That i hate

1.8K 223 5
                                    

"Hey..." sapa Argo dengan senyuman manisnya ketika salah satu panggilan videonya di jawab Jillia

Perempuan itu baru saja kembali dari turki. Dengan pandangan menyipit, Jillia mengabaikan beberapa saat panggilan itu dan mencari salah satu ajudan Elwood yang pria itu tugaskan untuk menjemputnya, "Wait, Go. Gue lagi cari jemputan..."

"I see" ucap Argo mencoba mengerti. Perempuan itu akan selalu mengabaikannya

Di saat bersamaan, Rival Javaris, salah satu teman masa sekolah dan juga anak saingan Elwood, melewati Jillia dengan tanpa sengaja dan menatap perempuan itu, "Jillia Elwood? Is that you?"

Jillia memutarkan tubuhnya menemukan Rival memandangnya, "Hai... Rival..."

"Rival?" Suara Argo menggema di headsetnya kemudian kembali terdengar seolah bertanya, "rival Javaris? Pacar umpet-umpetannya Monic?"

Perempuan itu memutuskan panggilannya dan beralih lebih fokus kepada Rival, "Hai. Long flight? Ngapain lo disini? Ngapain nyapa gue sih lebih tepatnya..."

Rival sudah akan tertawa tapi sedetik kemudian dia mengedikkan dagunya ke arah tangga dan Jillia menoleh sesaat. "Cewek gue ngajakin liburan"

Mereka bertatapan kembali dan terlibat pembicaraan kembali memanfaatkan waktu sebelum kekasih Rival entah yang keberapa itu mendekat kepada mereka

"Dan lagian, sengaja nyapa lo soalnya lo jalan sendirian..." Rival mengernyitkan keningnya kemudian, "Lo sama Abra janjian liburan bareng ke indo? Tadi gue ketemu dia di..."

Jillia mengangkat satu tangannya kemudian menghela nafas, "Don't talk about him"

"Lah? Ya udah, gue balik duluan. Salam buat saudara tiri lo yang kayaknya empet banget liat gue..."

Jillia melambaikan tangannya ketika Rival tersenyum kepadanya. Si ganteng dan seksi itu masih saja suka menemukannya di tengah keramaian seperti ini

Terpaksa Jillia menarik salah satu kopernya dengan susah payah dan kembali mencari supir papanya yang ditugaskan menjemput. Kemana lagi ajudan papanya ini? Pasti sibuk dengan pesanan Jillia sampai lupa kalau dia sudah tiba sejak tiga puluh menit lalu

Gerakannya terhenti ketika melihat Abraham Januraksa dengan tatapan tajamnya berjalan mendekat. Langkahnya lebih lebar dan kini berdiri di samping Jillia dengan berkacak pinggang

"Do i know you?"

Mendengar nada sinis Jillia, Abraham hanya tertawa. "Berbulan-bulan kelayapan bikin lo amnesia sama siapa yang ngambil hmfffft---"

Jillia melotot kesana kemari melihat ada orang lain di sekitar mereka atau tidak. Laki-laki ini. Hampir saja membuat dirinya serangan jantung. Selain karena merindukan Abraham tetapi juga karena ucapannya. Siapa sangka kalau si pie manis milik Jillia ini semakin tampan semakin hari. Sudah berapa lama sih dia tidak melihat Abraham? Kenapa semakin...

Abraham tidak banyak bergerak dan hanya membiarkan Jillia membekap mulutnya sambil bersedekap. Dia baru saja tiba sama seperti gadis itu, hanya saja tidak menyangka jika liburannya kali ini akan bertemu dengan Jillia.

"Ngapain lo? Kakak lo bukannya masi sekolah? Kok lo udah balik aja? Katanya sekalian S2? Terus mana magister magisternya?"

Abraham hanya menatap datar perempuan itu tidak habis pikir. Bagaimana dia harus menjawab kalau mulutnya saja masih dalam bekapan Jillia. Pakai bahasa isyarat begitu? Lucu sekali Jillia ini. Jadi dia diam saja tidak berusaha membalas

"Gosh. Gak ngomong-ngomong pula ini orang"

Mata cowok itu beralih dari Jillia ke tangan cantiknya secara bergantian. Bukannya melepas bekapannya, Jillia malah memandang bergantian ke tangannya dan juga mata Abraham. Sampai akhirnya cowok itu memutarkan bola matanya dengan kesal

"We bumped to each other accidentally ya, Bra. Kita gak kenal sekarang. Shoo shoo..." katanya sambil melepaskan bekapannya

Abraham menghela nafas. Berdecak beberapa kali sampai akhirnya melihat supir perempuan itu tiba dan mengambil koper majikannya. Dia hanya mengikuti dari belakang.

Begitu bagasi dibuka, bukan hanya koper Jillia yang masuk ke dalam sana tetapi juga milik Abraham Januraksa yang kini sudah mengambil duduk di samping putri cantik Elwood.

"Pak kenapa dikasih masuk sampah satu ini?" Desis Jillia sambil menyibakkan rambutnya dan menatap ke luar jendela

"Maaf, non. Den Abraham akan pulang sama kita sesuai pesan tuan..."

Jillia menajamkan pandangannya pada Abraham. Satu sudut bibirnya terangkat

"Eugh... Jillia berat..." kata Abraham ketika perempuan itu sudah naik ke atas pangkuannya dengan pelan dan sudah memainkan jari telunjuknya di dada cowok itu, "Sono... Ini tempat duduk masih lebar kalo hmmmffft---"

Sekali lagi Jillia membekap Abraham dan menoleh kepada supirnya, "Pullman, pak..."

"Hah again? Gue gak mau ya ketahuan sama Argo begini sama calon tunangannya..." protes Abraham setelah bekapan tangan Jillia lepas dari bibirnya

"Oh iya? Terus kenapa tangannya raba-raba ya, Abra?" Jillia menaikkan satu alisnya dan menunjuk kepada salah satu tangan Abraham yang sudah menjalar ke punggungnya, panas...

"Makanya pindah duduk sana..." kata Abraham walaupun akhirnya dia kembali menahan punggung Jillia dan mendekatkan wajahnya

Jillia tertawa dengan renyah, "Hah. Pak jangan bilang siapa-siapa, ok?"

Supirnya tidak melirik ke belakang ataupun ke spion karena mendengar suara geraman Abraham di detik berikutnya. Dia sudah tahu apa yang akan terjadi.

"Mau ngapain kita, Bra? Katanya males ketahuan sama kakak lo? Kenapa gak lo aja yang jadi tunangan gue kalo begitu..."

Abraham yang sedang sibuk menciumi leher jenjang Jillia akhirnya menatap perempuan itu. "Ah. Dia yang cinta sama lo bukan gue... Gue cuma suka sama ini..." katanya sambil menyentuh sesuatu dibalik kain segitiga milik Jillia

"Ck... Terus mau ngapain lo sekarang?"

Abraham mencium sekilas bibir Jillia dan tersenyum, "Main kelinci-kelincian..."








...

Ternyata menulis ini melelahkan gaes,,,

NostalgiaWhere stories live. Discover now