Intermède

343K 23.5K 1.4K
                                    

Dulu, aku sering dibully karena cadel. Mungkin dari sanalah awal mula kenapa aku jadi anak pendiam.

Setiap pelajaran Bahasa Indonesia, aku selalu takut kalo disuruh maju ke depan kelas buat baca cerita. Padahal, aku suka banget sama sesi materi itu.

Kalo ditunjuk guru jawab pertanyaan, aku berusaha mikirin kalimat yang nggak terlalu banyak mengandung huruf 'r' 😂

Ini aku alamin dari TK, bahkan kadang sampe sekarang diumurku yang udah kepala dua.

Setelah aku pikirin, itu juga jadi awal mula suka nulis.

Saat ngeliat sesuatu, entah itu temen, atau denger temen-temen ngobrol, aku selalu ingin ngomong. Menyampaikan pendapatku. Tapi karena takut diejek, akhirnya cuma aku simpen dalam hati.

Seperti itulah.

Kepalaku penuh sama hal-hal yang ingin aku utarakan tapi nggak bisa aku ucapkan. Dan menulis, bikin aku bebas teriak tanpa suara. Bebas berpendapat tanpa harus mendengar ejekan orang.

Sekarang, setelah beberapa orang tau aku menulis, aku menghasilkan karya. Sedikit sekali orang mempermasalahkan kecadelanku.

Berkat menulis juga, aku memiliki kepercayaan diri ngomong di depan banyak orang. Kali ini, nggak takut sama sekali kalo diejek.

Bagi aku, menulis adalah bentuk pembuktian diri. Kalo dengan semua kekurangan yang aku punya, aku bisa memiliki karya yang mampu menyenangkan orang banyak.

Jadi, pertanyaannya, apakah bully/mengejek kekurangan orang lain itu dibenarkan?

Kita tidak boleh mengejek kekurangan orang lain. Siapapun orangnya.

Loh, bisa aja kan nanti orang itu termotivasi buat berubah. Kayak kakak yang menemukan menulis sebagai cara pembuktian diri?

Bener. Tapi tidak semua orang mampu memandang sebuah ejekan sebagai motivasi. Ada beberapa orang yang justru terpuruk dan semakin rendah diri karena itu.

Manusia itu makhluk paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Kita diberi akal, diberi struktur tubuh. Untuk apa? Untuk berbuat baik pada sesama.

Aku paling nggak suka kalo ada orang yang menertawakan kekurangan orang lain. Selain karena dia menertawakan ciptaan Tuhan, tanpa sadar dia sudah menyakiti orang lain.

Mulailah menghargai sesama. Saling mengerti dan memahami dengan senyuman. Selalu berkata baik dan memupuk kesabaran.

Bukan kita yang paling baik di dunia ini. Bukan juga aku, atau kamu yang lagi baca ini. Kita di dunia cuma numpang, sudah seharusnya bersikap seolah kita akan pergi besok.

Faradita
Penulis amatir yang nunggu hujan reda.

FaraditaPenulis amatir yang nunggu hujan reda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Invalidite [Completed]Where stories live. Discover now