[23] Talking All Night

9.6K 1.1K 149
                                    

Warning!! Words more than 5k!

Piknik di atas tikar dengan menikmati
pemandangan sungai Han yang tentunya sangat ramai, saling bercengkrama bercerita kisah satu sama lain, tak lupa menidurkan kepala beratnya di atas paha kecil gadisnya menjadi bayangan Jungkook saat mengganti pakaiannya dan hendak pergi piknik bersama Jisoo. Namun, apa daya saat membuka pintu utama rumahnya, derasnya salju menyambut. Jungkook melupakan bahwa ini musim dingin, terlebih mulai memasuki puncaknya.

“Itu akibat kau berkhianat.” Itu yang diucapkan Jimin dengan gaya ledekan tentunya seraya duduk di sofa dengan sesendok ice cream di musim dingin.

“Diamlah!” ucapan Jimin semakin membuat kegeramannya meningkat drastis. Dengan kekesalan yang mendominasi, Jungkook menutup pintu itu dan menarik lengan Jisoo untuk berbalik.

“Ke mana?” Jimin kembali bersuara dengan gaya duduk santainya dan sekotak ice cream di atas pahanya.

“Kau gila? Ice cream di tengah derasnya salju?” Jungkook malah balik bersinis tanpa ada niat menjawab pertanyaan Jimin.

“Kau tahu aku orangnya hangat. Hati dan ... yang paling hangat adalah tubuhku.” Jimin jelas tersenyum jahil di sana, bahkan tatapannya dialihkan kepada Jisoo saat mengucapkan kata terakhirnya.

Kedua manik Jisoo yang sejalan dengan manik Jimin pun tak bisa begitu banyak memberi respon selain tatapan kebingungan akan respon yang tepat bagaimana. Sedangkan, Jungkook hanya mengumpat saat melihat sobatnya itu mengganggu gadisnya. Tanpa kata lagi, Jungkook menarik Jisoo sejauh mungkin dari Jimin. Bisa bahaya jika Jisoo terlalu lama bersama Jimin.

“Apa rencanamu?” Jisoo mulai bersuara, setelah dari tadi hanya membiarkan Jungkook mengambil alih segela kuasa atasnya.

“Hm ... berdiam diri di kamar?” entah tertular dari Jimin atau bukan, yang pasti saat ini Jungkook memberikan senyuman yang sama dengan Jimin tadi.

“Sepertinya kau lebih bahaya daripada Jimin.” Jisoo sedikit menggelengkan kepalanya berkali-kali dan dibalas tawa canda dari Jungkook yang tetap membawa gadisnya ke kamarnya yang berada di lantai 2.

Masuknya Jisoo ke kamar yang sudah tak begitu asing lagi baginya itu membuat ia langsung duduk di tepi ranjang Jungkook saat pemuda itu lebih memilih ke toilet kamarnya sesaat. Duduknya ia bukan tanpa kegiatan, kedua maniknya bekerja cepat menyusuri setiap sudut kamar lelakinya ini, hingga sebuah pintu kaca besar menjadi penghentian atensinya. Pintu kaca yang menghubungkan hangatnya dalam ruangan dengan dinginnya balkon, Jisoo bisa melihat bagaimana lebatnya salju dari sana.

“Kita ngapain?” Jungkook bersuara, membuat Jisoo teralih padanya dengan mendongak sebelum akhirnya Jungkook pun duduk tepat di sisinya.

“Hm, entahlah.” Jisoo sama sekali tak tahu apa yang harus dilakukan jika seperti ini. Rencana pertamanya hanyalah piknik, dan tak ada rencana cadangan yang terpikirkan olehnya.

“Kalau begitu, kita bicara saja.”

“Bicara apa?”

“Semua.” Jisoo menemui kebungkamannya dengan tatapan kebingungan yang sengaja ditunjukkan pada Jungkook. Ia masih perlu penjelasan di sini.

“Sebenarnya, kenapa kau bekerja?”

Kembali, pokok pembicaraan ini kembali dilemparkan Jungkook. Bungkam beberapa sekon menjadi pilihan Jisoo, saat pikirannya yang lebih dulu menjawab. Jisoo sebenarnya malas membicarakan hal ini lagi, namun ia tampak hendak memikirkan pula dari sisi Jungkook melihatnya. Bisa saja Jungkook penasaran, terlebih dengan sifat Jungkook yang tipikal cukup posesif sebenarnya.

RUMORSTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon