Puppy Eyes

2.4K 297 2
                                    

"GAK"

"Pinjem mobil, elah. Gue mau ke Jillia doang"

"Parah lo, bang"

"Mobil gue lecet, baret, belom dicuci pula"

"Alesan, lo. Bilang aja lo minjem mobil gue supaya gue gak kelayapan kan"

Argo menatap datar adiknya, "Nah, itu tau"

Sementara adiknya hanya mendengus sebal mendengar jawaban Argo. "Lo anterin itu dedemit pulang, gue mau tidur"

"Sekolah, lo itu harus sekolah. Bukan tidur"

"Badan gue masih sakit, abang sayang. Tega lo nyuruh gue sekolah"

Argo mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menyentuh pelan dagunya, "Kalila gak mau balik, lo gak mau sekolah. Kok mencurigakan banget sih?"

"Lo mau bonyok di sebelah mana aja?"

Argo tidak mempedulikan adiknya dan memilih tertawa pelan kemudian meninggalkan si bungsu yang sedang berbaring di sofa.

Baru beberapa menit, tapi Abraham bisa mendengar deru mesin mobilnya yang ia dapatkan karena merengek ke ibunya itu meninggalkan rumah. Abraham menggeram kemudian memukul pelan bantalan sofa.

...

Berkutat dengan kasurnya selama satu jam membuat si Bungsu Januraksa akhirnya bangkit dan berjalan dengan santai menuju dapur. Meneguk air hangat di gelas yang sudah berada di tangannya.

Seolah teringat kejadian semalam dimana dirinya yang bodoh bisa-bisanya memeluk Kalila membuatnya bergidik ngeri. Kemudian meletakkan gelas kosong itu di meja marmer panjang yang berada di depannya.

Bukannya kembali ke kamarnya, Abraham justru melangkah menuju Kalila yang telah termangu di meja makan dan duduk di samping gadis itu.

"Lo kenapa? Gak mau pulang beneran?" Abraham bertanya kepada Kalila dengan menggunakan nada paling sinis dan sarkas yang bahkan dia tidak pernah sadar kalau memilikinya

Kalila mendengus, "Gak"

"Gue empet liat lo disini lama-lama" sekali lagi mengatakan hal itu tanpa menggunakan nada yang ramah kepada Kalila

"Salah sendiri bolos" Kalila menaikkan satu alisnya lalu masih berusaha tidak menoleh kepada Abraham untuk memukul anak laki-laki itu tepat di bibirnya

"Terserah deh"

"Yang harusnya ngomong terserah kan gue, kenapa jadi lo?" Dan Kalila semakin tidak mengerti ada apa dengan dirinya dan Abraham dan kesinisan diantara mereka

Salah lagi, dan Abraham menghela nafas dengan tenang, "Kalo ada masalah, cerita"

Kalila beralih memutar tubuhnya dan memandang anak laki-laki di hadapannya penuh selidik,"Bra, kayaknya lo harus rajin-rajin bonyok kayak gini deh"

"Kenapa emang?" Tanya Abraham dengan nada datar dan tentu saja tidak peduli dengan pendapat Kalila walaupun dia ingin mendengarnya

"Lo jadi baik gitu, masa. Lo mau denger curhatan gue. Pasti ada yang ngefek tuh luka sampe lo geser gini" Kalila mengungkapkan ketidakpercayaannya kali ini karena anak laki-laki itu terlihat sedikit lebih perhatian dari biasanya

Abraham mendengus kesal. Ucapan Kalila seolah menamparnya. Baiklah, sejak kapan ucapan Kalila berpengaruh padanya. Mungkin sejak curahan hati di tengah malam dan berakhir dengan pelukan. Bukan. Lebih tepatnya pemukulan sadis Kalila kepada Abraham dan lengan Abraham yang menahan leher Kalila

"Gue beteeeeeeek"

Abraham menaikkan satu alisnya

"Parah!"

Abraham kembali memundurkan sedikit tubuhnya

"Pokoknya gue bete parah!"

Dan anak lelaki itu menganggukkan kepala

"Kita gencatan senjata dulu, gue lagi males berantem sama lo. Gue lagi ribut sama yang lain"

Ucapan Kalila membuat Abraham sekali lagi mengangguk

"Braaaaa...."

Abraham berjengit dan hampir saja terjungkal ke belakang ketika Kalila melakukan satu aksi nekat yang membuatnya jengah setengah mati. Kalila sedang merajuk padanya, menjijikkan

"Gue mau main! Sekali ini aja, pleaseeeee"

"Gak" Abraham menatap curiga kepada Kalila yang menangkupkan kedua tangannya dan menatapnya penuh harap

"Gak bakalan bilang Argo... Ya ya ya mau yaaa?"

Abraham menatap bola mata Kalila yang sukses membuatnya nyaris luluh, "Rugi amat gue, mending tidur"

"Ayooooo. Please please please, janji deh janji gak nakal"

Abra menjauhkan wajah Kalila dengan telunjuknya, "Nakal apaan? Males! Gak mau!"

"Pleaseeeeeeee. Atau gue bakal nangis seharian di kamar lo!"

Abraham kembali menatap Kalila

"Please..." kali ini Kalila mengeluarkan jurus andalannya, menatap dengan mata memohon dan setelah ini dia akan mengutuk dirinya sendiri karena kelakuannya ini

"Mau kemana emang?"

"DUFAN! SERIUS YA ABRA!"

Melihat gadis itu kegirangan, Abraham mendengus sebal mengingat kebodohannya, "Kan gue belum bilang iya"

"PLEASE SEKALI INI AJA OKE! OKE BABY! LET'S GO!"

Pasrah. Tidak ada jalan kembali. Baiklah, Abraham setuju menemani Kalila seharian ini.

"OKE.AYO BERANGKAT BABY ABRA! THANK YOU! I LOVE YOU! HUWAAAAA! BAHAGIA KU KARENAMU!" gadis itu memekik kegirangan dan berputar-putar di kursinya

Abraham menoyor kepala Kalila sambil menahan emosinya, "Lebay. Mandi lu, buru! Jam 8 udah siap aja, gue mau ke bengkel dulu soalnya"

"SIAP BABY ABRA!" kemudian Kalila ngacir menuju kamarnya

"LO YANG NYETIR YA BABU!"

"BODO! YANG PENTING BERANGKAT YA BABU! LO YANG BAYAR TIKET!"

"MARUK KALILA!"

Tapi Abraham tersenyum juga dengan melihat bagaimana Kalila berlari menaiki tangga

NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang