DK ❤ 36

27.4K 2.8K 44
                                    

Status : Republish.

Jadwal up date : setiap Senin. (& Weekend)

Genre : General Fiction.

--o0o--
   
  

Hari kedua meeting berjalan lancar, membahas costumer besar yaitu proyek pembangunan hotel baru milik perusahaan besar di daerah Bali yang membutuhkan sentuhan karya AMF pada furniturnya, nuansa elegan menjadi pilihan hotel tersebut, ada campur tangan design dari bu Chelsea juga.

Reyhan beberapa kali menatap Kiandra yang terlihat lebih ceria, bahkan Arya yang usil pun hanya ditanggapi dengan senyum, bukan desisan dan geraman seperti biasanya.

Begitu pula Elvan, berapa kali Elvan terlibat percakapan dengan team Singapura dan Surabaya dengan hangat, sedikit mengumbar tawa. Dahi Reyhan makin mengkerut saat tak sengaja Kian dan Elvan yang kepergok saling melempar senyum.

Apa ada kemajuan???

"Design baru kita telah disetujui oleh pihak hotel, pilihan jatuh pada elegan and classic," ucap Killian Kepala Divisi Marketing dalam presentasinya.

"Secara teknik dan pemasangan, design baru tidak bermasalah pada proses produksi dan pemasangan," ucap Arya Dipta yang maju presentasi bersama Killian.

Tadi Reyhan sudah presentasi, menjabarkan bahwa divisi planning dan seluruh divisi produksi akan memakai setengah line produksi khusus untuk project hotel, dan setengahnya untuk proyek proyek lain. Begitu juga dengan bahan baku di gudang, pendataan dan stok akan dibuat terpisah.

2-3 tahun adalah waktu yang diberikan oleh pihak hotel untuk proses produksi dan pemasangan di lapangan, berpacu dengan schedule pembangunan gedung oleh pihak kontraktor. Begitu ruangan dinyatakan selesai oleh kontraktor, maka divisi pemasangan akan langsung bergerak.

Aturan baru dan cara main baru bagi AMF, tapi manajemen terima tantangan itu, mungkin karena pemasukannya hampir sama dengan jumlah proyek sepuluh tahun. Wow....

"Woahh selesai juga akhirnya... pegel." Kian meregangkan badannya setelah meeting dibubarkan, jam menunjuk jam 7.30 malam.

"Capek?" tanya Elvan disamping Kian.

"Pinggang saya pak, rasanya kaya digebugkin warga sekampung," keluh Kian sambil mengelus pinggang. Elvan tertawa, senang karena Kiandra benar-benar memenuhi ucapannya. Mereka sudah kembali seperti dulu.

"Kiandra, kode banget minta gw elus-elus, sini..." ucap Arya mendekat, langsung dipukul dengan kertas-kertas yang ada dimeja Kiandra.

"Sadis amat neng sama calon imam," ucap Arya. bodo....

"Gw antar ya, gw bawa mobil," ucap Arya lebih serius. Elvan ingin protes tapi diurungkan dan lebih memilih diam

"Oke, tunggu gw Isya dulu ya, nanggung. Lagian pasti macet nih Jumat malam,"Ucap Kian merapihkan alat-alat tulisnya.

"Iya, eh disini kopi Thailand nya enak loh, cobain yuk," ucap Arya, Kian mengangguk antusias.

"Pak Elvan mau ikut?" Kian menatap Elvan

"Boleh, saya ke kamar dulu." Elvan berdiri lalu keluar dari ruang meeting hotel.

Setelah shalat, Arya dan Kian berjalan menuju ke lantai tiga kolam renang, ada lounge disana yang menyediakan kopi Thailand tadi.

Kian duduk di gazebo seperti tadi malam saat Arya memesan kopi ke meja bar di dalam.

Wajah Elvan kembali terbayang, saat berlutut di depan Kiandra. Tadi malam Kian gak bisa tidur, memikirkan apa yang terjadi antara mereka.

Dear KiandraWhere stories live. Discover now