Fate-11

6.6K 402 3
                                    

Apa kita adalah takdir yang telah Tuhan atur?

-Davi Exavario

🍁🍁🍁

Seperti hari sebelumnya, Zelda berangkat ke kampus bersama Davi.

Pagi ini laki-laki itu tidak bicara, dia hanya fokus mengendarai mobilnya dengan kecepatan standar.

Mereka membiarkan diri berdiam tanpa suara, hanya radio dan deru mesin mobil yang mengisi keterbungkaman di antara keduanya.

Hingga Davi mengeluarkan satu kalimat tanya yang membuat Zelda dilanda gugup, "Besok udah hari pertunangan kita, kan?"

Zelda mengangguk bersama degup jantungnya yang bekerja di luar kendali. Perempuan itu merasa beruntung akan dua hal, pertama; Davi yang lebih dulu membuka suara, kedua; Davi mengingat hari pertunangan mereka.

"Lo gak ngerasa aneh dijodohin?" Davi sedikit melirik Zelda, perempuan itu menggeleng dengan senyum tulus.

Davi tersenyum sinis, tak lagi melirik Zelda. Kini tatapannya lurus ke jalanan, saat lampu lantu lintas berubah warna merah, laki-laki itu mengerem mobilnya.

Suasana canggung melingkupi Zelda, jalan macet seolah tak dirasakannya. Dia merasa ada yang kurang beres.

Lampu lalu lintas berubah jadi warna oranye lalu hijau, Davi menginjak pedal gas, kembali melajukan mobilya di tengah hiruk pikuk jalan raya.

Bunyi klakson pengendara lain menambah bisingnya jalan yang ramai.

Saat tiba di  depan FEB, Davi memberhentikan mobilnya.

"Lo turun di sini aja." Davi tidak mau membawa Zelda sampai ke parkiran, karena pastinya akan banyak desas-desus yang memperbincangkan tentang dia dan Zelda.

Laki-laki itu paling malas menjadi bahan gosip cewek-cewek rempong di kampusnya.

Zelda mengangguk, perempuan itu membuka pintu mobil kemudian turun dari mobil hitam Davi.

"Bawa obat lo, kan?" tanya Davi, melihat Zelda yang tengah berdiri memandang bangunan tinggi itu.

Zelda mengangguk, dia langsung melangkahkan kakinya tanpa pamit terlebih dulu pada Davi.

"Gak sopan amat tuh anak." Davi mendengus melihat punggung Zelda yang sudah menjauh.

Sejenak Davi termenung dalam mobil, entah memikirkan apa.

Beberapa detik berpikir, laki-laki itu mengambil ponsel rose gold di dushboard mobilnya.

Dia mencari satu nomor dan langsung menekan tombol hijau.

Panggilan langsung terhubung dengan perempuan yang di seberang sana.

"Halo, Ran, ketemuan yuk." Ajak Davi, langsung to the point.

"Sekarang?" Rani yang sedang menyetrika menaruh ponselnya di meja dan menekan tombol speaker.

"Sore, gue butuh bantuan lo, nih."

"Oke. Gue tunggu lo di tempat biasa."

Setelah menjawab 'oke', Davi mengakhiri panggilan secara sepihak.

Laki-laki itu memutar matanya, menjelajahi area parkiran yang sepi, karena para mahasiswa baru dan panitia sudah terlebih dulu ke ruang aula FEB.

Dia menghembuskan napas berat, sebelum keluar dari mobilnya dan melupakan semua yang telah terjadi.

The Fate (Completed)On viuen les histories. Descobreix ara