[22] Miss You

8.7K 1.1K 128
                                    

Panggilan dari Jimin yang baru saja diterima Jungkook membuatnya dengan cepat melesat ke suatu tempat yang baru saja diberi tahu Jimin. Supir Kim bahkan dibuat untuk mengebut di tengah jalanan yang mulai licin karena salju beberapa hari terakhir.

‘Aku rasa ia bekerja 12 jam di kedai sup itu.’

Ucapan Jimin ditelepon 30 menit yang lalu kini benar-benar ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Jisoo, gadisnya itu tengah mengangkut sebuah nampan besar berisi beberapa mangkuk sup lengkap dengan lauk pelengkapnya pula. Hanya sebuah kaca yang membatasi pandangannya kini, angin musim dingin bahkan tak begitu terasa saat ini. Fokusnya akan Jisoo mengalihkan semuanya.

Bukan hanya mengantar pesanan ke setiap meja, Jungkook bahkan sempat melihat pemandangan ia dimarahi beberapa pelanggan, berjongkok di sebuah sudut untuk sekedar mengigit roti yang tak utuh dalam saku celemeknya. “Ah, apa yang kau lakukan, Lee Jisoo ...,” ujar Jungkook dengan helaan napas panjang yang tak mampu dikondisikan, segala kata hilang mengekspresikan hal ini.

Selama beberapa hari Jungkook dan Jisoo hanya bertukar kabar melalui ponsel, tanpa bertemu. Jisoo beralasan harus mengurus sesuatu mengenai beasiswanya untuk di universitas nanti. Namun, gadisnya itu nyatanya kini telah berdusta. Mengelabui dirinya dengan bekerja di sebuah kedai sup, yang sangat ia ketahui pasti sangat sibuk di akhir tahun seperti ini.

Tak lama setelah Jungkook datang, Jisoo tampak keluar dari tempat kerjanya itu dengan membawa plastik dengan ukuran yang cukup besar dan Jungkook yakini itu isinya adalah sampah.

“O-oh, Ju-Jungkook-ah ....” belum 5 langkah ia menjauh dari kedai sup itu, pergelangannya sudah dikuasai Jungkook secara tiba-tiba setelah Jungkook mengambil paksa plastik besar yang dibawanya keluar tadi.

Tepat saat sampai di gang kecil sebelah kedai sup itu, Jungkook melemparkan asal plastik sampah itu ke tempatnya. Membawa gadisnya berdiri di hadapannya, dan langsung berucap, “Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak bilang padaku akan bekerja di sini.”

Entah terlalu cepat segala pergerakan Jungkook sedari tadi, hingga membuat Jisoo berkedip beberapa kali setelah diajukan pertanyaan. Jisoo menemui keterkejutannya.

“Jawablah, Jisoo-ya.”

“Aku ‘kan sedang bekerja, kau bisa lihat itu.” Jisoo akhirnya berucap setelah mendapat sedikit desakan dari Jungkook.

“Jadi, kenapa? Kenapa kau bekerja begitu berat dengan cuaca yang semakin dingin ini!” Jungkook sama sekali tak menunjukkan candanya, ia serius dengan ucapannya yang tanpa sadar meninggi.

“Kenapa apanya, manusia memang harus bekerja untuk hidup. Kau——“ kini Jisoo pun dibuat sedikit melawan Jungkook dengan berusaha menjelaskannya, namun segera pula disendat oleh Jungkook yang mulai tak nyaman dengan dialog mereka, “Kau membutuhkan sesuatu? Kau bisa mengatakannya padaku! Kenapa harus ... ah, kau ....” Jungkook kehilangan cara mengontrol emosinya, jika dilanjutkan ia bisa saja berteriak pada Jisoo dan berakhir dengan mengejutkan Jisoo.

“Kenapa aku harus meminta padamu?” Jisoo masih tak bisa menganggap kesalahan apa yang berada padanya hingga Jungkook begitu murka kini.

“Ap-apa? Hei, Ji—“

“Ini hidupku, tidak! Ini normal, semua orang bekerja sesuai kedudukannya untuk hidup. Aku tidak bisa terus hidup dengan uang peninggalan nenek, sekarang aku bertanggung jawab atas diriku sendiri, tidak ada siapapun.” Jisoo jelas mendongak menatap Jungkook dengan begitu lekat, tak ingin salah paham dan emosi. Hingga membuat hal sepele seperti ini menjadi runyam.

“Lalu, aku? Aku siapamu?” begitu pelan Jungkook berucap, dengan helaan napas pendek di awal ucapannya. Jisoo terbungkam beberapa sekon, masih menjaga tatapannya dengan Jungkook sebelum berucap, “Kau tidak bisa bertanggung jawab atas diriku. Hidupku masih milikku.”

RUMORSWhere stories live. Discover now