“Jisoo-ya ... maaf, aku salah. Maaf ....” gerakan cepat Jungkook berhasil membawanya merangkul tubuh Jisoo cepat di sana. Tubuh gadisnya sudah bergetar hebat dengan kondisi yang basah kuyup.

“Sialan, siapa yang melakukan ini? Brengsek!!” umpatan Jungkook tak mampu ia tahan seraya melepas jas sekolahnya dan ia balut tubuh Jisoo dengan asal di sana, asal tubuhnya tertutup saja saat ini sebelum ia mengangkatnya dengan bridal style.

Berlari sekuat tenaga menyusuri koridor sekolah, seraya terus berucap, “Aku mohon, jangan hilangkan kesadaranmu. Aku mohon ....”

Jungkook sepertinya benar-benar tidak waras hingga membawa Jisoo ke rumahnya, bukannya ke rumah sakit. Ia benar-benar tak bisa berpikir jernih saat ini. Dalam taksi yang ia panggil itu pun ia terus saja memeluk kuat Jisoo yang berada dalam pangkuannya. Berharap kehangatan yang ia ciptakan dapat dirasakan oleh Jisoo yang terus saja bergetar karena kedinginan.

Jisoo yang berada di pangkuan Jungkook benar-benar seperti anak kecil yang tengah dipangku oleh sang ibu, memeluk setiap bagian tubuh Jisoo hingga meneggelamkan dalam tubuh tegapnya. Telapak tangan kekarnya bahkan tak terlepas dari wajah Jisoo.

Ahjumma!! Tolong ganti bajunya, ia juga sepertinya demam. Siapkan kompresan!!” suara tinggi penuh perintah itu dengan cepat ia katakan sebelum menaiki tangga menuju kamarnya.

Tak lama setelah ia meletakkan Jisoo di atas ranjangnya, sang bibi masuk dengan sebaskom air hangat dan segera menyuruh Jungkook untuk keluar agar ia bisa mengganti pakaian Jisoo dengan cepat. Jungkook bukannya membersihkan dirinya lebih dulu, ia malah bergerak layaknya setrika di depan pintu kamarnya sendiri. Ia khawatir kala Jisoo tak berada di jangkauannya.

“Kau mandilah dulu, lalu turun dan makan malam. Biar ia bibi yang urus,” ujar sang bibi yang terus mengusap tangan Jisoo dengan handuk hangat yang dibawanya tadi.

Tatapannya kini hanya berfokus pada Jisoo yang sudah memakai salah satu sweater-nya, dan tertidur di ranjangnya itu. Jisoo belum sepenuhnya merasakan hangat, getaran kecil pada tubuhnya pun masih terlihat jelas di mata Jungkook.

“Bibi yang turun saja, aku makan nanti saja. Biar aku saja yang mengurusnya.”

“Kau?! Mengurus gadis ini?” tatapan tak percaya dari sang bibi terlihat di sana, merasa Jungkook tak seperti yang ia kenal.

“Sudahlah, bi. Keluarlah ....” perlahan Jungkook mendorong tubuh sang bibi hingga keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya.

Sepeninggal sang bibi, Jungkook yang masih menggunakan kemeja seragamnya itu duduk di tempat sang bibi duduk tadi——tepi ranjang. Perlahan ia meraih tangan Jisoo dan mengelapnya perlahan dengan handuk hangat itu. Memang tangan Jisoo yang dipegangnya, namun wajah Jisoo-lah yang memenuhi atensinya. Bibir kecilnya yang bergetar itu sungguh mengganjal hatinya.

Jungkook kemudian mendekatkan wajahnya, melekatkan ibu jarinya pada bibir Jisoo seraya menggenggam wajah mungilnya itu. Sedikit pergeliatan dari Jisoo tercipta di sana, seolah terkejut akan hangatnya ibu jari Jungkook yang tertempel di bibirnya itu tanpa sadar.

Jungkook tahu bukan waktu yang tepat saat ini, namun ia tak bisa mempungkiri bahwa jantungnya berdetak tak normal kini. Ada yang salah dari dirinya, dan ia sadari itu. Bagaimana bisa jantungnya berekasi begitu hebat hanya dengan menyentuh bibir gadis ini, belum lagi mengecupnya. Jisoo membuatnya gila hanya dengan tindakan kecil. Hingga Jungkook pun tak mampu menahan gejolaknya dengan hanya melihat Jisoo yang terus menggigil di sana, sampai Jungkook benar-benar memajukan wajahnya dan kali ini bibirnya ia jadikan sebuah sentuhan hangat pada bibir Jisoo.

Kecupan terjadi di sana dengan posisi Jungkook yang masih terduduk di tepi ranjang itu dan Jisoo yang terbaring dalam balutan selimut tebal. Jungkook semakin menggila merasakan bibir gadisnya ini, bibir yang sudah berapa kali ia rasakan namun tetap meningkatkan candunya. Ia bahkan tak bisa mengontrol dirinya untuk melumat bibir Jisoo kali ini.

Jisoo memang bukan gadis pertama yang ia cium. Jungkook bahkan tak mengingat siapa saja yang ia cium, namun Jisoo yang pertama kali membuat Jungkook gila hanya dengan sebuah bibir. Jungkook tak menyangka ia begitu rendah, berdebar hanya karena bibir seorang Lee Jisoo.

Sampai mata Jisoo mulai mengerjap beberapa kali, kesadaran mulai menyapanya saat merasa ada sebuah benda lembut dan hangat berada di bibirnya. Jungkook melepaskan tautannya itu, menatap Jisoo yang dibawahnya dengan jarak tak lebih dari 5 senti itu. Napas hangatnya bahkan sangat terasa di wajah Jisoo.

“Kau sudah bangun?”

Kedua bola mata Jisoo kini sudah sepenuhnya terkunci dalam atensinya, dan Jisoo pun dapat melihat Jungkook di atasnya dengan jarak yang membuatnya cukup pusing karena memandang begitu dekat.

“Hangatnya ....”

“Hm?” baru Jungkook hendak manjauh, sebuah tangan yang baru saja keluar dari balutan selimut itu memegang kedua wajahnya, menarik wajahnya kembali hingga ciuman kembali tercipta dan kali ini Jisoo yang memulainya.

Tak ada perlawanan dari Jungkook, dan ia yakin bahwa Jisoo kini tak sadar akan tindakannya. Ia yakin Jisoo kini beranggapan bahwa ia tengah bermimpi melakukan hal ini. Namun, Jungkook tak ingin perduli dan tetap menikmati bagaimana nikmatnya tautan bibir keduanya. Jisoo tak hanya mengecupnya, lumatan tercipta di sana dan itu adalah tindakan Jisoo.

Jungkook semakin menggila dan kehilangan kontrolnya saat Jisoo melakukan hal itu padanya. Jungkook tak memilki penghalang untuk menikmati nikmat ini, ia bahkan menuntun tangan Jisoo agar berada di tekuk lehernya sebelum tangannya memegang wajah Jisoo, sedang tangan satunya menopang tubuhnya yang berada di atas Jisoo saat ini.
Ciuman mereka tampak tak berhenti dalam waktu cepat, lumatan yang mereka lakukan bahkan melebihi dari sekedar ciuman biasa yang terakhir kali mereka lakukan di perpustakaan. Jisoo dan Jungkook seolah sama-sama tengah mabuk saat ini, mereka seolah lupa bahwa tindakan mereka saat ini bisa memicu hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh keduanya untuk saat ini. Lenguhan pelan bahkan terdengar pelan dari Jisoo saat oksigen mulai enggan masuk ke dalam dirinya. Jungkook dan Jisoo sudah melewati batas mereka.

Namun, satu hal yang dapat diyakini saat ini, tak ada nafsu di sana. Hanya ada kasih sayang yang mereka tunjukkan kepada satu sama lain, menyatakan pada diri sendiri bahwa keduanya saling memiliki saat ini.

To Be Continued

Sorry for typo(s)
Thank's for reading and
Keep voment~^^

RUMORSWhere stories live. Discover now