1. Kalung Keramat

Start from the beginning
                                    

"Jatoh kali, Cha. Atau tadi pagi lo lupa pake?" Meta juga membantu Icha mencari kalungnya.

"Nggak kok. Tadi pas lari masih ada di leher gue." Icha sudah kebingungan ketika tiba-tiba ia teringat sesuatu.

"Apa iya jatoh di lapangan?"
Tanpa aba-aba Icha dan Meta langsung berlari keluar dari toilet menuju lapangan.

--**--

Icha dan Meta membagi tugas. Icha mencari di lapangan di mana mereka berlari tadi sedangkan Meta mencari di lapangan basket. Icha sudah celingak-celinguk ke sana ke mari. Kalau perlu dia sampai ngesot di lapangan, tetapi kalung itu tidak ketemu juga. Icha juga mencari di bawah pohon mangga di mana ia tepar tadi. Nihil. Kalung itu tetap tidak ditemukan.

Akhirnya Icha memutuskan untuk menghampiri Meta yang sepertinya sudah frustasi akut.

"Nggak ketemu, Met?" tanya Icha dengan nada lemas. Meta menggeleng pelan.

"Gimana dong?" Meta tidak tahu bagaimana sejarah kalung itu, tetapi ia tahu jika benda itu sangat berharga bagi Icha. "Balik ke kelas? Pasti Bu Susi udah masuk kelas ini. Gue nggak mau dapet hukuman untuk kedua kalinya."

Icha menatap ujung sepatunya lesu. "Tapi gue nggak bisa balik kalau kalung itu belum ketemu."

Meta menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Di lain sisi ia ingin membantu Icha, tetapi ia juga takut dengan Bu Susi. "Ya udah kalau gitu..."

Belum sempat Meta menyelesaikan kalimatnya terdengar pengeras suara mengeluarkan bunyi gemerisik.

"Tes... tes... Pengumuman. Mohon perhatiannya pada seluruh siswa-siswi SMA Tunas Bangsa. Bagi yang kehilangan sebuah kalung, mohon segera ke ruang guru menemui Pak Tri. Sekali lagi. Bagi yang kehilangan sebuah kalung, mohon..."

Icha dan Meta saling berpandangan. Seperti sebuah koneksi 4G, dua gadis itu langsung berlari menuju ruang guru. Beberapa anak yang mereka lewati merasa heran dengan dua gadis yang berlarian seperti dikejar kucing garong.

Kalung gue. Itu pasti kalung gue.
Icha berlari secepat mungkin hingga dirinya tidak sadar sudah meninggalkan Meta jauh di belakangnya.

--**--

Icha menatap Pak Tri tanpa berkedip. Gadis itu menatap sebuah amplop yang ia terima dan wajah Pak Tri secara bergantian.

"Ini serius Pak? Saya nggak minta gaji sama Bapak lho. Kok dikasih amplop gini?" tanya Icha dengan wajah oon mirip Kang Idoi di sinetron Dunia Terbalik.

"Siapa yang ngasih kamu gaji? Kerja aja belum dapet gaji. Ngawur. Di dalam amplop itu ada kalung kamu." Pak Tri menunjuk amplop putih yang dipegang Icha.

Icha masih merasa heran. Ia menoleh pada Meta yang ada di sampingnya. Meta mengangkat bahunya.
"Kok Bapak bisa tahu kalau dalamnya itu ada kalung?"

"Tadi sudah saya lihat, diraba dan diterawang. Emang kalung kok isinya. Ada suratnya juga itu. Tapi kata si penemu kalung kamu, Bapak tidak boleh baca. Nanti Bapak kena sawan kalau berani ngintip." Pak Tri bergidik ngeri sedangkan Icha meringis mendengar penuturan Pak Tri.

"Bapak aneh ih." celetuk Meta. "Kalau gitu kami pamit, Pak. Permisi."
"Iya sana-sana, saya lagi sibuk."
Icha dan Meta keluar dari ruang guru dengan banyak pertanyaan di kepala mereka.

--**--

Icha diam-diam membuka isi amplop itu ketika jam pelajaran Matematika masih berlangsung. Tadi dua gadis itu sudah menjelaskan ke Bu Susi jika mereka mencari kalung milik Icha yang hilang. Meski dengan muka merah, Bu Susi mengijinkan Icha dan Meta duduk di bangku mereka.
Benar kata Pak Tri, isinya memang sebuah kalung dan selembar surat. Tapi ada yang janggal dengan kalung itu. Mendadak Icha kembali panik. Meta yang duduknya jauh dari Icha menangkap kecemasan di wajah sahabatnya itu.

"Lho liontinnya mana?" Icha mencari lagi di dalam amplop itu siapa tahu liontinnya jatuh. Tapi tetap saja tidak ada. Sialan. Ke mana sih?

Dengan gerakan cepat Icha membuka surat yang dibentuk menjadi origami kodok itu.

Teruntuk bidadari pemilik kalung cantik ini,

"Waduh, tulisannya jelek amat yah?"

---

Hai,  salam kenal.  Aku April di bulan Oktober. 😄 Gimana,gimana ceritanya? Garing banget kayak kripik atau renyah kayak rengginang?

Ditunggu banget vote, coment,  dan sarannya yah... 

Sampai jumpa hari Rabu.  😘😘

Xoxo,
April

MIMPI [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now