[08] Mine

11K 1.4K 98
                                    

Jisoo kembali ke kelasnya setelah menghampiri Jungkook untuk melampiaskan amarahnya. Ia ke kelas hanya mengambil tas miliknya, dan pergi dari sana. Ia pulang cepat hari ini atau mungkin membolos bahasa lebih tepatnya. Ia sama sekali tak berniat untuk mengikuti kelas dengan perasaan seperti ini. Yang ada ia akan berteriak ditengah-tengah pelajaran karena tak sanggup menahan emosinya lagi.

Jisoo berjalan menyusuri jalanan, toko-toko yang berjejer di sisi kirinya menjadi satu-satunya yang bisa ia lihat. Tak ada niat untuk menaiki bus dalam waktu dekat, ia masih ingin berjalan, menghilangkan gundahnya. Namun, baru beberapa ratus meter ia berjalan, sang nenek dapat ia lihat tengah berdiri di dekat pohon pinggir jalan.

“Nenek!” sedikit berteriak dan berlari pelan menghampiri neneknya itu.

“Ada apa, nek?”

“Sudah pulang? Kenapa cepat sekali?”

“Pelajaran dihentikan lebih awal, ada acara sekolah.” Jisoo tak mungkin jujur masalah ini, jika ia mengatakan membolos maka ia sangat yakin sang nenek akan kembali menariknya ke sekolah.

“Ah, begitu. Nenek hanya ingin memberikan kue beras ini pada pemuda tampan semalam.”

Jisoo menoleh sesaat menatap kotak yang dibalut kain putih itu.

“Lalu, kenapa berdiri di sini? Seharusnya langsung ke sekolah.”

“Mana mungkin aku datang, akan membuatmu malu saja.” Sang nenek terkekeh di sana, sedikit mengusap-usap tangan di pakaian lusuhnya.

Jisoo bergeming di sana, cukup mengejutkan alasan sang nenek. Ia tampak menahan tangisnya yang hampir pecah di sana, bola matanya kembali bergetar, menghasilkan bulir-bulir air mata yang mulai menumpuk di sana.

“Datang saja, siapa bilang aku malu? Besok-besok datang saja,” ucapnya sedikit lantang, berusaha tak menujukkan suaranya mulai parau akibat menahan tangis.

Sang nenek hanya tersenyum dan mengangguk pelan menatap Jisoo, tak lupa usapan lembut diberikan pada wajah mungil Jisoo.

“Sekarang kita pulang saja. Nanti akan kuantar saja ini, di sini dingin.” Jisoo menggandeng sang nenek dan kembali melangkah dengan kotak makanan itu beralih padanya.

***

Hari sudah gelap, waktu pun menujukkan bahwa kelas malam di sekolah mereka telah selesai. Berdiri di salah satu sudut parkiran dengan memegang kotak berbalut kain putih itu kini dilakukan Jisoo unuk menunggu Jungkook. Ia bisa saja berdiri di gerbang sekolahnya. Namun, ia tidak ingin menjadi pusat perhatian, entah itu karena ia akan bertemu Jungkook, atau karena saa ini ia pun tak mengenakan seragam.

Suara langkah yang cukup banyak mulai terdengar, Jisoo mulai membawa pandangannya ke arah gerbang utama. Para siswa berebut untuk segera bisa keluar dari sekolah mereka, dan Jisoo memasang mata elangnya di sana. Tak ingin melewatkan Jungkook. Tak lama, Jungkook terlihat tengah berjalan beriringan dengan Jimin.

“Jeon Jungkook!” serunya tak begitu lantang, tetapi cukup untuk didengar oleh Jungkook seorang.

Atensi Jungkook teralih—ke arah kirinya—dan ia bisa melihat Jisoo di sana. Tanpa aba-aba atau penggerak tubuh lainnya, ia langsung memutar langkahnya ke arah Jisoo. Melangkah dua kali lebih cepat menghampiri gadis yang memang sangat ingin ia temui saat ini.

“Ke mana?” Jimin yang sadar kepergian Jungkook tanpa pamit itu pun menoleh, dan bisa melihat bahwa Jisoo di ujung sana sebagai tujuan sobatnya itu.

“Aku duluan!!” teriak Jimin sebelum kembali melangkah.

Melihat Jungkook yang berjalan ke arahnya, Jisoo pun melangkah mendekat dan keduanya serempak berhenti kala jarak diantara mereka tak lebih dari tiga langkah. Jungkook sempat terdiam menatap Jisoo. Sedikit terpana mungkin, melihat Jisoo dengan kaos putih lengan pendek kebesarannya serta hotpants yang sedikit terlihat.

Cantik, pikirnya sesaat. Apa memang Jisoo secantik ini? Kenapa ia tidak menyadarinya. Terlebih, rambut Jisoo yang kini dibiarkan tergerai bebas menjadi poin utama di sini. Jisoo yang biasanya menguncir rambutnya jika di sekolah, dan kini ia seolah melihat sosok berbeda dari Jisoo yang sebelumnya ia lihat.

“Kue beras, nenek memberikannya padamu.” Jisoo kemudian langsung mengangkat lengan kanannya, menyodorkan kotak berlapis kain itu pada Jungkook, membuat Jungkook sedikit tersadar dari lamunannya menatap Jisoo.

Jungkook mengambilnya, dengan tatapan tetap berfokus pada Jisoo. Setelah berpikir tugasnya telah selesai, Jisoo pun berniat pergi dengan berjalan melewati Jungkook di sisi kanannya.

“Tak bisakah kau percaya denganku?” pertanyaan Jungkook sukses menghentikan langkah Jisoo saat gadis itu tepat berada di sebelahnya.

Jisoo kemudian memutar tubuhnya, hingga Jungkook pun ikut berputar, membuat mereka saling menatap kembali.

“Sebenarnya, apa hubungan kita?” Jisoo mendongak, menatap Jungkook langsung tanpa rasa takut atau terintimidasi dengan tatapan dingin Jungkook.

“Bukankah etika menjawab lebih dulu, bukannya bertanya balik.” Jungkook mengembalikkan sikap dingin serta arogannya.

“Pertanyaanmu  baru bisa dijawab saat pertanyaanku terjawab. Itu urutannya,” ujar Jisoo mempertegas setiap kata yang terucap dari bibir mungilnya.

Jungkook menghela napasnya, ia mengalah kali ini.

“Bukankah kita menjalin kasih? Kau kekasihku!” Jungkook mulai sedikit emosi di sana, ia yang tak biasa mengalah, kini ia lakukan demi kelancaran dialog mereka.

Jisoo menyeringai, tersenyum sinis seolah menganggap remeh ucapan Jungkook barusan. Jungkook sedikit tercengang, melihat bagaimana Jisoo bisa menyeringai seraya menatapnya.

“Kenapa? Kita tak saling mencintai, tidak! Kita bahkan tak saling mengenal. Aku bahkan tak memiliki nomormu, ini yang kau sebut menjalin kasih?”

"Lee Jisoo!"

"Aku mohon! Hentikan semua ini! Biarkan aku melalui hariku seperti biasa. Aku sama sekali tidak tertarik ikut dalam permainan ini. Aku—"

"Ini bukan permainan! Ini—"

"Lalu, apa?!"

Jisoo dan Jungkook benar-benar larut dalam dialog penuh emosi saat ini. Tak ada nada rendah di sana. Saling menyahut dengan nada tinggi, tak ingin menunjukkan kelemahan masing-masing.

Napas kasar yang menggebu-gebu menjadi jeda di sana. Tatapan tajam dan dingin keduanya menjadi senjata cadangan kala bibir berhenti berucap. Dada yang naik turun serta hawa panas yang keluar dari hidung mereka menunjukkan aura kemarahan oleh keduanya.

"Akh mohon sekali lagi, hapus rumor murahan itu dan hentikan permainan ini."

“Ini bukan permainan lagi, sejak kita berciuman. Seperti ini ....”

Tukk!!

Kotak makanan itu jatuh saat Jungkook meregangkan genggamannya. Saat itu pula ia mendekat dengan cepat, mencium bibir Jisoo dengan meraup wajah mungilnya itu. Ciuman itu terjadi begitu cepat hingga Jisoo bahkan tak bisa melihat apapun, sampai bibir lembut dan hangat milik Jungkook terasa di bibirnya.

Wajah Jisoo sudah berada dalam genggaman tangan kekar Jungkook saat ini, bahkan kepalanya sengaja sedikit didongakkan oleh Jungkook agar mempermudah aksi pemuda yang kembali menciumnya secara sepihak ini.  Jisoo tampak terdiam, ia seolah membiarkan Jungkook melakukan semua itu. Ia sudah lelah saat ini.

Jungkook kemudian melepas kecupannya itu, belum menjauh dari wajah Jisoo—masih meraup wajah Jisoo—ia berucap, "Kau sudah milikku sejak bibir ini merasakan bibirmu. Rumor itu sudah menjadi nyata sejak aku membelamu di kantin. Kau kekasihku."

Jungkook menatap mata Jisoo kala mengucapkan hal itu. Jarak pandangan yang sangat dekat itu, bahkan tak lebih dari 5 senti membuat Jungkook kembali menjatuhkan bibirnya pada bibir Jisoo.

Kali ini, tak hanya memberi kecupan di bibir Jisoo, Jungkook mulai meraup bibir Jisoo pelan dan lembut. Manis, ia bisa merasakan manis di bibir gadis ini. Manis yang tak pernah ia rasakan, bahkan di bibir gadis lain. Sedangkan, Jisoo hanya terdiam di posisinya tanpa ekspresi.

To Be Continued

Sorry for typo(s)
Thank's for reading and
Keep voment~^^

RUMORSWhere stories live. Discover now