12. Misi Pencurian

Start from the beginning
                                    

Ardo tidak bisa mengatakannya sekarang. Tidak. Ini bukan waktunya untuk membeberkan semua rencananya pada Umar dan Roni.

--**--

Icha sudah tahu kapan jadwal jam pelajaran olahraga kelas Ardo. Dua hari lagi. Tepatnya hari Rabu jam pertama. Misi pencuriannya sudah tersusun rapi di kepala Icha.

Senyum iblis kembali muncul di bibir Icha saat ia membayangkan misinya berjalan dengan lancar.

Mula-mula Icha akan berpura-pura sakit, meminta izin guru mata pelajaran saat itu, kemudian Meta akan mengantarnya ke UKS. Dan di saat semua penghuni kelas XII IPA 2 meninggalkan kelas, Icha dan Meta bisa menyelinap masuk. Kemudian mencari tempat duduk Ardo, menggeledah tas cowok itu, dan gotcha ... Icha akan mendapatkan liontinnya lagi.

Icha tertawa seperti penyihir mendapatkan mangsanya. “Apa sih, yang nggak bisa buat Icha?” teriak Icha sambil menepuk-nepuk dadanya. Beberapa anak yang lewat memandang heran ke arah Icha.

Cewek itu berjalan riang menuju perpustakaan. Sesampainya di sana ia langsung mengelilingi rak bagian novel-novel. Icha memilih buku bacaan yang sekiranya cocok untuk suasana hatinya saat ini.

“Lagi nyari apa, Cha?” Sebuah suara mengagetkan Icha. Erlang sudah berdiri menjulang di samping Icha.

“Oh, Kak Erlang. Gue? Eh, lagi nyari novel, Kak,” jawab Icha dengan sedikit kikuk. Ia tidak menyadari sama sekali kehadiran Erlang. “Kakak sendiri ngapain?”

Erlang tersenyum lembut. “Sama kayak, lo.”

Icha hanya ber-oh ria dan mengangguk pelan. Icha mencari tempat duduk yang paling nyaman di perpustakaan untuk membaca. Dan tanpa Icha ketahui, ternyata Erlang mengikutinya, dan duduk di samping Icha.

“Eh, duduk di sini juga, Kak?” tanya Icha curiga. Kenapa Erlang mengikutinya? Apa cowok itu sengaja?

Erlang mengangguk. “Iya. Nggak boleh? Kalau gitu gue pindah.” Erlang sudah berdiri tetapi Icha cepat-cepat mencegahnya.

“Nggak apa-apa, sih, Kak. Bebas duduk di mana aja kok.” Icha tersenyum tipis dan menggumam pelan.

Tapi, sumpah gue agak risih kalau diikuti kayak gini.

Icha membolak-balik halaman novel yang ia baca. Bukannya kurang bagus, sayangnya novel yang ia baca saat ini bukan selera Icha. Mendadak ia menjadi bosan setengah mati.

“Ehm, Cha. Soal tawaran gue kemarin ...” Erlang menggantung kalimatnya.

Icha menoleh ke Erlang dengan bingung.“Oh yang itu? Masih gue pikirin, Kak. Sorry,” Icha menggigit bibir bawahnya. Ia tidak enak jika harus menolak Erlang begitu saja.

Kakak kelasnya itu sudah sangat baik mau menawari Icha. “Secepatnya nanti gue kabarin. Kayaknya gue perlu semedi dulu, deh.”

Erlang tertawa mendengar ocehan Icha. “Oke, santai aja. Gue cuma mastiin, kalau lo nggak lupa sama tawaran gue itu.”

Belum juga Ardo gue bunuh, eh muncul lagi satu cowok kurang kerjaan. Hah.

--**--

Izin ke UKS dan pura-pura sakit. Cek.(√)

Menyelinap masuk ke kelas XII IPA 2. Cek.(√)

Misi Icha berjalan sesuai rencana. Sekarang tinggal mencari tempat duduk Ardo. Icha menelusuri satu per satu bangku di kelas itu, sedangkan Meta bertugas berjaga di depan pintu. Takut kalau Ardo atau teman-temannya tiba-tiba datang.

Yang Icha ingat, Ardo itu memakai tas ransel berwarna hitam dengan bahan kanvas dan bergambar kepala marshmello.

“Nah, ketemu!” seru Icha begitu menemukan tas milik Ardo. Cowok itu cukup pintar memilih tempat duduk. Nomor dua dari belakang yang letaknya berada di dekat jendela. Jendela itu mengarah langsung ke lapangan olahraga.

Meta segera mengode Icha untuk cepat. Mereka tidak boleh membuang-buang waktu.

Icha segera membuka risleting tas milik Ardo. Di sana ada beberapa buku, dompet, komik, dan sebuah buku bergambar. Icha tertegun sejenak, gambar-gambar yang ada di buku itu keren. Sepertinya gambar itu layak menjadi sebuah komik.

"Cha, buruan!" Meta memperingatkan. Icha mengangguk.

Ia mengabaikan gambar keren milik Ardo. Cewek itu kembali mengobrak-abrik tas, laci meja, bahkan kolong meja.

Nihil. Ternyata liontin Icha tidak ada di sana sama sekali.

“Kok nggak ada, sih?” Icha mencengkeram rambutnya. Ia bingung harus bagaimana. Matanya menyisir ke seluruh ruang kelas.

"Ketemu?" tanya Meta hampir seperti bisikan. Icha menggeleng keras dengan wajah frustasi.

“Lo nyari ini?” sebuah tangan dengan jari-jari yang memegang liontin bunga sakura itu terangkat dari balik bangku paling belakang. Icha menjerit kaget. Kaki cewek itu bahkan sampai menabrak kaki meja.

Pemilik tangan itu bangkit dari posisi tidurnya, dan wajah Icha mendadak berubah pucat ketika tahu siapa orang itu. Ardo?

“Sesungguhnya, mencuri itu perbuatan yang nggak baik Ishana Areta Ariawan.”

“Kok ... kok lo ada di sini?”

----

Sorry, updatenya telat. Huhuhu.  😥😥
Lagi sibuk memikirkan sesuatu nih, jadi agak terganggu kejiwaannya. Wkwkwkwk...

Hohoho Ardo tuh emang rese ya. Harusnya dia gak di kelas. Bolos kan tuh anak nggak ngikutin pelajaran olahraga. Weh.. Minta ditampol beneran.

Penasaran lanjutannya?
Ya udah tunggu hari Sabtu. 😚😚

Maaf jika ada typo dan kata2 yang agak aneh. 🙏🙏

See you,

Xoxo,

AprilCahaya

MIMPI [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now