Chapter 10

1.9K 129 3
                                    

Ku fikir kau telah berubah!
Tapi aku salah,
kau sama seperti dulu.
Selalu sulit untuk ku raih

***

Happy Reading :)

-o0o-

Karena mendapat dukungan dari Hanifa untuk mendekati Dareen lagi, hari ini Dyra mendukung Dareen yang sedang bertanding basket di salah satu sekolah yang kini menjadi lawan sekolahnya.

"Nanti kalau Dareen lagi istirahat, lo langsung samperin dia dan kasih dia minum. Atau apa aja deh terserah lo. Yang penting lo kasih perhatian ke dia." ucap Fanya saat melihat Dyra sedang serius menatap Dareen tanding.

"Lo juga jangan sampai gugub waktu ngomong sama dia Dyr." timpal Nadhia.

"Mending sekarang lo latihan dulu cara ngomong ke Dareennya. Biar nanti lo gak kehabisan kata-kata." lanjut Hanifa.

Dyra menarik napas panjang, "Bismillah," teman-temannya mengangguk mantap membuat Dyra menghela nafas lega.

Pandangan Dyra beralih ke Dareen yang baru saja memasukkan bola ke ring. Dyra berteriak histeris dan tersenyum bangga. Ia bangga karena Dareen begitu lihainya bermain basket. Ia yakin Dareen bisa membanggakan sekolah dengan prestasinya.

Waktu yang di tunggu-tunggu tiba, kini Dareen bersama tim lainnya sedang istirahat. Dyra bangkit dari duduknya dan memberanikan diri untuk menghampiri Dareen.

"Dyr, semangat!" ucap ketiga sahabatnya sebelum Dyra melangkahkan kakinya.

Belum sampai di hadapan Dareen, keringat dingin sudah turun membasahi wajah Dyra. Dyra mencoba mengelapnya menggunakan tissue yang ada di sakunya. Tinggal beberapa langkah lagi, rasa gugub mulai menghampirinya. Ia menghilangkan rasa gugubnya dan mulai menghampiri Dareen bersama tim-nya.

Namun sesampainya disana, Dareen tidak ada.

"Angga," panggil Dyra pada salah seorang tim basket Dareen.

"Iya? Kenapa Dyr?"

"Dareen, kemana ya?"

Angga mengedarkan pandangannya ke sekeling. "Bro, Dareen kemana?" tanyanya pada salah satu temannya.

"Oh, dia lagi ke toilet." jawab seorang teman Angga.

Dyra mengangguk mengerti, "Oke, makasih ya."

Dyra melangkahkan kakinya dan mencari toilet yang tak jauh dari situ. Ia akan mencoba menunggu hingga Dareen keluar. Belum jauh Dyra melangkah, kakinya terhenti saat melihat Dareen telah berada di hadapannya.

Wajah Dareen terlihat dingin seperti biasanya, bahkan Dyra melihat darah di sudut bibir Dareen.

Dyra menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. "Hai," ucap Dyra dengan senyum diwajahnya.

"Kenapa?" tanya Dareen cuek tanpa berbasa-basi.

"Gue, gue mau kasih ini buat lo." ucap Dyra seraya menyerahkan sebotol air mineral dan roti kepada Dareen.

Dareen mengangguk dan meraihnya dari tangan Dyra. "Thanks."

Dyra mengangguk.

Dareen pun langsung meneguk sebotol air mineral itu dan menaruh botolnya di kursi yang ada disebelahnya. Lalu menatap Dyra bingung.

"Lo kenapa ngeliatin gue kaya gitu? Ada yang salah dari gue?" tanya Dareen.

"Itu, bibir lo kenapa? Kok berdarah? Lo abis berantem?" tanya Dyra.

Angan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang