Part 40

2.8K 197 20
                                    

Sudah direvisi.

🌸🌸

Ketika Elang mendapat balasan pesan jika Alika pulang bersama Bagas, ia telah menerima sebuah firasat jika saat ini, keadaan tidak lagi baik. Elang pikir, keputusan Alika untuk pulang bersama Bagas adalah pilihan yang sangat tidak tepat.

Maka dari itu, Elang memutuskan untuk menunggu mobil Bagas keluar dari sekolah. Elang berpikiran ingin mengikuti Alika, memastikan jika Bagas mengantarkan pacarnya dengan selamat sampai rumahnya.

Namun, ketika mobil Bagas tidak lagi mengikuti arah rumah Alika, saat itu pula firasat yang sedari tadi Elang rasakan semakin kuat. Firasat jika Alika dalam keadaan bahaya. Jantung Elang memompa dua kali lebih cepat dari biasanya. Kakinya cekatan menginjak pedal gas, mengejar mobil Bagas yang semakin melaju dengan kecepatan tinggi.

Elang tidak lagi memikirkan keselamatan dan etika berkendara ketika melihat mobil Bagas semakin hilang dari pandangannya. Pikirannya semakin menggila ketika melihat mobil yang ia ikuti keluar dari jalan protokol dan berbelok memasuki jalanan yang sepi dengan sedikit orang yang berlalu lalang di sana.

Pikiran Elang melayang pada gadis yang sedang berada di dalam mobil Bagas. Apa yang akan dilakukan Bagas pada gadisnya?

Elang mengumpat sejadi-jadinya ketika mobil berwarna putih itu hilang dari pandangannya. Kecepatan laju mobil Elang ia turunkan, buru-buru ia merogoh kantong seragamnya untuk mengambil ponsel. Membuka sambungan GPS yang menjadi satu-satunya cara ia terhubung dengan Alika.

Elang ingat, ia pernah menyambungkan GPS ponselnya dengan GPS ponsel milik Alika. Hanya untuk berjaga-jaga jika Alika tidak berada di sampingnya. Dan benar, kan, saat ini setidaknya kelakuan posesif Elang berguna untuk Alika.

Kembali umpatan terlontar dari bibir Elang ketika melihat jarak Alika sangat jauh dari dirinya. Mobil Bagas melaju dengan kecepatan tinggi, dari yang Elang lihat, Bagas membawa Alika ketempat yang jauh dari pemukiman.

Elang kembali melajukan mobilnya, mengemudi dengan tidak memperhatikan peraturan berkendara. Setidaknya, jalanan ini lenggang untuk dipakai kebut-kebutan. Elang menginjak pedal gas dalam-dalam. Ia tidak memikirkan lagi mengenai dirinya, yang penting sekarang adalah gadisnya.

"Anjing!" Elang memukul setir mobil keras-keras ketika melihat GPS di layar ponselnya menunjukkan mobil Bagas telah berhenti. Di sebuah jalan yang berada di tengah hutan. Dada Elang semakin bergemuruh. Jantungnya memompa dengan cepat mengalirkan darahnya naik ke kepala. Otaknya tidak lagi bisa berpikir dengan jernih.

Jarak Elang semakin dekat dari mobil Bagas, tinggal beberapa meter lagi. Hingga akhirnya mobil yang ia kendarai telah berhenti dan terparkir sembarang di sebelah mobil Bagas. Elang tidak ingat lagi bagaimana caranya ia berhenti, keluar dari mobil, dan berjalan mendekati mobil Bagas ketika yang ia dapati di dalam mobil sana, Bagas sedang melakukan perbuatan yang sangat tidak manusiawi di mata Elang.

Dengan kemarahan yang telah sampai ke ubun-ubun, Elang membuka pintu mobil Bagas dengan kasar. "Bangsat!!!" teriak Elang. Lalu entah bagaimana caranya, dalam hitungan detik Bagas telah menjauh dari Alika yang sedang ia himpit hingga menyentuh pintu mobil. Berpindah di hadapan Elang, lalu kurang dari dua detik badannya telah menghantam keras badan mobil sebelah kiri hingga membuat ia meringis kesakitan.

Entah bagaimana Elang mendapatkan kekuatan, tapi melihat gadis yang ia cintai diperlakukan dengan sangat kurang ajar seperti itu membuat Elang naik pitam.

Elang tidak memikirkan lagi bagaimana cara menghancurkan wajah Bagas saat ini. Biarlah itu ia lakukan nanti. Setidaknya Bagas telah meringis kesakitan akibat kerasnya benturan tubuhnya pada mobil hingga membuat pelipisnya robek.

My Possessive Brother AffectsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang