005

32.7K 1.6K 103
                                    


Carmila dan Aidan melambaikan tangan setelah sebelumnya mencium si bungsu Alea yang saat ini sudah mulai bersekolah di playgroup.

Rutinitas setiap hari Aidan sebelum berangkat bekerja adalah mengantar keenam putra dan putrinya ke sekolah, kemudian mengantar istrinya kembali ke rumah baru berangkat ke kantor. Namun ada yang tidak biasa pagi ini. Setelah mengantar istrinya pulang, Aidan tidak bergegas berangkat kerja. Ia mengintil di belakang istrinya yang berlari kecil memasuki pintu utama rumah Blackstone.

Merasa ada yang mengikuti, Carmila pun menoleh. Ia terkejut mendapati suaminya yang tengah berdiri di belakangnya sambil senyum-senyum sendiri seperti orang sinting. Carmila menaikkan kedua alisnya, heran. "Ada apa Kanda, ada yang ketinggalan?"

"Heeemm..." jawab Aidan sembari melangkah perlahan mendekati sang istri.

Carmila mengerutkan dahi melihat tingkah suaminya ini. "Apa yang tertinggal?"

"Kamu," jawab Aidan sambil cengengesan.

Carmila membuang napas, ia melirik jam besar di sudut ruang tamu. "Kanda, sudah jam berapa ini?"

Aidan mengedikkan bahu tanda bahwa dirinya tak peduli pada jam. Ia merangkul pinggang Carmila dan menarik istrinya itu agar lebih rapat padanya."Ikut ke kantor yuk?" bisik Aidan menggoda.

"Kanda, jangan seperti ini!" Carmila malu pada tukang kebun mereka yang sedang membersihkan halaman depan rumah karena saat ini pintu utama masih terbuka.

"Kenapa?" Aidan bertanya dengan nada tak suka.

"Ish, lepasin... malu ada Mang Jaja."

Aidan tersenyum sinting. Ia malah menarik tengkuk Carmila dan menciumnya dengan ganas, mengabaikan teriakan dan pekik tertahan sang istri. Aidan baru melepaskan ciumannya setelah Carmila megap-megap kehabisan napas. "Bibirmu makin manis Dinda," Aidan menjilat bibirnya, menikmati sisa rasa Carmila yang tertinggal di sana.

Carmila merengut. Wajahnya merah padam menahan malu dengan mata berkaca-kaca hampir menangis.

Aidan yang sudah hafal dengan sifat pemalu langsung menoleh ke belakangnya, ke arah halaman depan rumahnya, "Mang Jaja, mamang gak liat apa-apa kan?" Aidan bertanya sambil nyengir.

"Gak Den, Mamang gak liat," jawab Mang Jaja menahan senyum. Sudah menjadi peraturan di rumah ini, jika Aidan sedang bermesra dengan sang istri di sembarang tempat di rumah ini, semua pekerja yang saat itu kebetulan berada di sekitar mereka harus memalingkan muka. Tidak ada yang boleh mengintip apalagi melihat! Jika tidak, mereka harus bersiap-siap kehilangan kepala, ancam Aidan.

Aidan menunduk, menatap Carmila dengan ekspresi tanpa dosa, "tuh Mang Jaja gak liat kok."

Carmila mendengus pelan kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Aidan yang masih terus menatapnya dengan senyum sinting tersungging di wajahnya. Dasar suami edan!

Carmila pura-pura tidak mengetahui jika suami sintingnya itu masih mengekor di belakangnya. Ia tetap melakukan aktifitasnya seperti biasa, yaitu menyiapkan makan siang untuk anak-anaknya. Setelah memilih beberapa bahan makanan untuk diolah dari dalam kulkas, Carmila berjalan ke dapur sembari membawa sayur, ikan dan beberapa bahan lain dalam pelukannya.

"Dinda... temenin ke kantor," Aidan merengek seperti bayi sambil menarik-narik kuncir rambut Carmila.

"Kanda, jangan seperti anak kecil! Sudah jam berapa ini, nanti kanda telat?" Carmila mendelik ke arah Aidan sambil berkacak pinggang.

Aidan menaikkan alisnya dengan ekspresi mesum melihat istrinya berkacak pinggang. Sebuah ide gila melintas di pikirannya. "Dinda, coba deh masaknya gak usah pake baju, pasti lebih nikmat."

Aidan & Carmila (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang