Dua Puluh Empat

14K 480 0
                                    

"Kehidupan memang seperti ini, Bagaikan roda. Kadang suka, duka, dan juga ada air mata. Tapi percayalah di saat Air mata jatuh setetes, maka Tuhan akan memberikan gantinya yang sepadan dengan yang kita keluarkan." -Anna

*****

Anna berjalan melewati lorong Apartemennya, di tangannya terdapat beberapa bungkus plastik yang berisikan bahan makanan. Hari ini tepat Anna dan Aldi menjalani satu tahun Rumah tangga yang penuh liku. Dia ingin memberikan kejutan buat Aldi, Anna yakin jika Aldi melupakan hal ini. Walau sampai sekarang Anna masih belum juga ada tanda-tanda jika dia sedang mengandung, tapi Aldi tak pernah mempermasalahkannya.

Walau Aldi dan Anna selalu melakukan kewajibannya tapi Aldi sama sekali tak menyinggung Anak. Karena dia tak mau, Anna terbebani fikirannya karena satu pertanyaan. "Kapan kita punya Anak?"

Dia sadar jika dia menginginkan sosok Anak kecil di tengah keluarganya. Tapi, dia tak ingin memaksa Anna agar cepat hamil. Karena dia tahu jika Anna sekarang labil, dia selalu menangis jika melihat bayi yang masih berada di gendongan ibunya.

*****

Setelah dia tiba di Apartemennya, dia menaruh beberapa kantong plastik yang tadi dia beli di supermarket yang ada di depan Apartemennya. Jemari Anna yang lentik sedang menekan beberapa angka di layar ponselnya, dia merindukan Aldi, Suaminya.

"Hallo, Sayang!!" hanya butuh sepuluh detik buat Anna menunggu Aldi untuk menjawab panggilan darinya.

"Hm.. Kau sedang apa?" tanyanya dengan senyuman yang masih dia kembangkan di bibirnya.

"Aku baru saja selesai Meeting. Kau sendiri sedang apa?"

"Aku? Aku mau memasak." Anna menjeda ucapannya. "Kau mau aku buatkan apa?"

"Terserah apa yang kau masak akan aku makan. Kau sudah tahu apa masakan kesukaanku. Jadi, kenapa kau masih bertanya??"

Pipi Anna bersemu merah, dia merutuki dirinya sendiri. Kenapa dia bertanya? Dasar bodoh..
"Aku hanya ingin kau memilih dari beberapa masakan yang kamu sukai kau ingin makan apa untuk nanti malam?" Alibi yang Anna berikan tak ayal membuat Aldi tersenyum di ruangan kantornya.

"Apapun masakan yang akan kau hidangkan nanti malam. Aku akan memakannya." ucap Aldi dengan senyuman yang masih terbit di bibir merahnya. "Baiklah, Nyonya Prayoga, Abang Aldi sedang banyak pekerjaan. Jadi bagaimana kalau kita lanjutkan nanti malam saja pembicaraan kita?" Aldi semakin ketagihan untuk menggoda Anna. Andaikan dia sedang berada di rumah, dia pasti sudah mencubit gemas pipi Anna yang sedang merona karena godaan yang dia berikan.

"Hmm.. Baiklah, jangan lupa makan siangmu. Sayang!"

"Siapp Nyonya Prayoga!!". Setelah Aldi mengatakan itu panggilan pun terputus. Tapi senyuman masih Anna perlihatkan di sudut bibirnya.

Butuh waktu kurang dari dua jam Anna memasak makanan yang Aldi sukai. Dia memang selalu mencoba membuat Aldi terkesan. Dia memasak semua makanan yang Aldi sukai, dari Gurame pedas, Ayam bakar, Cap cay, Sop Buntut, Nasi merah, dan beberapa buah segar lengkap dengan Salad buah yang Anna buat membuat Meja makan yang bisa berisikan delapan orang itu tampak penuh.

Anna menata dengan senyuman yang masih dia kembangkan di bibirnya. Anna suka memasak, jadi jangan heran jika Anna dan Aldi jarang atau bahkan tak suka ke restoran. Karena bagi Aldi dia suka akan masakan Anna, jadi buat apa membuang uang hanya demi makan.

[Complete] Sad Weddingg Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang