Enam Belas.

22.2K 769 8
                                    

Di ujung kota terlihat wanita yang sedang berdiri di balkon apartemennya. Dia menikmati sensasi sore yang hangat dan tenang, dia tak menyangka jika dia bisa menjernihkan fikirannya sampai berjalan jauh di ujung kota Surabaya ini.

Anna, wanita itu tak terlihat sedih karena harus berpisah dengan Aldi, suaminya. Dia melakukan itu, agar Aldi bisa menyelesaikan masalah dengan Mila. Jangan kalian fikir jika Anna sudah tak mencintai dan menyayangi Aldi, asal tahu saja. Setiap hari dia selalu mendapat pesan dari Vio. Karena Vio lah yang Anna percayai dari beberapa teman Aldi.
"An. Aldi sakit, cepatlah kesini. Sudahi tindakan bodoh dan kekanakan seperti ini, Roy sudah pulang, dan dia sekarang lagi mengurus Aldi sambil terus mengumpatinya. Ayolah Ann, jangan terlalu egois. Aldi masih suamimu, aku beritahu Mila sudah tak akan mengganggu Aldi lagi. Please pulang, aku bisa yakin Aldi dan dirimu akan bahagia. Karena Mila sekarang ada di mansionku." Anna membaca pesan dari Vio membulatkan matanya. Mila di mansion Vio? Kenapa? Apa dia mencintai Mila? Tidak mungkin. Anna tahu akam type wanita yang Vio inginkan, dan itu bukanlah type seperti Mila.

"An, apa lo nggak kasihan sama Aldi?"

"Gue kasihan. Tapi, Mila akan tetap mengganggu aku dan Aldi jika Aku dan Aldi masih bersama. Lo tahukan bagaimana pshyconya Mila?"

"Gue tau. Tapi.."

"Sudahlah... Mhyt.. Gue kesini perlu menenangkan fikiran. Jadi gue harap lo tidak keberatan jika aku akan menetap disini sementara waktu."

"Gue nggak masalah, tapi kelakuan lo ini tuh kekanakan banget sayang!! Lo kira masalah lo dengan Aldi dan Mila akan begitu saja selesai jika lo pergi dari sisi Aldi? Enggak Ann. Gue tahu, Mila yang sudah membunuh anak Lo, bahkan saat lo tidak sadar jika lo mengandung buah hati Lo. Tapi, lo seharusnya tahu saja selama satu setengah bulan ini Mila sudah mendekam di dalam penjara, karena tuduhan percobaan pembunuhan kepadamu." ujar Mhyta dengan emosi yang meluap-luap karena tak tahan melihat sosok Aldi yang seperti itu. Menatap lurus ke arah kota berharap Anna datang kepadanya. "Lo harus pulang, An. Sebelum terlambat." ujar Mhyta penuh penekanan.

Terlambat? Kenapa? Ujarnya sendiri dalam hati. Tapi Anna tetaplah Anna. Yang keras kepala dan juga yang selalu konsisten dengan apa yang dia ucapkan. "Memangnya kenapa? Kenapa harus terlambat?" gumamnya pelan.

Drrtt... Drrttt...

Deringan Ponsel membuat Anna mengesampingkan fikiran tentang ucapan Mytha. Alisnya mengeryit saat nick name yang tertera di Ponselnya. "Indra.." sahabat terbaiknya itu sudah kembali lagi di Surabaya, setelah satu bulan lebih dia ke Jakarta karena mengurus perusahaan Ayahnya yang terbengkalai karena kelalaian orang kepercayaan ayahnya.

Anna menetralkan suaranya lalu menggeser Ponselnya yang berwarna hijau. "Ekhm, Hallo Indra.." ucapnya sedikit serak.

"Sayang, kau kenapa?" ucap Indra di seberang sana.

"Aku tak apa." ucapnya bohong. "Kau kapan kembali dari Jakarta? Kenapa tak menghubungiku?" ujar Anna kesal karena di saat Anna membutuhkan sosok Indra yang selalu ada di sampingnya untuk menghiburnya kala dia sedang sedih, tapi sosok itu hilang.

"Maafkan aku, An." ucap Indra menyesal. "Aku akan ke tempatmu. Berikan alamatmu, aku merindukanmu." imbuhnya lagi sambil menutup telfonnya.

Anna mengetik alamat tempat dimana dia berada. Anna berharap Indra datang secepatnya, karena dia sudah merindukan sosok Indra yang dia sudah anggap sebagai kakaknya.

*****

Aldi masih tak menyentuh makanan yang di bawakan oleh Roy, sahabatnya. Dia hanya memandang foto Anna yang ada di dalam dompetnya. Anna yang memakai dress hitam tanpa lengan selututnya dengan belahan dada rendah, hingga menampakkan kulit putihnya yang mulus tanpa cacat sedikitpun. "Anna.." lirihnya, dia hanya melihat foto itu tanpa banyak berkomentar, Anna wanita itu kini sudah menghilang lagi dalam penglihatannya.

[Complete] Sad Weddingg Where stories live. Discover now