The wedding

1.9K 236 9
                                    

"Kenapa kita nikahnya diem-diem?"

"Karena nyokap lo itu nyokap tiri gue..."

"Oh..." Jillia menggantungkan lengannya pada leher Abraham. "Kirain ada yang lo sembunyiin dari gue"

Ada. Tapi tidak mungkin kan dia mengatakan yang sebenarnya. Mencari tahu akses pribadi Jillia kepada Julia, Dominique dan juga beberapa keluarga besar lainnya. Adalah sebuah kebodohan mengatakan motifnya kepada perempuan ini.

"Aneh rasanya kalo masih pake lo-gue..." dia mengecup bibir Jillia sekilas, "Kali, aku mau kamu mulai biasain panggilan ini..."

Jillia tersenyum. Sederhana sekali bahagianya. Sayang saja beberapa saat kemudian dia melepaskan pegangannya karena melihat Abraham menjauhinya. "Jadi kita nikahnya di kua aja? Gak pake acara?"

"Gak usah. Nanti kena gosip yang enggak-enggak. Aku gak mau kamu kepikiran yang aneh-aneh..."

Kalau bukan tempat umum. Jillia pasti sudah menyerang pria muda itu dan melumat bibir Abraham yang selalu saja bisa berkata manis begitu. Tapi ketika kesadarannya kembali, dia kembali berpikir beberapa saat. Kenapa pria muda ini tiba-tiba menikahinya? Tidak mungkin alasan lelah main kelinci-kelincian itu kan? Jillia tahu sekali kalau Abraham tidak begitu menyukainya. Baiklah, mari dia cari tahu selagi mereka menikah. Apa yang diinginkan oleh Januraksa bersaudara ini darinya.

"Kamu pindah ke rumah aku habis ini?"

Jillia menganggukkan kepalanya, "Papa bilang boleh aja aku tinggal di sana. Baik juga bapak Dominique itu..."

Abraham menganggukkan kepalanya, "Antara baik atau gak peduli..."

"Kamu peduli sama aku?" Tanya Jillia dengan spontan kemudian menunggu Abraham yang merapikan kemejanya, "Abra kamu peduli sama aku?"

Pria muda itu tidak menjawab. Tetapi mendaratkan satu ciuman pelan dan lembut pada bibir Jillia. "I love you..."

Seharusnya ini romantis. Tapi kenapa tidak terasa benar di pikirannya. Jillia terpaksa tersenyum kepada calon suaminya itu.

...

Setelah meletakkan satu kotak terakhir berisikan koleksi sepatunya, dengan cepat Jillia berlari ke pintu yang menghubungkan lemari besar ini dengan kamar Abraham. Dia tergopoh-gopoh dengan nafas pendek membuka semua lemari Abraham. Beberapa kali mengutuk dirinya sendiri.

"Stupid, Kalila... Mana mungkin ada barang rahasia disini kalo lo habis dinikahin sama dia..." dia menatap sekelilingnya, "Pasti ada di suatu tempat tersembunyi... Hhh... Abra susah banget sih ditebaknya..."

Dia membongkar satu lemari besar kemudian. Membuka beberapa laci dengan susah payah kemudian menggerutu lagi, "Udah tau gak bakal ketemu masih aja dica...ri..."

Jillia tertegun menemukan satu buah kotak perhiasan cantik yang membuatnya mengerjap akhirnya. Dengan rasa penasarannya yang tinggi, Jillia memutuskan membukanya dan melongo, "Wah... Ini apa? Wah... Cantik..."

"So kamu akhirnya menemukan apa yang harusnya jadi kejutan aku, Kal?"

Jillia menoleh dan menemukan Abraham sedang berdiri bersandar pada lemari besar lainnya. Pria itu menggelengkan kepalanya kemudian memghampiri Jillia dan ikut berjongkok di samping istrinya

"Kamu suka? Lucu? Bagus? Cantik? Cocok sama kamu? Ini aku beli di..." Abraham tampak berpikir sebentar, menggunakan jeda yang cukup laam untuk melihat reaksi istrinya yang sedang terpaku dengan bibir terbuka, "Jepang..." katanya akhirnya

Istrinya menghela nafas. "Thanks... Mamaku, maksudnya, mama kandung aku..." Jillia tidak tahu harus mengatakan apa akhirnya

"I know..." Abraham memutuskan menggenggam tangan Jillia, "Suka?"

Jillia menganggukkan kepalanya, "Maaf bikin ruangan kamu berantakan, aku cuma..."

"Ini kan ruangan kamu juga. Take your time, jam tujuh aku jemput. Aku keluar dulu..." lalu Abraham memberikan kecupan singkat pada puncak kepala istrinya

Jillia tertegun kembali. Suaminya itu, kenapa sulit sekali dia tebak. Apa yang harus dia lakukan sekarang. Tidak mungkin Abraham itu tiba-tiba jatuh cinta padanya. Menikah diam-diam? Dikira dia bodoh. Pasti ada hubungannya dengan Argo. Memangnya ada apa dengan dua bersaudara ini.

...

"Ckck, untung aja semuanya udah gue pindahin ke kamar Argo..." Abraham menghela nafas dengan lega ketika dia berjalan menuju kamar kakaknya, "Banyak juga barangnya itu cewek..."

Dia mengunci rapat pintu kamar kakaknya dan memilih merebahkan diri di sofa samping jendela, "Gila lo, Bra. Sekarang ngapain? Sekarang ngapain?" Rutuknya berkali-kali menyadari kebodohannya yang masih saja terus berlanjut

Lalu dia teringat apa yang harus dia lakukan. Ah. Kenapa semuanya jadi tidak terkendali begini. Come on, man. Dalam hati terdalam itu juga pasti ada rasa gak rela kalo Kalila-lo nikah sama Argo, kan? Makanya lebih milih begini.

Ck. Abraham berdecak. Peduli setan, dia cuma mau... Entahlah

NostalgiaWhere stories live. Discover now