh pada kenyenyakan tidur mereka.

Di dalam kamar ini terdapat lima kasur bertingkat dua. Hasbia dan Nurma tidur sekasur bertingkat yang terletak di pojokan sebelah jendela. Hasbia di kasur bagian bawah dan Nurma di bagian atas.

Kesal karena tidurnya terganggu, Hasbia beralih meraih jilbab instannya yang tersampir di gantungan baju. Niat awal hanya ingin buang air kecil tak jadi karena ia melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga pagi.

"Udah jam tiga. Mandi aja sekalian tahajudan," katanya lalu beranjak mengambil handuk, pakaian ganti, dan perlengkapan mandi seperti biasa.

***

Di sinilah Hasbia sekarang. Tepat di teras masjid, Hasbia menggelar sajadahnya. Sebelum memulai salat, pandangannya menyapu area dalam masjid. Kosong, belum ada satu pun santriwan di sana. Hasbia berdecak. Sepertinya, saat ini ia sedang menanti kehadiran seseorang di sana.

"Ke mana gus Zidan akhir-akhir ini, ya?" Hasbia mengehela napas lalu memulai salat.

Sejak waktu itu, tatkala Hasbia melanjutkan bacaan surah Ar-Rum yang sedang dihafalkan Zidan, mereka jadi sering salat tahajud dalam waktu yang hampir bersamaan. Mendengar Zidan mengaji, membuat Hasbia tak bosan dengan kebetulan itu. Sayangnya, seringkali bahkan setiap hari Zidan menjahilinya. Itu yang membuat Hasbia tak suka.

Mengganggu Hasbia ketika tahajud menjadi hobi baru bagi Zidan. Padahal, tahajud merupakan salah satu ibadah. Ibadah yang harus dilakukan dengan khusyuk menghadap Allah swt..

Sementara itu, mengganggu orang yang sedang salat sehingga membuat salat orang lain tidak khusyuk termasuk dosa besar. Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah (2:114) yang artinya

"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (masjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat."

Parahnya, Zidan tak hanya mengganggu Hasbia dalam salat, namun juga wiridan. Ia sendiri seorang gus, harusnya tahu akan hal semacam itu. Namun, lagi-lagi semua itu ia lakukan karena perasaannya. Perasaan seorang kakak laki-laki terhadap adik perempuannya yang senantiasa suka mengganggu dan menjahili. Ini terlalu berlebihan kalau sudah menyangkut persoalan ibadah. Mungkin, ia sengaja tidak tahu, lupa, atau bagaimana. Entahlah.

"Assalamu'alaikum wa rahmatullah," salam Hasbia mengakhiri salat. Ia bermunajat sejenak kepada sang Khalik.

Setelahnya, Hasbia seperti masih merasa ada yang kurang. Kepalanya melongok ke dalam masjid mencari seseorang di sana. Namun, nihil. Orang itu tak ada. Zidan tak hadir sampai saat ini. Hasbia menghela napas gelisah.

Tuntutan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang