Delapan Belas.

21.5K 650 1
                                    

Anna dan Aldi sudah kembali ke Penthouse mereka berdua. Aldi sudah menjadi sosok yang berubah tanpa Anna minta. Aldi sekarang sering bersamanya, menemaninya, dan juga tak mau jauh darinya.

Setiap kali Anna bertanya Aldi hanya menjawab, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama dengan istriku. Alasan klise memang, tapi Anna tak memperdulikannya. Karena dia juga suka jika di samping Aldi.

"Kau kenapa berada disini?" ucap Aldi sambil memeluk pinggang ramping milik istrinya.

"Hanya menikmati angin sore saja." Anna memberi alasan sambil membalikkan tubuhnya agar menghadap Aldi. "Kau kenapa pulang jam segini?" tanyanya setelah dia menoleh ke arah jam dinding yang masih menunjukkan jam 15:38. Yang artinya seharusnya Aldi masih berada di kantor dengan tumpukan berkas yang ada di mejanya.

"Kenapa? Apa aku tak boleh sekali sekali pulang sore seperti ini?" tanyanya sambil memperpendek jarak antara dirinya dan Anna.

"Al, sudah katakan saja kenapa kau pulang jam segini?" tanya Anna sambil meraih Jas dan tas yang Aldi pegang.

"Aku lelah di kantor." ucapnya sambil melepaskan pelukan yang dia berikan ke istri kesayangannya. "Tadi Mila datang ke kantor. Dia meminta maaf dan aku tak mau memaafkannya." imbuhnya lagi sambil melonggarkan dasi yang dia pakai.

Anna terdiam ketika dia mendengar kata Mila. Anna memang masih membenci Mila, karena baginya Mila yang bersalah disini. Dia yang menyebabkan anaknya meninggal. Dan hal yang paling dia sesali ketika dokter menyatakan dia Hamil, dia tak merasakan apapun. Tak merasakan apa yang namanya ngidam, morning sick, dan sebagainya. Tanpa dia sadari Anna mengelus perutnya yang sudah rata kembali. Disini dia kemarin tumbuh dan hidup. Tapi kini,, aku sudah tak merasakannya lagi. Anakku!! Lirihnya.

Aldi yang melihat tangan Anna naik turun hanya bisa mendesah lelah. Dia tahu apa yang Anna fikirkan selama ini. Seminggu ini yang Anna lakukan hanya memandang keluar ke arah balkon rumahnya. Dia tahu apa yang Anna fikirkan tapi dia tak bisa menolongnya dan merasakannya. Karena Anna bukan orang yang mudah dia luluhkan. Dia saja bisa menyembunyikan perasaannya kepadaku bertahun tahun. Apalagi hanya masalah ini? Dia pasti akan menyembunyikannya lagi dariku. Pikirnya.

"Kau kenapa?" lagi lagi Aldi menyerah dan menghampiri Anna dan memeluknya dari belakang. Tangannya terulur untuk menghentikan aktifitas Anna yang begi Aldi menyakiti hatinya. "Ihklaskan sayang. Mungkin baby kita sangat dicintai oleh Tuhan. Jadi dia pergi mendahului kita." hanya ucapan itu yang bisa Aldi lakukan untuk menghibur Anna yang seperti sekarang.

Anna mengangguk, tapi dia menggigit bibir dalamnya agar isakannya tak keluar, tapi air matanya menetes dengan deras. "Apa baby kita bahagia disana?" tanya Anna dalam dirinya sendiri. "Al, aku harap ini akan terisi lagi. Karena aku ingin merasakan apa itu ngidam, dan apa itu melahirkan." ucapan Anna membuat Aldi terdiam, karena beberapa hari yang lalu dia menemui dokter kandungan yang menangani Anna ketika Anna keguguran. Dan itu membuat Aldi harus menahan hasratnya. Hasrat yang tak bisa dia bendung jika dia bertemu dengan Anna. Apalagi tidur seranjang dengannya.

Flashback

Aldi melangkahkam kakinya menuju ke ruangan dokter Susan yang kemarin membantu menangani istrinya. Tanpa basa basi ketika dia sudah berada di depan ruangan dokter spesialis kandungan itu langsung masuk ke dalamnya. 'Beruntung' pikirnya karena tak ada pasien di dalam.

"Ada yang bisa saya bantu?" ucap dokter Susan yang sedikit terkejut dengan kedatangan Aldi.

"Saya mau tahu. Istri saya boleh melakukan hubungan suami istri apa tidak? Setelah dia keguguran beberapa hari yang lalu?" tanyanya tanpa basa basi.

"Maaf, anda--"

"Saya Aldi. Yang beberapa waktu lalu datang ke sini dengan istri saya." ucapan Aldi membuat dokter Susan manggut manggut.

[Complete] Sad Weddingg Where stories live. Discover now