Part 37

2.5K 178 25
                                    

Sudah direvisi.

🌸🌸

Dua minggu sudah Alika dan Elang menjalani hubungan Backstreet. Dan selama itu pula, tidak ada masalah serius dalam hubungan mereka. Semua berjalan mulus, dan semua bisa ditutup dengan rapat tanpa ada satu pun orang luar yang tahu mengenai hubungan mereka.

Mungkin ada beberapa yang bertanya mengenai kedekatan mereka, contohnya Alexi dan Arkana. Tapi beruntung, Elang punya banyak cara untuk mengalihkan perhatian mereka berdua.

Misalnya kemarin, saat Alika tidak sengaja memanggil Elang dengan sebutan El di depan teman-teman Elang, mereka jadi heboh sendiri. Katanya, "Jiah, udah segala pake panggilan sayang lagi." goda Alexi. Alika hanya berkata, "Biar beda sama kak Gilang. Gue gak tau bedain mana Lang-nya Elang, dan mana Lang-nya kak Gilang."

Yang dibohongi hanya iya-iya saja. Mungkin bagi mereka masuk akal, dan mungkin juga mereka sedang malas berdebat.

Saat ini bel istirahat kedua berbunyi. Alika masih di kelasnya, bergelut dengan buku dan pulpen untuk mencatat semua pelajaran Sejarah yang ada di papan tulis. Kebiasaan guru Sejarah-nya, tidak banyak menjelaskan namun langsung memberi spidol pada sekertaris kelas dan memerintahkan untuk menulis materi itu di papan tulis.

Alika telah menulis isinya hampir selesai, tinggal satu paragraf lagi sebelum sebuah suara menginterupsinya. Ia mengangkat kepala saat seseorang menyebut nama yang hanya satu orang memanggilnya seperti itu.

"Caca..." panggil Elang. Ia telah berdiri di samping meja Alika. "Haii.." sapanya saat Alika menampilkan senyumnya.

"Hai.." jawab Alika.

"Rajin amat?" Elang menarik kursi lalu duduk tepat di sebelah kanan Alika. Ia memperhatikan buku yang berisi penuh tulisan, juga memperhatikan Alika yang telah meletakkan pulpennya dan sedang memijat kecil jarinya.

"Biasa lah, pelajaran yang sering ngomongin masa lalu."

Elang tertawa kecil, mengulurkan tangannya menyentuh tangan Alika. Menarik ke depannya lalu memberi pijatan pada ibu jari dan jari telunjuk Alika. "Kenapa? Pegel ya?"

Alika sih, sudah biasa diperlakukan seperti ini oleh Elang. Tapi rasanya masih sama, masih menimbulkan gelenyar-gelenyar aneh pada syaraf tubuhnya. Elang menyentuhnya sangat lembut. Seolah kalau ia menggunakan tenaga sedikit lebih kuat, tulang tangan Alika akan remuk.

Dada Alika bergemuruh. Menatap sekeliling kelasnya yang kebetulan sedikit lengang. Hanya ada beberapa murid pendiam yang lebih memilih menghabiskan waktu istirahat kedua dengan belajar. Alika bersyukur tidak ada biang gosip di kelasnya.

"Hm." jawab Alika. Ia menikmati pijatan kecil Elang pada jarinya. Ia melupakan tulisannya yang tinggal satu paragraf.

"Ca.. Jalan, yuk." Elang masih setia memijat Alika. Sesekali mengelus lembut ibu jari yang lebih kecil dari jarinya itu.

Alika menatap wajah Elang. "Kemana?"

"Dilihat entar deh, asal lo iyain aja dulu."

Alika berpikir sebentar. "Cara izinnya gimana?"
Elang menghela napas berat. Salah satu ujian terberatnya orang yang pacaran sembunyi-sembunyi itu, ya mereka benar-benar harus sembunyi. Mau jalan pun, mereka seperti terkungkung. Tidak bisa ke sembarang tempat yang berpotensi bisa dilihat oleh orang yang dikenalnya.

Kadang Elang hampir frustasi menghadapi gaya pacarannya yang tidak bisa diketahui orang. Padahal, sumpah, Elang juga remaja biasa yang kadang ingin menikmati masa pacarannya dengan bebas. Maksudnya bebas di sini, bebas mengekspresikan rasa sayangnya.

My Possessive Brother AffectsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang