When you asking why

2K 240 4
                                    

Ravenia baru saja keluar dari ruangan make upnya ketika melihat Prasetya berjalan dengan Abraham menuju kamar adiknya. Perempuan itu mengerutkan keningnya dan menyapa Abraham dengan sopan ketika mereka berpapasan di salah satu ruangan terbuka antara kamar Prasetya dan Ravenia.

"Hai... Abraham..."

Abraham melirik sekilas kemudian menunduk dengan sopan. "Prom night?"

Ravenia mengangguk kecil kemudian tersenyum. "Ya. Kalian mau ngapain?"

"Apa sodara lo selalu tau urusan lo, Pras?" Abraham menunjuk Ravenia dengan telunjuknya dan melirik Prasetya meminta jawaban. Buatnya, sangat tidak penting menjelaskan kepada Ravenia atau dalam konteks ini, Prasetya sangat tidak perlu menjelaskan kepada Ravenia bahwa dia memiliki kepentingan sendiri bersama temannya itu

Prasetya tampak tidak keberatan dan tersenyum manis kepada kakaknya, "Raven, Abraham mau study tour ke Aussie lusa dan dia kesini mau ambil beberapa paper waktu gue summer school dulu..."

"Oh..." Ravenia tersenyum dengan sinis kepada Abraham akhirnya, "Nice. Gue gak tau kalo misalnya lo masih bergaul sama temen seumuran lo"

"What kind of sarcasm is that? Lo tau kalo gue ini bergaul sama semua pihak. Termasuk pengkhianat kayak lo..."

Ravenia mendecih lalu berdecak beberapa kali sambil melipat tangannya dengan cukup bitchy. "Kakak lo yang brengsek itu yang punya masalah sama gue, ya. Dan..." gadis itu menyipit, "Kenapa jadi gue yang pengkhianat?"

"Apalagi namanya kalo bukan pengkhianat, kan? Lo sendiri yang bocorin masalah gue ke kepsek, padahal cowok lo yang anak sma sebelah itu yang cari masalah..." Abraham mendorong bahu Ravenia dengan pelan kemudian berkata dengan sindiran halus, "Argo cuma kasih pelajaran ke cowok lo, Ven. Karena bikin gue babak belur. Lo yang pengkhianat. Bukannya lo temenan sama Argo? Kenapa lo malah belain cowok lo pas sidang depan kepsek?"

Ravenia mengepalkan tangannya. Yah, memang salahnya ketika Abraham ditikam dan dihajar dengan brutal oleh mantan kekasihnya itu. Jelas saja ketika Argo membalaskan semuanya, dia tidak terima dan melaporkan Argo ke kepala sekolah mereka. Lucu sekali. Sekarang Argo memusuhinya dan juga si kecil Januraksa ini sudah mencapnya sebagai pengkhianat

"Okay, I owe you. Impas? Deal?"

Abraham menggelengkan kepalanya dan tersenyum dengan sinis, "Bisa emang gue pegang omongan pengkhianat? Kakak gue aja yang loyal sama lo, lo khianatin..." anak laki-laki itu memajukan wajahnya dan berkata kembali, "Apalagi gue?"

"Yah, kalo dia gak lengket sama Jillia-Jillia itu sih, kesetiaan gue sebagai sahabatnya gak akan diragukan..."

Prasetya menggelengkan kepalanya tidak percaya. Kedua orang didepannya ini masih saja terus berdebat. Sejak terakhir kali mereka bertemu, ada saja cara Ravenia untuk membalaskan kekesalannya kepada Abraham dan membuat Prasetya jadi penonton sampai akhirnya harus memisahkan Abraham dari terjangan dan amukan Ravenia

Abraham menjentikkan jarinya membuat kedua orang di dekatnya terdiam menatapnya bingung. "Soal itu. Ven, lo pernah mergokkin kakak gue gak sih sama ceweknya?"

"Ceweknya yang mana? Ada banyaaaaaaak banget cewek kakak lo..." gadis itu memainkan jari di tangan kanannya seolah menjelaskan berapa banyak kekasih Argo yang dia ingat

"Malem ini di prom. Jauhin semua orang yang berusaha ngaku-ngaku jadi ceweknya..."

"Kenapa?"

Abraham mengedikkan bahunya kemudian mengajak Prasetya untuk melanjutkan obrolan mereka dan menoleh sebentar kepada Ravenia, "Dia sama Jillia Elwood. Menurut lo apa yang bakal Argo lakuin kalo sampe ada sesuatu yang gak berjalan sesuai rencana dia?"

Prasetya kemudian mengerjap dengan bingung tapi tidak berhenti juga untuk masuk ke perpustakaan pribadinya. Akhirnya dia menoleh kepada Abraham ketika dia membuka satu pintu lagi menuju kamarnya, "Bra... Lo mau apa sih sebenernya?"

"Raven kuliah dimana taun ini?"

"Yale... Kenapa?" Prasetyo berdiri menghadang Abraham masuk ke dalam kamarnya dan menuntut penjelasan lebih banyak kepada cowok yang seumuran dengannya itu, "Lo kenapa?"

"Lusa gue berangkat ke Aussie. Si brengsek Argo yang masukin gue ke situ dan bilang sama Papa kalo gue harus ikut study tour..." dia menepis tangan Prasetya dan masuk begitu saja ke dalam sana lalu mengeluarkan sebuah brosur, "Nyokap lo bisa ngomong ke Tante Julia buat bikin Ravenia jadi sahabatnya Jillia? Please make her goes to Yale..."

Prasetya memiringkan kepalanya lalu mengambil brosur di tangan Abraham. "Kakak lo yang brengsek itu ngapain lagi sekarang?"

"Gak ngapa-ngapain. Tapi gue gak mau dia ngapa-ngapain..."

"Lo pasti nunggu waktu yang tepat buat nunjukkin kalo lo gak jadi bayang-bayang Argo, ya?" Prasetya duduk di kursi belajarnya kemudian mengeluarkan handphonenya, "Is that bad? Jadi adik Argo Januraksa?"

"Trust me dude... It'll never be easy to have a brother with sociopath complex"

"Oh..." Prasetya mengerjap beberapa kali, "Apa?"

"Sodara gue punya penyakit jiwa. Puas?"

"Dan lo kenapa begini?"

"Karena dia mau..." Abraham membungkam bibirnya beberapa detik kemudian. Dia terdiam akhirnya menatap kepada Prasetya dengan bingung, "Yah, gitulah..."

"Bukan karena dia sama Jillia?"

"Bukan..." Abraham bergumam dengan pelan kemudian, "Kalo dia sampe diatas, gue yang diinjek-injek"

NostalgiaWhere stories live. Discover now