Tiga Puluh Satu.

15.2K 536 2
                                    

Aldi Pov.
Aku terlalu memikirkan kondisi Ayah, aku terlalu mencemasakan kondisi Ayah, dan sekarang aku melupakan istri yang saat ini sedang mengandung buah hati kami. Ntah kenapa saat aku memanggilnya Buah Hati, jantungku berdebar, dan berdetak sangat kencang, ingin rasanya aku selalu berada di samping Anna dan Buah Hati kami.

Tapi, aku tak bisa. Aku harus mengurus beberapa pekerjaan yang Ayah tinggalkan. Aku hanya mengirim beberapa orang untuk menjaga Anna dan bayiku. Sempat terfikir olehku, jika aku tak pantas menjadi suami Anna. Karena di saat seperti ini, malah Putra yang membawa Anna kerumah sakit. Ah, sial.. Aku selalu saja kalah cepat.

Aku masuk ke dalam ruang inap Anna, dan aku menemukan Anna yang dulunya selalu tertawa di sampingku kini dia menutup matanya, wajahnya pucat. Apa Anna sesakit itu mengandung bayi kami? Aku tak menemukan Putra disini, Anna sendirian. Aku duduk di samping Anna menggenggam erat tangan Anna yang tanpa Infus. Aku mengecupnya beberap kali, pertanda jika aku sangat menyesal karena telah menyetujui agar dia tinggal di Apartemen miliknya.

"Ann, cepatlah sembuh.." gumamku lirih tanpa melepas genggamanku yang berada di tangan Anna. Air mataku jatuh, karena memikirkan sakit yang Anna derita. "Cepatlah sembuh, dan tersenyumlah kepadaku." ujarku lagi sambil mengusap anak rambut Anna.

Gerakan Aldi, membuat Anna mengerjapkan matanya beberapa kali, "An, kamu sudah sadar?"

"Al, ini dimana?" Anna bertanya dengan suara seraknya.

"Kita di Rumah sakit, Sayang!!" Aldi menjawab sambil tersenyum. "Sebentar Sayang, aku mau panggil dokter dulu." ujarnya lalu meninggalkan Anna di atas tempat tidur.

****

Seorang wanita dengan dress selutut berwarna pink yang dia lapisi dengan mantel tebal datang ke Cafe tempat dia dan tunangannya bertemu. Tunangan yang selalu dia abaikan. Tunangan yang selalu dia menurut ketika dia berbuat seenaknya.

"Kau darimana?" tanya sang Pria sambil menyatukan jemarinya. "Kau bertemu dengan Aldi lagi?" pertanyaan yang tak di jawab oleh si wanita. "Jawab Mila." desisan sang pria membuat sang wanita menatap sang pria dengan tatapan kesal.

"Aku mau bertemu dengan siapapun itu bukan urusanmu. Jika kamu tak suka aku bertemu dengan pria selain kamu, lebih baik kamu pergi saja. Aku akan melakukan rencanaku sendiri." ujar sang wanita dengan tatapan sinis dan tajam.

"Aku bukannya tak suka. Hanya saja, aku meminta berhentilah kamu mengganggu kehidupan Anna dan Aldi lagi, mereka tak akan berpisah meskipun kamu mencoba memisahkan mereka sekalipun."

"Andre, aku tak butuh komentarmu!! Akan lebih baik jika aku bekerja sama dengan Putra dari pada denganmu. Dan ya, anakmu telah mati." ujar Mila dengan santai.

Andre menatap wajah tenang Mila. "A-apa maksudmu?" Andre bertanya dengan suara bergetar. "M-mati? K-kenapa? Bagaimana bisa?" tanyanya masih dengan suara yang sama.

"Yah, karena aku tak suka saja kau mencampuri urusanku!! Aku hanya ingin rencana yang aku buat sukses. Tidak ada kata gagal, maka dari itu, aku memutuskan untuk membuat anak yang aku kandung mati."

"Kau gila?? Demi seorang pria kau melakukan hal hina seperti itu?" teriak Andre yang membuat semua pengunjung menatap mereka dengan tatapan mencemooh dan bertanya-tanya. Andre tersenyum mengejek. "Yah, benar!! Kau akan melakukan apapun agar Aldi akan kembali kepadamu, baiklah. Lakukanlah!! Aku menyerah, bukan karena aku telah lelah dengan rencana kita, tapi aku lelah karena aku harus berhadapan dengan wanita yang sangat keras kepala sepertimu. Baiklah!! Aku pergi, lagipula kau sudah tak mengandung anakku lagi, jadi buat apa aku membantumu? Sekarang, kamu lakukan sesukamu." ujar Andre panjang lebar, lalu meninggalkan Mila di tempat tadi.

[Complete] Sad Weddingg Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu