His little secret

2.1K 263 11
                                    

Sejak pertama kali bertemu Kalila. Argo sudah terpana kepada anak perempuan itu sejak di bandara. Tapi dia tidak mengerti kenapa dia tidak bisa tertarik lebih kepada Kalila dan menjalin cinta dengan Jillia.

Baiklah. Lupakan masa lalu, Kalila sudah mati karena jatuh dari tangga setahun yang lalu. Sekarang, Jillia akan terus bersamanya.

Hanya nama. Dan Argo tidak bisa menyayangi perempuan itu. Tidak juga membencinya. Dia menyukainya seperti ini. Jillia yang selalu membutuhkannya dan dia yang akan ada di sana untuk menemani Jillia.

Jadi dia hanya menunggu Jillia berendam di bathtub dengan sesekali melirik ke arahnya yang sudah berganti mengenakan handuk dan duduk di kursi marmernya sambil bersandar ke tembok dengan memejamkan mata. Sibuk dengan pemikirannya sendiri tentang perasaannya

"Kalo mau berendem juga gak apa-apa, lho..."

"Hm..."

"Nanti gue ganti ya, lima jutanya..."

"Hm..."

"Dingin lho duduk di sana..."

"Hm..."

Jillia menghela nafas. Dia menyandarkan dagunya ke lengannya yang sudah bertumpu pada  pinggiran bathtub. Menyipit memandangi Argo yang sudah terpejam dengan tenang tidak jauh darinya. "Kalo ganti dekor kamar mandi boleh gak? Gelap tau, Go. Item-item kayak gini berasa dalem goa"

"Yah, buat manusia purba macem lo, cocok kan?"

"Gue serius!" Jillia mendengus kemudian memainkan air dengan tangannya, "Kayak punya Abra gitu, kan. Bagus, Go..."

Argo membuka matanya. Mendesah dengan pelan kemudian melirik Jillia. "Kenapa gue harus samain selera gue kayak dia..."

Mendengar nada sinis tanpa sengaja yang Argo keluarkan kepadanya. Jillia menyipit kembali. Selalu begini, setiap kali dia membicarakan tentang adik laki-laki Argo, cowok ini akan bertanya dengan sinis.

"Abra ya Abra. Suka-suka dialah, Ji. Lo gak suka sama kamar mandi gue?"

Jillia mengerutkan keningnya. "Lo masi marah karena Argo yang bikin Jillie gak ada, Go?"

Cowok itu diam. Menatap Jillia dengan lurus. Beberapa menit lamanya tidak ada dari mereka yang bicara. Walaupun jelas kalau Argo ingin memaki Jillia karena pertanyaan bodohnya itu.

Jillia menyampirkan lengannya untuk menutupi tubuh polosnya dibawah air ketika melihat Argo mendekat dengan tatapan dingin anak laki-laki itu seperti biasanya. "Iya, kan?"

"Kalila yang meninggal, Ji. Kenapa lo masih aja bahas-bahas masalah itu?"

Jillia menggelengkan kepalanya, "Bukan salah Abra, Go. Kita bertiga yang jatoh waktu itu..."

"Ya, dan itu kan kecelakaan..." kata Argo

Sekarang, Jillia menyipitkan matanya melihat Argo yang terdiam memandangnya. Sahabatnya itu dingin, dan terasa sangat jauh sekarang. "Lo gak pernah manggil gue pake nama gue lagi, Go? Lo juga marah sama gue?"

"Lo ngomong apa, Ji?" Tanya Argo dengan berlutut agar bisa menyamakan tinggi tubuhnya dengan Jillia yang masih terduduk di dalam bathtub.

...

"Jadi, tante titip Jillia ya Go. Kalila mau dia bujuk buat pulang soalnya. Gak keberatan, kan?"

Argo menganggukkan kepalanya ketika Julia menjelaskan kalau Jillia, pacarnya akan menginap di rumahnya untuk membujuk Kalila pulang dan merayakan ulang tahun Kalila.

"Dan... Go, Kalila suka banget sama balon..."

Dia mengerutkan alisnya. "Apa?"

"Kalila suka balon..." kata Julia dengan lebih jelas dan terkekeh pelan, "Dan kalo bisa dibikin seromantis mungkin ya, karena dia pasti terharu kalo dikelilingi sama orang-orang yang cinta sama dia..."

"Ya..." jawab Argo dengan canggung kemudian menunduk ketika Julia akan berpamitan sekali lagi kepadanya, "Tante... Apa bener Jillia bakalan digantiin sama Kalila?"

Julia tersenyum kepada Argo dan menganggukkan kepalanya. "Ya... Dan selamat buat kamu yang bakalan dapetin Kalila ya..."

Anak laki-laki itu menatap datar kepada Julia. Dia mengatupkan rapat rahangnya kemudian

"Tante tau, kamu suka sama Kalila..." perempuan itu menghela nafas dengan pelan, "Sabar sebentar lagi ya, Go. Habis ini dia jadi punya kamu selamanya..."

"But i have no intention..."

"Ck..." Julia menggelengkan kepalanya, "Kamu begini karena kamu tau kalo Kalila bakalan jadi punya kamu selamanya. Makanya kamu santai..."

Argo mencoba menarik satu sudut bibirnya. Perempuan ini...

"Try to keep her. Saingan kamu adik kamu sendiri, kan?"

...

"Lo sayang sama Jillie makanya lo begini ke gue, kan?" Tanya Jillia dengan susah payah ketika satu tangan Argo sudah berada di puncak kepalanya

Argo mengetuk-ngetukkan  jarinya pelan di puncak kepala gadis itu kemudian tertawa dengan pelan. "Gue emang sayang sama lo, Jillia. Jadi gimana? Ngomong apa sih lo?"

"Lo serem tau gak? Lo bilang gue gak cantik dan gak tertarik sama gue tapi lo bilang lo sayang sama gue..." Jillia mencengkram lengan Argo dengan cukup kuat, "Just be yourself, Go. Gue gak suka liat lo pura-pura begini..."

Cowok itu menatap Jillia. Melepaskan cengkraman tangan kecil perempuan itu dan berkata, "Gue gak pernah marah sama siapa-siapa. Ji..." dia membuka handuknya dan Jillia memundurkan tubuhnya sampai menabrak ujung bathtub yang lain. "Lo itu emang cantik kok, Ji. Lo tau? Cantik sama seksi yang bikin orang suka lupa daratan..."

"Lo mau ngapain?" Tanya Jillia dengan curiga ketika Argo memasukkan satu kakinya

Argo sudah berada di dalam bathtub dan sangat dekat dengan tubuh Jillia. "Bikin lo percaya kalo gue selama ini jadi diri gue sendiri..."

NostalgiaWhere stories live. Discover now