Chapter 6

2K 151 5
                                    

Suatu kebodohan bagiku adalah
Mencintaimu terlalu lama
tanpa berani mengatakannya.

***

Happy Reading :)

-o0o-

Hanifa, Fanya dan juga Nadhia berlarian mengejar Dyra yang sudah keluar kelas lebih dulu setelah bel pulang dibunyikan.

"Dyra!" seru Nadhia sembari berlari menghampiri Dyra bersama Fanya dan Hanifa.

Dyra menghentikan langkahnya dan menoleh, "Apa?" tanya Dyra dengan datar.

Nadhia mengernyit, "Lo itu pura-pura budeg atau emang budeg sih Dyr? Dari tadi di panggilin juga, malah jalan aja." gerutu Nadhia dan di timpal anggukan oleh Fanya dan Hanifa.

Dyra menghela nafas dengan kasar, "Iya-iya sorry." ucap Dyra.

Nadhia hanya memutar bola mata malas mendengar ucapan Dyra.

"Jadi gini Dyr, kita mau ke kantor bokap gue. Nah, abis itu langsung ke rumah Nadhia. Lo mau ikut gak?" tanya Hanifa.

"Sorry ya, kayanya gue gak bisa ikut deh." jawab Dyra dengan berat hati.

Fanya mengernyit, "Kenapa? ikut aja geh Dyr. Ah lo mah gak asik."

Dyra tersenyum, "Lain kali gue ikut deh." ucap Dyra lalu melangkah pergi meninggalkan Hanifa, Fanya dan juga Nadhia dengan penuh rasa tanya.

Dyra melajukan mobilnya dengan rasa malas, ia mendongak keluar melihat cuaca yang sepertinya akan turun hujan. Ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Tak peduli hujan akan turun. Toh ia ada di dalam mobil.

Dyra merasa sepertinya ada yang aneh dengan ban mobilnya. Ia memutuskan menghentikan lajunya dan turun untuk melihat apa yang terjadi.

Matanya membulat dengan sempurna saat melihat ban mobilnya bocor. Ia mengarahkan pandangan ke sekeliling dan tak ada satupun bengkel di tempat tersebut. Ia hanya bisa mengacak rambutnya frustasi dan menunggu orang baik yang mau menumpanginya. Berharap orang itu adalah Dareen. Namun itu semua hanya mimpi baginya.

Lima belas menit berlalu. Tak ada satupun orang yang menolongnya. Di tambah cuaca yang semaki gelap, membuatnya seperti ayam yang kehilangan induknya.

Dyra menoleh ketika sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya. Ia menatap mobil tersebut dengan sangat lekat, namun ia sama sekali tak mengenal mobil tersebut. Hingga seseorang turun dari mobil tersebut membuat Dyra menyeritkan kedua alisnya.

"Felda?" ucap Dyra begitu Felda berdiri di hadapannya.

"Lo yang sekelas sama gue tadi kan? Emm, Dyra. Iya. Nama lo Dyra kan?" tanyanya membuat Dyra semakin sebal dengannya.

"Emm, iya. Kita sekelas." jawab Dyra.

"Lo ngapain disini? Bentar lagi hujan." tanya Felda.

"Ban mobil gue bocor."

Mata Felda pun tertuju kepada ban mobil Dyra, "Wah iya, ya? Mending sekarang lo ikut gue aja."

'Enggak! Gue gak mau ikut Felda. Gue yakin pasti di dalem mobil itu ada Dareen. Gue gak mau liat kemesraan mereka. Enggak! Gue gak mau! Please jangan paksa gue!' umpat Dyra dalam hati.

"Felda, buruan. Bentar lagi hujan." teriak Dareen yang membuat Dyra menoleh ke arahnya.

'Tuh kan bener, ada Dareen di situ.' lagi-lagi Dyra mengumpat dalam hati.

Felda memperhatikan Dyra, "Hey, kok melamun? Ayo ikut mobil gue aja. Daripada lo sendirian disini. Bentar lagi hujan" bujuk Felda sembari menarik tangan Dyra yang membuat Dyra mau tak mau harus menyanggupinya.

Berkali-kali Dyra menatap Dareen dari balik kaca mobil. Hanya itulah cara agar ia dapat melihat wajah tampan Dareen. Karena saat ini ia duduk di belakang sendiri. Sedangkan Felda duduk di depan bersama Dareen. Awalnya Felda ingin duduk di belakang menemani Dyra. Namun ia batalkan karena Dareen lah yang memintanya untuk tetap duduk di depan.

Dyra mengalihkan tatapan ke sekeliling jalan yang rupanya telah di guyur oleh air hujan. Ia pun memikiran nasib mobilnya, namun ia baru ingat jika mobilnya akan di bawa pulang ke rumahnya oleh supir Felda. Tadi Felda lah yang menelpon supirnya untuk datang dan menyuruh untuk mengantarkan mobil Dyra setelah di perbaiki ban-nya.

"Fel," panggil Dareen membuat Felda dan Dyra menoleh ke arah Dareen.

"Iya Reen?" jawab Felda.

"Abis ini kita langsung ke kesana ya?" ucap Dareen.

Falda memutar bola matanya, "Udahlah Reen, gue gak mau lagi ke tempat itu."

Dareen menoleh kearah Felda, "Tapi Fel, ini demi kebaikan lo."

"Reen, lo sayang gue kan?"

Dareen mengangguk.

"Kalau gitu, lo turutin kemauan gue." lanjut Felda.

Sakit. Lagi-lagi rasa sakit yang Dyra rasakan.

"Karena gue sayang lo, makanya gue mau lo kesana Fel." ucap Dareen.

Dyra terlihat seperti orang bodoh. Ia tak mengerti apa yang di bicarakan oleh Dareen dan Felda. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi dengan Felda.

Dareen menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Dyra.

"Ini rumah lo Dyr?" tanya Felda.

"Iya. Thanks ya, udah nolong." ucap Dyra dengan senyum tipisnya.

Felda mengangguk, "Iya sama-sama. Kalau gitu gue sama Dareen pamit ya."

Dyra mengangguk dan mobil itu pun melaju bersamaan dengan air hujan yang tak henti-hentinya membasahi kota ini.

Dyra menatap mobil yang Dareen kendarai mulai menjauh dan hilang dari pandangannya. Ia berdiri dan tersenyum getir di bawah derasnya hujan.

'Keliatannya Dareen sayang banget sama Felda. Gue bisa apa? Ngakuin perasaan aja gak mampu.'

Tanpa ia sadari, air matanya pun turun membasahi pipinya yang sudah terkena air hujan.

Mang Udin yang baru saja keluar dan melihat Dyra berdiri di depan gerbang pun memutuskan berlari mencari payung. Lalu keluar menemui Dyra, "Non, Non Dyra kenapa masih di luar? Ayo masuk. Nanti Non Dyra sakit."

Dyra hanya tersenyum dan melangkah masuk.

-o0o-

Untuk menghargai karya, jangan lupa vote-nya ya ❤

4 September 2017

Prepti Ayu Maharani

Angan [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang