Invalidite | 13

468K 39.3K 2.7K
                                    

Aku tidak perlu semua orang tahu kelemahanku.

-Dewa Pradipta-

Jika sebelumnya ia datang ke studio yang begitu sibuk, sekarang keadaannya jauh bertambah dua kali lipat lebih sibuk.

Pelita bersama seseorang yang ia kenal bernama Tika sedang membantu model berganti pakaian. Ia mendengarkan arahan Tika. Mengambilkan pakaian. Mengambilkan sepatu. Memegangi ujung gaun. Menyematkan jarum untuk gaun yang kebesaran. Atau memindahkan gantungan baju ke sudut ruang.

Satu yang disyukurinya adalah, Tika tidak memandang kakinya sebagai penghalang dan tetap menyuruhnya melakukan berbagai hal. Alasan tambahan kenapa ia tidak berhenti tersenyum dan memiliki firasat ia akan menyukai pekerjaan ini.

Semua model pun tampak biasa melihatnya. Mungkin untuk pertama, seperti orang lain umumnya lakukan adalah meneliti penampilannya. Lalu memilih untuk tidak peduli. Pelita justru menghargai itu. Ia tidak memaksa orang lain untuk mengerti keadaannya.

"Pelita, coba lo ambilin rompi warna ijo di sana," ujar Tika dengan tangan tak berhenti mengancingkan kemeja pada salah satu model.

Pelita mengangguk, beranjak ke arah gantungan pakaian di sudut ruang. Mengambil rompi yang di maksud dan mengapitkannya di antara telapak tangan dan pegangan tongkat. Saat berbalik, salah satu model menghadangnya.

"Minggir. Tongkat lo bikin penuh ruangan." Ujar Siska, mengibaskan tangan angkuh.

"Tongkatku di sini aja dari tadi. Jalannya masih Luas kok, ituu... Jalan situ tuh..."

Siska berdecak srbal. Menyadari jika sindiran tidak mempan pada Pelita. Siska pun maju dan dengan sengaja menyenggol bahu Pelita keras hingga tubuhnya terhuyung dan rompi yang ia jepit terjatuh.

"Yee... Mbak jalannya gak lurus ini ya," celetuk Pelita.

"Emang, otaknya geser ke kiri soalnya." Rendi yang tiba-tiba sudah berada di depannya menyahut. Mengambilkan rompi yang terjatuh. "Jangan dengerin omongannya."

Pelita mengiyakan dengan tertawa. Menghadapi orang seperti Siska sudah terlalu sering Pelita lakukan. Setelah mengucapkan terimakasih, Pelita menyerahkan rompi ke tangan Tika.

Alasan Rendi datang adalah karena waktu pemotretan yang sudah dimulai. Ia berteriak -jika boleh disebut begitu- guna membuat semua model sudah harus siap dan segera bergegas berkumpul di luar. Ruangan yang tadinya riuh oleh ketukan sepatu berhak tinggi pun menjadi sunyi.

Bersama Tika yang masih mengejar persiapan beberapa model, Pelita mendorong rak pakaian keluar. Langkahnya tertinggal di belakang. Ketika sampai, kilatan lampu sudah berpendar di salah satu bagian setting shoot lebar berlatar putih.

 Ketika sampai, kilatan lampu sudah berpendar di salah satu bagian setting shoot lebar berlatar putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada tiga model yang di foto secara bersamaan. Bergaya secara dinamis dan menjadi satu kesatuan serasi. Pelita yakin semua mata di ruangan ini tertuju pada gerakan serta pose yang diambil tiga wanita cantik semampai itu.

Invalidite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang