6. Dreamcatcher

Start bij het begin
                                    

"Permintaan gue yang kedua adalah ... beliin gue cilok Barokah Mang Ujang yang ada di depan kompleks perumahan seberang jalan itu. Selama tiga hari. Terhitung mulai besok. Oke, bye Icha," Ardo menepuk kepala Icha dua kali. Cowok itu dengan santainya berjalan meninggalkan Icha yang lupa menutup mulutnya.

"Wah ... wah. Cha, tuh cowok super nyebelin, deh," ucap Meta begitu Ardo sudah menghilang dari pandangan. "Cha?"

Icha menggeram kesal. "Gue bisa gila, Met. Mang Ujang itu siapa?" Icha mulai merengek.

"Tukang cilok gitu, Cha," jawab Meta dengan polosnya.

Kalau itu Icha sudah tahu. Masalahnya Icha tidak pernah jajan di jalanan sama sekali. Bagaimana caranya ia bisa mengenali Mang Ujang?

--**--

Icha baru saja sampai di rumah. Penampilannya sudah acak-acakan. Rambutnya mencuat ke mana-mana karena sepanjang ulangan Matematika tadi, cewek itu sering menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Dari 10 soal, hanya 5 soal yang bisa dijawab Icha dengan yakin. Sisanya, Icha mengerjakan soal itu dengan ilmu perkiraan yang paling cocok. Sayangnya ia tidak bisa menjawab dengan hitungan kancing seragam, karena ini soal essay.

Saat Icha baru saja membuka kulkas, tiba-tiba Ratih muncul di belakang Icha.

"Cha, Mama mau ngomong sebentar," kata Ratih. Icha yang tidak pernah menduga kehadiran Ratih di belakangnya, membuat gadis itu berjingkat hingga menabrak pintu kulkas.

"Aduh, duh. Mama, ih," Icha meringis menggosok sikunya yang terantuk pintu kulkas. Mamanya keterlaluan, harusnya pakai kode dulu jika akan muncul di belakang Icha. "Ngomong apaan, Ma?"

"Cha, jangan bersikap tidak sopan di depan Oma Ambar. Mama, tidak suka sikap kamu yang seperti itu. Mama jadi merasa ..."

"Maafin Icha, Ma. Icha nggak suka aja sama semua omongan Oma yang selalu membanggakan Marita. Cucu Oma kan bukan Marita aja. Nyebelin tahu. Yang bersikap kayak gini nggak cuma Icha aja kok, Ma. Mama kira Bang Farez sama Farel nggak menghindari Oma juga? Mereka juga berpikiran sama kayak aku. Bedanya, Bang Farez lebih pintar melipir sedangkan Farel, tuh anak bisa mendadak berubah jadi patung," jelas Icha panjang lebar pada Ratih.

Ratih menatap anak gadisnya yang menunduk dan terlihat sendu. "Iya, Mama tahu. Tapi, kamu tetap saja tidak boleh bersikap seperti itu pada Oma. Mama juga sama jengkelnya seperti kamu, Cha. Tapi Mama tetap menghargai Oma Ambar."

"Mama dan Papa percaya kok, kalau anak-anak Mama dan Papa itu adalah anak-anak yang hebat. Yang bisa menentukan mau jadi apa mereka nantinya. Mama akan selalu mendoakan yang terbaik buat kalian. Mama ingin lihat kalian sukses. Ih, udah ah. Kok Icha malah nangis," Ratih mengusap air mata Icha yang tiba-tiba keluar.

"Icha terharu, Ma," ucap Icha disela-sela menahan air matanya yang akan keluar lagi. Icha memeluk Ratih erat. Mungkin banyak orang di luar sana yang tidak menyukai impianmu tetapi yakinlah bahwa dukungan dan kasih sayang dari keluarga akan membuatmu bertahan.

"Udah, ganti baju dulu sana. Mama masak makanan kesukaan kamu. Telur balado." Ratih mengusap sayang kepala Icha. Icha mengangguk dan melepas pelukan mamanya.

--**--

Dia dulunya adalah seorang putri. Mungkin lebih terkenal dengan sebutan Snow White. Namun, saat dirinya diracuni dan dibuang di sebuah hutan oleh penyihir jahat itu, kehidupan Snow White berubah. Snow White dikabarkan telah meninggal, sang penyihir merasa dirinya lah wanita yang paling cantik tetapi itu salah besar. Ada ratu tercantik yang tinggal di sebuah hutan jauh dari kehidupan manusia. Dia adalah Ratu Eirlys.

Ratu Eirlys adalah Snow White.

Icha memang lebih suka menulis ulang cerita-cerita dongeng yang selama ini masih melegenda. Ia akan sedikit mengubah alur dan konfliknya. Inilah impian baru Icha, menjadi seorang penulis.

Icha menghentikan kegiatan menulisnya. Icha teringat kenangan indah satu tahun yang lalu. Saat ia menemukan seseorang yang mempunyai mimpi, ambisi, dan semangat yang sama. Icha merasa menemukan kebahagiaan abadi. Tetapi Icha salah, kebahagiannya mendadak lenyap karena satu kesalahan.

Icha menghela napas beberapa kali. Ia mengerjapkan matanya yang mulai berair. Kenapa hari ini ia begitu cengeng? Icha menatap benda yang ia gantungkan di dekat jendela kamarnya. Banyak mitos yang mengatakan jika dreamcatcher bisa menangkap mimpi-mimpi baik, dan mimpi-mimpi buruk tidak akan datang pada orang yang mempunyai benda itu. Tetapi, setiap Icha menatapnya, kesedihan itu kembali hadir. Bahkan ia selalu bermimpi buruk tentang benda itu dan seseorang.

"Gue kangen sama lo. Gimana keadaan lo sekarang? Pasti lo masih benci kan sama gue?" Icha bermonolog sendiri sambil memandangi dreamcatcher berwarna biru itu lekat-lekat.

Icha meraih ponselnya. Iseng ia membuka-buka akun instagram. Tadi setelah selesai ulangan Matematika, Icha dan Meta selfie dengan muka kusut dan sok melas. Mereka mengunggah foto itu dengan caption 'Muka ngenes para korban kekejaman MTK'

Mata Icha membulat sempurna ketika melihat akun yang baru saja menyukai postingannya.

prince_Ardo liked your post. 5m

Icha menajamkan penglihatannya sekali lagi. Ini bukan Ardo si cowok nyebelin itu kan?


---

Selamat hari Rabu. Hari di mana Icha dan Ardo muncul lagi untuk membuat hari-harimu penuh dengan senyum-senyum gaje.

Adakah pertanyaan di pikiran kalian sesudah membaca part ini?

Masih setia dengan pertanyaan, "Liontin apa sih?" Lha ini ganti ada dreamcatcher. Siapa yang punya dreamcatcher di rumah? Kalau aku sih nggak punya. Ada yang minat beliin? 

Kira-kira itu akun instagram Ardo bukan? Jawabannya tunggu hari Sabtu ya. Thank u.

Oh ya, happy 100k followers for Belia Writing Marathon. Keren banget!!! Ada giveaway seru yang bakal hadir. Jangan sampai ketinggalan infonya di akun-akun media sosial Bentang Pustaka ya.


Bye,

Xoxo,

AprilCahaya

MIMPI [Sudah Terbit]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu