The things we've done

2.1K 256 1
                                    

"Kalila..." Jillia mengerutkan keningnya kemudian berdiri pada tepian tangga dan melihat Abraham menahan satu tangannya untuk menjaga Kalila, "Kalian ngapain?"

Kalila baru saja akan mendorong Abraham sampai kemudian dia mengerjap dan masih saja membatu di tempatnya. Dia menggelengkan kepalanya karena Abraham sedang memandang Jillia sekarang. Anak laki-laki itu terlihat sama sekali tidak malu sedangkan Kalila berusaha melepaskan diri dari Abraham

"Don't ever touch me, again..."

Abraham hanya menaikkan satu alisnya. Dia yakin Kalila menyukai bagaimana tadi dia mendaratkan bibirnya itu.

Kalila mendorongnya. Tapi bukan Abraham yang menjauh justru Kalila yang terjatuh karena salah mendaratkan kakinya.

"Kalila!" Teriak Abraham ketika akhirnya Kalila terjatuh beberapa anak tangga dan Jillia berhasil mendapatkan gadis itu. Ah. Hampir saja dia terkena serangan jantung hanya karena anak perempuan ceroboh seperti Kalila

Kalila membelalakan matanya ketika berusaha berdiri dari jatuhnya dibantu Jillia. Dia berdiri sambil memegangi lengan Jillia dan satu penyangga disampingnya, "Thank you step sis..." katanya kemudian tertawa pelan

Jillia menganggukkan kepalanya lalu menatap serius kepada Kalila dan melirik Abraham yang sudah menuruni anak tangga dengan langkah cepat menuju mereka berdua. "Push me..."

Anak perempuan itu memajukan wajahnya dengan bingung, "What?"

"Push me, Kal..."

"What?" Kali ini Abraham yang bertanya dengan bingung dan menatap Jillia dengan matanya tajam, "What do you mean, idiot?"

Jillia menghela nafas dengan kasar kemudian mencengkram lengan Kalila dan Abraham bersamaan. Menoleh ke sekitarnya dan tidak mendapatkan siapapun kecuali mereka bertiga di ruangan besar itu. Dia menganggukkan kepalanya kemudian menatap Kalila dan Abraham bergantian, "Kalila i'm sorry... I have to..."

...

"Dia gak akan mau melakukan hal seperti itu, sayang..." Julia menyisir rambut Jillia kemudian putri tirinya itu memutar tubuhnya kepada dirinya, "Kenapa?"

"Masa? Kalila pasti mau, Ma. Dia pasti mau gantiin aku" Jillia mengerutkan keningnya, "Jadi, Papa sengaja ngurung Kalila selama ini supaya kalo aku nanti mati, she'll replace me?"

Julia menaikkan satu alisnya. Putri tirinya ini memang lebih pintar dan lebih memperhatikan sekitarnya dibanding Kalila yang sangat dia sayangi itu. Apa yang direncanakan putri tirinya? "Oh, iya..."

Anak perempuan itu memandang kosong kepada kursi disebelahnya. Dia merasa kecewa seketika karena ayah kandungnya akan melakukan hal semacam itu hanya untuk menjaga kekayaan mereka

"What you think you're doing, Jillia? Mama tau maksud kamu hanya dari melihat kamu seperti ini..."

Jillia mengadahkan wajahnya menatap sang Mama kemudian tersenyum. "People will die afterall. Penyakit aku cuma bikin aku lebih cepet aja dibanding yang lain... Jadi..."

"Bawa Kalila pulang. That's all i ask, Jillia... Jangan pikir Mama gak tau apa yang kamu rencanain..."

Anak perempuan itu menatapnya sekilas kemudian tersenyum dengan sangat manis seperti biasanya.

...

"I'm sorry, i have to..."

Abraham membelalakan matanya ketika tangannya ditarik paksa oleh Jillia. Dia terjungkal begitu saja dan Abraham merasa kepalanya terantuk dengan cukup keras pada lantai rumahnya yang berlapiskan marmer itu. Mendadak dia pening dan semua luka di tubuhnya terasa lebih menyakitkan dari biasanya.

Begitu juga dengan Kalila yang melotot ketika Jillia menariknya dengan tiba-tiba dan Kalila kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya menubruk Jillia dan mereka terjungkal ke lantai dasar dengan sangat keras. Kalila merasa detik berikutnya adalah detik terburuk dalam hidupnya ketika dia pening dan kepalanya berkunang-kunang.

Sebuah tangan meraihnya dan menyandarkan tubuhnya pada lengan itu. Kalila bernafas dengan sesak dan susah payah karena benturan di lengan dan rusuknya yang menabrak satu anak tangga pertama. Dia menoleh mencari pemilik lengan itu dengan susah payah dan melihat Abraham memegangi satu bagian perutnya yang terluka.

"Kal..." panggil Abraham dengan susah payah dan menekan perutnya yang sudah mengeluarkan darah, "Jangan pegang... Jillia..."

Kalila berusaha mengeluarkan suaranya tetapi hanya sesak yang dia rasakan. Semakin dia mencoba dia merasa semakin sulit bernafas. Lalu menatap dengan lemah kepada arah pandangan Abraham.

Jillia sudah tergeletak di sampingnya dengan lengan mereka yang bertautan

"Lepas..." Abraham mengerang dengan pelan kemudian menatap tajam Kalila seolah mengancam anak perempuan itu, "Kalila pegang gue sekarang!"

Sayangnya, Kalila tidak bisa banyak bergerak dan hanya mengerjap berusaha untuk tetap sadar dan memahami situasi mereka sekarang. Kenapa tidak ada satupun orang yang menolong mereka? Kalila merasa sangat lemah sekarang

Abraham berusaha mengumpulkan sisa tenaganya dan menarik Kalila ketubuhnya sebelum orang lain tiba di ruangan itu. Dengan susah payah dia berhasil mendapatkan Kalila yang sudah pingsan dan tidak bernafas. Abraham menekan perutnya kembali dan berusaha memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia menarik lengan Jillia dan meletakkannya di atas tubuh Kalila dengan nafas tersenggal-senggal kemudian dia berbaring di samping Kalila yang sudah merangkulnya

"Cewek gila... Fvck!" Abraham mengerang kemudian menelan ludahnya dengan susah payah, "Argo!"

NostalgiaWhere stories live. Discover now