Dua Puluh Tujuh

15.7K 630 22
                                    

"Ketika hati telah lelah akan suatu hal, maka perpisahan adalah yang terbaik untuk di lakukan."

*****

Anna Pov

"Aku, Aku mau kita bercerai." ucapku yang membuat tubuh Aldi menegang. Yah, aku tahu jika Aldi sangat membenci kata Cerai, tapi aku sudah lupa untuk bertahan dengan semua sikap yang Aldi lakukan kepadaku.

Tentang dia yang seenaknya mencurigaiku tentang hubunganku dan Putra, dan terlebih dia sudah mulai main tangan denganku. Walau aku masih sangat, amat banyak mencintainya, aku tak perduli. Aku sudah lelah.

"Aku tak akan menceraikanmu." ucapnya dengan nada dingin. Inilah Aldi yang pertama kali aku kenal, dia dingin dan tak tersentuh. Walau kelembutan dan kehangatan datang dia tak akan goyah. "Kau dengar? Aku tak akan menceraikanmu!!" ucapnya lagi dengan membentakku dan berdiri dari posisi duduknya.

Ahh!! Kenapa dia susah sekali untuk mengontrol emosinya?. "Apalagi, Al? Apalagi kali ini? Kau ingin menyakitiku seperti apalagi? Apa belum puas kau menyakitiku selama ini?"

Aldi tak bergeming dengan ucapanku. Dia menatapku dengan tatapan marah. Kenapa? Kenapa dia marah seperti ini? Bukankah ini adalah keinginannya? "Kita tak akan berpisah Anna. Aku tak mau berpisah denganmu." ujarnya masih dengan suara dingin.


"Kenapa kau keras kepala seperti ini, Al?"

"Karena aku tak mau berpisah denganmu sialan." umpatnya. "Kau tak akan pernah bisa berpisah denganku. Aku tak mengizinkanmu untuk berpisah denganku, sekali kau sudah masuk dalam kehidupanku, aku tak akan mengizinkanmu keluar dengan seenakmu sendiri." serunya dingin dan meninggalkan ruang inapku.

Air mata ku menetes, bukan karena perlakuannya terhadapku. Tapi, karena hatiku yang masih mencintainya. Dan tak mampu buat melihat sorot matanya yang terluka atas ucapanku tadi. Aldi terluka, dan itu karena aku.

Ku usap kasar air mata yang menetes di pipiku, aku tak mau terlihat lemah. Aku harus bisa terlihat tegar dan tak terpengaruh atas apa yang Aldi lakukan. Walau dia berlutut di hadapanku aku tak akan menerimanya lagi. "Kau harus kuat, Anna. Yah, harus." ucapku menyemangati diriku sendiri.

Anggaplah aku kejam dengan apa yang aku lakukan kepada Aldi, tapi putar kembali bagaimana bertahannya aku dengan siksaan yang Aldi berikan. Walau bukan siksaan secara fisik, tapi dia menyiksaku tepat di hati. Melihatnya bercumbu dengan Mila tepat setelah seminggu acara pernikahan kami, jika kalian menjadi aku, apa yang akan kalian lakukan?

****

Jika Anna sedang bimbang atas keputusan yang dia ambil benar atau tidak, beda dengan Aldi. Dia kini berada di kantin Rumah sakit duduk bersandar di pojokan kantin. Merenungi atas apa yang dia lakukan kepada Anna selama ini. Apa tidak ada kesempatan lagi buatku? Tanyanya dalam hati.

Mungkin bagi Anna, kesempatan itu telah hilang. Bahkan sudah tak ada lagi, mengingat bagaimana kondisi emosi Anna dia tak mendapatkan kesempatan lagi. Tapi, jika dia bercerai dengan Anna, apa yang akan terjadi dengan anak mereka kelak?

"Yah, anak itu bisa menolongku." ucapnya dengan tersenyum. Dengan memberitahu Anna tentang kehamilannya, dia tak akan bercerai dengan Anna. Itu yang Aldi pikirkan.

Aldi melangkah meninggalkan kantin Rumah sakit dengan senyuman yang ada di sudut bibirnya. Dia bagaikan seorang penjudi yang memenangkan Lotre dengan jumlah besar.

[Complete] Sad Weddingg Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang