12| Moza patah hati

Začít od začátku
                                    

Di teras rumah aku melihat Kak Eghi tengah tersenyum ke arahku dan Kak Shila. Secara otomatis bibirku langsung melengkung ke atas menatapnya.

"Hai," sapanya ketika aku dan kak Shila mendekat kearahnya.

"Hai," sapaku dan Kak Shila bersamaan.

"Udah balik?" tanya Kak Eghi kepada Kak Shila.

Kak Shila menganggukkan kepala. "Iya," jawabnya.

"Katanya bakalan balik lusa?" tanya Kak Eghi lagi.

"Kan surprise."

"Oh," ucap kak Eghi singkat sambil tersenyum manis.

Aku melirik ke arah Kak Shila yang juga ikut tersenyum manis ke arah Kak Eghi. Bahkan, dia terlihat seperti malu-malu kucing. Mendadak perasaanku jadi tidak enak. Aku merasa ada yang aneh dengan mereka berdua.

"Oh ya, gue ada sesuatu buat lo," kata kak Eghi seraya berjalan ke arah kursi yang ada di teras. Kak Eghi mengambil boneka yang ia letakkan di sana.

Aku menatap boneka itu dengan tatapan tak percaya. Itu adalah boneka yang Kak Eghi beli bersamaku di mal beberapa hari yang lalu.

"Ini buat lo," kata Kak Eghi menyerahkan boneka Mini Mouse kepada Kak Shila.

Dengan senyum lebar dan kebahagiaan yang tidak bisa ditutupi, Kak Shila menerima boneka itu.

"Lucu banget! Makasih ya," balas Kak Shila.

"Masih ada lagi," ucap Kak Eghi seraya membuka tas punggungnya lalu mengeluarkan sebuah buku jurnal. "Buat lo."

"Apa ini?" tanya Kak Shila menatap Kak Eghi dengan bingung.

Kak Eghi memberi Kak Shila senyum kecil yang tampak manis di wajahnya. "Baca aja nanti," ucapnya ringan.

Kak Shila menganggukkan kepala tampak malu-malu.

Melihat Kak Eghi dan Kak Shila yang saling menatap dengan tatapan penuh sayang membuat hatiku terasa perih. Aku merasa sangat bodoh. Manusia paling tolol satu dunia. Bagaimana bisa aku tidak menyadari perasaan mereka berdua? Bagaimana bisa aku sebuta ini? Dan bagaimana bisa aku suka dengan cowok yang jelas-jelas menyukai kakakku sendiri? Dan aku pun yakin kakakku juga menyukai Kak Eghi.

Din! Din!

Suara klakson mobil dari arah depan rumahku membuat kami menoleh.

"Moz, lo udah ditungguin sama Dennis dari tadi," kata Kak Eghi seraya menunjuk mobil Dennis di depan rumahku.

Aku menganggukkan kepala dengan lesu. "Gue berangkat dulu," kataku sambil menundukkan kepala, tidak sanggup menatap kebahagiaan yang terpancar dari wajah Kak Shila maupun Kak Eghi.

Aku berjalan menuju mobil Dennis yang sudah berada di depan rumahku sejak tadi. Aku langsung membuka pintunya dan masuk ke dalam.

"Lama banget sih, Moz. Gue udah nunggu dari tadi," kata Dennis kepadaku.

Aku hanya bergumam menjawab ucapan Dennis seraya memasang sabuk pengaman.

"Omong-omong Kak Shila balik ya?" tanya Dennis lagi.

Aku kembali bergumam. Aku merasa tidak punya energi lebih untuk sekadar berbicara dengan Dennis. Hatiku terasa sakit. Rasanya seperti ada sesuatu yang hilang dalam diriku.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Dennis terdengar khawatir.

Aku hanya menganggukkan kepala sambil membuang wajah ke arah jendela di sampingku.

"Berangkat sekarang?"

"Hmm," gumamku tak begitu peduli.

Kemudian mobil yang Dennis kendarai mulai meninggalkan kompleks perumahan kami. Samar-samar aku mendengar Dennis mengajakku bicara. Tapi, perasaanku terlalu berantakan untuk sekadar menyahut atau membalas ucapannya.

Cinta Satu KompleksKde žijí příběhy. Začni objevovat