[20] Our Life

8.2K 1.1K 96
                                    

Ransel hitam dengan ukuran cukup besar itu menjadi pelengkap Jungkook di depan cermin panjangnya. Seragam yang hampir tak terlihat karena tertutup oleh mantel tebal dan panjang kini melekat sempurna pada tubuh tegapnya, musim dingin tak bisa dianggap remeh. Terlebih pagi ini ia harus memiliki kondisi terbaik, ujian SAT akan dilakukan dalam beberapa jam lagi dan ia harus berangkat saat ini.

Hyung! Semalam kau di rumah?” belum selesai langkah kakinya bertapak pada tangga, seruan panggilan sudah lebih dulu menyapa Namjoon yang edikit terinterupsi kegiatan membuka pintu mobilnya.

“Pergi sepagi ini?” Namjoon kembali menutup pintu mobilnya, memasukkan kedua tangannya pada saku celana, seraya berdiri menghadap Jungkook seolah menyambutnya.

“Ujian.” Sekedar jawaban Jungkook, sekedar pula respon Namjoon yang hanya mengangguk pelan seraya melambaikan tangan seolah ia hendak pergi dan mengatakan pada Jungkook untuk pergi dengan urusannya sendiri.

“Antar aku saja kalau begitu.”

“Kan ada supir Kim.”

“Beliau sedang sarapan, denganmu saja.” Jungkook sudah mengitari mobil Namjoon kini, membuka pintu mobil dan langsung duduk di kursi sebelah kemudi.

“He——“

“Kita jemput Jisoo juga.” Namjoon benar-benar dibawah kendali Jungkook jika seperti ini. Lihatlah bagaimana tingkah sang adik yang memakai sabuk pengaman dengan tenang tanpa melirik ke arahnya dengan segala penolakan yang ingin ia ajukan.

“Bersyukurlah kau ujian hari ini.” Dengan segala rasa yang menahan emosinya ia mulai melajukan mobil, keluar dari pekarangan luas mereka dan mulai menyusuri kawasan elit tempat tinggal mereka.

“Aku tahu, aku sangat bersyukur karena itu.” Lagi, Jungkook tak pernah kehilangan kalimatnya kala berhadapan dengan Namjoon, yang ada Namjoon-lah yang selalu mengukir kekalahan dengan akhir menuruti kemauan Jungkook.

“Ohya, jemput Jimin juga. Aku sudah janji pergi bersamanya.”

“Hei!!” seruan Namjoon begitu lepas kini, selepas ia menginjak rem dengan mendadak kala lampu lalu lintas memang berubah. Inilah yang menjadi salah satu Namjoon membenci Jungkook, di saat ia se-emosi ini menghadapi sang adik, Jungkook malah tersenyum jahil tanpa di hadapannya. Senyuman kemenangan seolah berhasil mempermainkan sang kakak.

“Kau kapan belajar menyetir, eo?!”

“Setelah ujian nanti.”

“Bagus sekali alasanmu!” jelas Namjoon menggerutu di sana, ia seolah tahu bahwa Jungkook berucap seperti itu karena ia hendak ujian kini. Jika Jungkook melakukan hal lain, maka alasannya pun berubah.

“Aku serius, saat sekolah aku sibuk belajar. Tak ada waktu belajar menyetir.”

Kini sedikit lirikan diberikan Namjoon pada Jungkook——tanpa sepengetahuan Jungkook——yang tengah melirik ke arah luar jendela. Namjoon tahu adiknya itu memang belajar dengan giat selama ini. Bahkan di saat ia menyuruh Jungkook untuk bermain dan biar ia saja yang mencari uang, Jungkook tetap enggan dan masih setia dengan buku-bukunya.

“Kalau kau dapat nilai jelek di ujian ini, aku akan membelikan mobil untukmu.”

“Bilang saja kau tidak mau membelikanku mobil!” Ya, Jungkook tahu bahwa Namjoon tengah meledeknya yang selalu mendapat nilai bagus saat ujian. Jika siswa lain mendapat imbalan jika nilai mereka bagus, maka Namjoon bertindak sebaliknya. Ia ingin sang adik menikmati hidupnya, bukan menghabiskan waktu dengan belajar karena tak ingin sendiri. Nyatanya, ia tak pernah belajar di rumah sendiri. Pasti ada Jimin yang menemaninya——walaupun Jimin bermain game——dan waktu saat belajar akan terasa cepat berlalu. Waktu yang cepat berlalu, itulah yang dicari Jungkook.

RUMORSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang