Tiga Puluh Tiga.

14.7K 491 32
                                    

Gimana imajinasi kalian? Hahaha.. Suka suka kalian lah.. Yang jelas, Happy Reading aja..😌😌

****

Andre Pov.
Selama ini aku hanya berangan angan dapat mendekap tubuh Mila tanpa perduli dengan perasaan Mila yang masih mencintai Aldi, mendekapnya dengan erat hingga dia tak akan bisa terlepas dari pelukanku.

Aku kira itu hanyalah sebuah mimpi kecil yang selalu membuatku tersenyum, tapi aku salah. Kini mimpiku menjadi nyata, yah!! Aku kini mendekap tubuh polos Mila, malam ini kami berdua menghabiskan malam dengan bergairah, kami tak perduli jika teriakan yang kami hasilkan membuat Mbok Srii atau bahkan Ayah Mila bangun dari tidurnya, karena aku yakin jika kamar Mila ini pasti kedap suara. Jadi sekeras apapun kami berteriak melepaskan apa yang kami rasakan tak akan terdengar dari luar.

Mila kini tidur di dalam pelukanku, aku tak tahu bagian mana yang membuatku sangat tergila gila dengannya, bahkan aku nekat mendekati Anna hanya untuk membuat Mila bahagia, dulu aku berfikir jika dengan melepaskan Mila untuk Aldi, maka aku akan bahagia. Karena senyuman yang Mila hasilkan adalah ketulusan, Tapi aku salah. Mila bukan mencintai Aldi dengan tulus, tapi karena obsessi.

Mila mengatakannya sesaat kita telah selesai dengan hal yang kami lakukan tadi, dia mengakui kesalahannya karena telah memutuskanku dan meninggalkanku dengan alasan yang 'Klise', menurutku juga sama. Alasan yang Mila katakan saat dia memutuskanku dan meninggalkanku.

Ku usap punggung polos Mila, ku coba agar tak tergoda dengan gesekan kulit kami, aku mencoba menahan gelora yang sedang ku rasakan sekarang, ku lihat jam di atas nakas masih menunjukkan pukul 02.00 Wib yang berarti kita sudah menghabiskan malam bersama kurang lebih Lima jam. Lima jam bersama kami gunakan bukan hanya sekedar melepas hasrat, tetapi juga mengobrol dan bercerita akan banyak hal. Hal pertama yang aku tanyakan adalah Apa sekarang kau telah mencintaiku? Pertanyaan bodoh itu ku lontarkan sesaat aku sudah melucuti baju yang Mila kenakan. Walau kehamilannya telah memasuki Usia Lima Bulan, dan perutnya sudah membesar, tapi itu tidak mengurangi kesexy'an tubuh Mila yang kini mulai padat berisi.

Pertanyaanku di jawab dengan Anggukan kepala Mila, dan saat itu pula kegitan yang seharusnya aku lakukan akan kutuntaskan. "Kau belum tidur?" tanya Mila saat dia melihatku melamun jawaban yang dia lontarkan tadi.

Aku tersenyum ke arahnya, dan menggeleng, "Belum.. Masih tak percaya jika kau sekarang bisa menerimaku dan mencintaiku." ujarku jujur dengan perasaan yang aku alami. Rasa tak percaya menyelimutiku, takut juga, takut jika aku akan menjadi sebuah alat buat Mila balas dendam dengan Anna.

Kulihat Mila tersenyum, senyuman yang tulus terukir di bibirnya, dia mengecup ujung bibirku pertanda jika pertanyaan yang ku lontarkan hanyalah sebuah lelucon. "Kau tersenyum?" kataku sesaat setelah dia mengecup ujung bibirku.

Dia mengangguk, "Iya, kau ini bodoh. Bagaimana bisa aku mencintai seorang pria yang bodoh sepertimu." ujarnya yang membuat dahiku mengernyit tak percaya.

"Kau memujiku, atau menghinaku?" tanyaku sambil menaikkan salah satu Alisku.

"Aku sedang memujimu, Sayang."

"Benarkah? Tapi kok terasa kau seperti menghinaku?" ucapku tak terima atas jawabannya. Tapi, walau sudah jelas jika jawabannya menghinaku, aku malah sedikit bahagia dia mengucapkan kata bahwa Dia mencintaiku. Hal itu cukup membuatku tertawa dalam hati dan tersenyum bahagia.

[Complete] Sad Weddingg Where stories live. Discover now