Invalidite | 22

497K 47.9K 25K
                                    

Aku tidak memiliki sempurna. Aku mempunyai rasa bangga.

- Pelita Senja –

Now playing :
Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi - Hivi


W A R N I N G!
Cerita ini mengakibatkan sesak napas, geli di dalam hati dan perut secara bersamaan, serta khayalan yang melambung terlalu tinggi.

Jatuh cinta dan keluhan hati lainnya ditanggung oleh masing-masing pihak.

Sekian 🐋

***

Pelita mendengar namanya dipanggil. Oleh seseorang yang sedang duduk bersama dengan Dewa.

"Tinggal aja, Ta. Udah mau selesai kok." Ujar Tika.

Pelita mengucapkan terima kasih, hal yang sudah terdengar biasa di telinga Tika sekarang. Cewek itu melipat pakaian terakhir dan meraih tongkat, lalu beranjak menuju laki-laki yang terlihat gemerlap karena selendangnya.

"Halo," Pelita menyapa.

"Halo sweetheart," Kris berdiri. Menatap Pelita dari atas kepala sampai kaki. "Nama lo siapa? Anak baru? Sebelumnya gue kesini lo gak ada,"

"Aku Pelita. Hehe.. iya, Om. Aku baru kerja disini. Buat bayar hutang sama bos Dewa."

Gerka yang berdiri tidak jauh dari sana menutup mulutnya yang hampir menyemburkan tawa. Sedangkan Rendi langsung tergelak.

"Lo mau jadi model?" Kris memegangi wajah Pelita dengan dua telunjuk. Menelitinya seperti barang antik. "OMG gue udah bisa bayangin gimana lo di foto nanti."

Pelita sumringah. "Ada bayarannya?"

"Oh jelas. Berapapun yang lo mau,"

"Enggak." sahutan dalam bernada tegas itu berasal dari Dewa. Cowok itu berdiri dengan kedua tangan tenggelam di saku. "Gue cuma make model professional, Kris. Dan dia bukan termasuk dari itu."

Dewa menatap Pelita sesaat sebelum berlalu menuju ruangannya. Diikuti oleh Kris yang sepertinya tak terima.

"Apa salahnya dia jadi model? Oh, bukan. Apa salahnya gue mau dia jadi model?" Sembur Kris ketika mereka sudah di dalam ruangan Dewa. Kris sangat jeli untuk urusan seperti ini. Seharusnya Dewa tidak mempermasalahkannya.

"Kris. Dia bukan apa yang lo cari," Dewa tampak kehilangan alasan untuk penolakannya sekarang.

Kris melemparkan selendangnya ke udara. Berkacak pinggang. "Denger ya, babe. Gue udah ahli dalam urusan kaya gini. Yakin binggo majalah gue bakal berbeda kalo cewek itu jadi bagian. Maksud gue, dari segi muka cewek itu udah cantik. Cantik yang bukan buatan. Apalagi senyumnya. Lo ngerti kan apa maksud gue?"

Dewa sudah lebih dari cukup mengerti akan hal itu. Ia hanya tidak ingin orang lain juga mengetahuinya. "Gini. Kasih gue waktu dan gue bakal sediain model yang lo mau."

Bukan Kris namanya jika ia tidak bisa lebih batu. Kris sudah siap berdebat saat terdengar suara ketukan pada pintu yang tidak tertutup. Keduanya menoleh dan menemukan Pelita disana.

Pelita lalu mengangkat tongkatnya berjalan masuk. Memandang Dewa dan Kris bergantian dengan senyum tanpa putus.

"Aku mau jadi model." Ucapnya hampir tanpa bebas. Kris bersorak layaknya memenangkan sebuah undian. Lain halnya Dewa yang bersidekap.

"Gue gak mau."

Pelita mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Karena gue gak mau," Dewa beralih menatap Kris. "Gue cariin model baru buat lo."

Invalidite [Completed]Where stories live. Discover now