[04] Jerk

10.5K 1.5K 51
                                    

Ringisan sesekali terucap dari bibir mungilnya itu, kala sentuhan lembutnya membuat rasa sakit pada luka di wajahnya semakin menyeruak. Tatapan pasrah—melalui cermin toilet— menatap dirinya sendiri, dengan helaan napas berat kembali ia lakukan seolah berusaha menengangkan dirinya. Pelipis kanannya kini berdarah, plester pun sudah ditempelkan di sana. Namun, rasa sakit masih menguasainya. Bahkan lukanya kemarin masih belum sembuh dan ia harus kembali memndapat luka hari ini.

Keluarnya dari toilet, ia beralih ke ruang ganti. Di sana sudah sepi, dan kali ini ia sengaja memilih untuk tak mengganti pakaian bersama teman-teman sekelasnya. Ia ingin menghindari mereka untuk beberapa hari ke depan. Namun, tatapannya sontak berubah kala ia tak menemukan seragamnya di loker miliknya.

Lagi-lagi, ia hanya bisa menggeram dalam diam seraya menghela napas. Tak ada yang bisa ia perbuat sekarang. Melawan mereka? Hanya akan menjadi bumerang baginya, ia tahu pasti akan kalah di sana. Keadaan keluarga menjadi alasan terkuat di sana. Latar belakang yatim piatu dan hidup bersama nenek di tempat pendauran ulang bukanlah hal yang bisa dijadikan senjata di sekolah ini.

Bersekolah di sekolah seperti ini, terlebih mendapatkan beasiswa full—kecuali kebutuhan sekolah, seperti seragam dan buku—sudah membuat Jisoo sangat mensyukuri hal itu. Predikatnya sebagai manusia tak dianggap? Ia bahkan sangat bersyukur akan hal itu, sebab ia bisa belajar dengan tenang tanpa gangguan. Sampai, rumor yang membawanya merubah hidupnya 180 derajat.

***

Hari sudah mulai gelap, sudah seharusnya para siswa tak berada di sekolah mereka lagi. Namun, seolah pengecualian buat SMA Insung, di sekolah yang terkenal meluluskan lulusan berpendidikan dan mampu menjadi saingan terkuat sekolah lain. Perpustakaan mereka buka 24 jam bagi yang tak ingin menyia-nyiakan waktu mereka, ruang kelas pun begitu—walaupun kosong di malam hari.

Oleh karena itu, yang membuat Jimin dan Jungkook belum beranjak di sekolahnya. Jimin baru saja selesai membersihkan tubuhnya di tempat shower kolam renang. Sedangkan, Jungkook sudah mengganti pakaian olahraganya tadi menjadi seragam—lebih dulu mandi dari Jimin.

“Ah, air panas di sekolah memang berbeda,” ujar Jimin seraya mengacak pelan surai hitam pekatnya, menggunakan handuk putih miliknya—masih mengenakan kaus putih.

Bungkam serta acuh pada ocehan Jimin, bukan sekali dua kali ia lakukan. Jungkook lebih memilih bangkit dari duduknya dan meletakkan satu kakinya—kaki kanan—di atas bangku yang tadi ia duduki. Ia menggerakkan jarinya cepat, mengikat tali sepatu putihnya itu. Sedangkan, Jimin kini sudah duduk di bangku sebelahnya, mengecek ponsel yang sudah menjadi bagian dari dirinya.

Heol! Daebak!” serunya dengan mata terbuka lebar, menatap layar ponselnya.

Tak ada respon berlebihan yang diberikan Jungkook, ia malah terkesan acuh dalam gemingannya. Jimin yang mengetahui bahwa Jungkook sama sekali tak perduli, pun kemudian membawa ponselnya ke hadapan Jungkook agar dilihat mau tak mau. Jungkook dapat melihat sebuah foto di sana, bukan Jisoo—seperti yang ia perkirakan.

“Itu seragamnya, dan sekarang sedang menyelam di kolam renang,” ujar Jimin memperjelas seraya menarik kembali ponselnya dari hadapan Jungkook.

Jungkook masih setia dengan bungkamnya, dan malah menggantikan posisi kaki satunya di atas bangku untuk ia ikat tali sepatunya.

“Wah, aku tidak tahu standar bully di Insung sudah sampai di sini,” jelas sekali Jimin berdecak kagum dengan senyum kekaguman, seraya terus men-scroll layar ponselnya—membaca komentar.

“Ayo!” ujar Jungkook mengambil cepat ranselnya dan langsung ia gantungkan di pundak kanannya, berjalan mendahului Jimin.

“Langsung pulang?” Jimin terbangkit dari duduknya, sedikit berbalik menoleh pada Jungkook yang sudah berdiri di pintu belakang kelasnya.

Jungkook yang langkahnya terhenti pun berbalik, menatap Jimin tanpa kata ajakan lagi, lebih menunjukkan ekspresi wajahnya untuk segera lebih cepat. Namun, Jimin malah melambaikan ponsel yang digenggamnya, mengisyaratkan nasib Jisoo.

“Bukan urusanku,” ucapnya sekedar sebelum berbalik dan kembali meninggalkan Jimin di kelas.

“Cih, siapa yang memulainya kalau bukan dia,” gumam Jimin sedikit berdecak mengambil ransel dan jas seragamnya secara bersamaan.

***

Bukan satu, dua tempat di sekolahnya ini yang sudah ia datangi. Kelas, toilet, perpustakaan, hingga gudang dan belakang sekolah pun sudah ia datangi mencari keberadaan seragamnya itu. Tak pula ia temukan seragamnya di sana, kini tinggal satu tempat—kolam renang.

Helaan napas panjang berhembus begitu saja, dengan posisi berdiri menatap dasar kolam renang itu. Penerangan di kolam yang cukup remang karena hanya beberapa sudut saja yang diberikan penerangan. Namun, ia sangat yakin benda yang ditimpa oleh batu di dasar kolam itu adalah seragam miliknya. Sungguh, ia muak akan hal ini terus terjadi padanya.

Setelah berdiam beberapa saat, ia mulai melangkah—mendekat ke tepi kolam—seraya merogoh saku celana olahraganya, mengambil ikat rambut di sana. Dengan asal ia membuat kunciran pada surai panjangnya itu. Sedikit berjongkok, ia berniat masuk dan mengambil barang miliknya di dalam sana.

Belum ia memasukkan satu kakinya ke dalam air dingin itu, sebuah tarikan pada pergelangan tangannya membuatnya sontak berdiri dalam sekali tarikan. Tarikan itu pun membuatnya berbalik cepat, menatap tubuh tinggi tegap di hadapannya. Si pemilik tangan kekar yang masih mencengkram kuat pergelangan tangannya—Jeon Jungkook.

Jisoo masih mendongak menatap pemuda tampan itu dengan posisi pergelangan tangannya masih digenggam olehnya. Namun, hempasan kuat ia lakukan agar tangannya terlepas dari Jungkook.

Plakk!!

Tamparan kuat menggunakan tangan yang baru saja bebas dari Jungkook itu, sukses membuat Jungkook sedikit mendapat kejutan di sana. Ia tidak menyangka gadis ini akan menamparnya. Namun, seolah tak ingin terlihat bodoh, dengan cepat ia kembali merubah ekspresinya, berusaha tenang.

“Dasar bajingan!”

To Be Continued

Sorry for typo(s)
Thank's for reading and
Keep voments~^^

RUMORSNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ