3. Pernikahan

169K 7.5K 191
                                    

"Ehmm... lo mau minum?" Aidan bertanya canggung kepada Carmila.

"Ga usah," jawab Carmila singkat.

Aidan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung memikirkan cara untuk mencairkan suasana kaku antara dirinya dan Carmila, yang saat ini sudah resmi menjadi istrinya. Ia tahu saat ini Carmila masih sangat marah, tapi bagaimanapun juga, dirinya sudah berusaha bertanggung jawab. Lewat campur tangan kedua orangtuanya, akhirnya hari itu juga dirinya dan Carmila dinikahkan.

Aidan tau Carmila tidak siap dan tidak bisa menolak pernikahan ini. Tiba-tiba saja kedua orangtua Aidan masuk ke kamar perawatan Carmila bersama penghulu, wali hakim dan beberapa saksi. Mas kawin dan segala tetek bengek sudah dipersiapkan oleh Marina. Kalau sudah seperti ini bagaimana Carmila bisa nolak atau lari?

Mama Aidan memang kadang suka keterlaluan kalau sudah ada maunya, tapi Aidan tahu bahwa niat mamanya itu baik. Ia sendiri juga heran, kapan Mamanya mempersiapkan semua ini. Sekembalinya dari ruang tante Marisa, ia langsung digeret oleh keempat kawannya masuk ke kamar perawatan Carmila dan disuruh mengganti seragamnya dengan baju yang sudah mereka siapkan.

"Lo kenapa sih dari tadi diem aja?" Aidan merasa jengkel dengan kebisuan Carmila.

Masih tidak ada tanggapan dari Carmila.

"Lo marah sama gue? Ngomong dong!" Aidan menaikkan nada suaranya. "Lo sekarang sudah jadi istri gue. Mau gue apa-apain juga itu hak gue. Sudah sah, sudah halal. Gue paksa pun gak dosa..." Aidan berkata sambil menunjuk pada Carmila.

"Ka-kamu, mau a-apa?" Carmila ketakutan.

"Mau ngapain? Serah gue. Klo lo mau kita main diem-dieman, fine... gue pake cara lo." Aidan berdiri dari duduknya. Senyum licik tersungging di wajahnya. Ia berjalan mendekati Carmila, membuat gadis itu mengkerut di tempat tidurnya.

Sampai di samping tempat tidur Carmila, Aidan tertawa mengejek seraya menundukkan wajahnya di hadapan wajah gadis itu.

"Ja-jangan mendekat..." Carmila mendorong dada Aidan. Tubuhnya bergetar ketakutan membayangkan apa saja yang akan Aidan lakukan padanya. Air matanya pun mengalir deras.

"Sayaaang... Mama bawa....." Marina nyelonong masuk ke dalam kamar saat Aidan sudah hampir mencium kening Carmila.

"Mama ngapain sih? Ngerusak suasana aja!" Aidan buru-buru menegakkan badannya.

"Suasana apa? Mama cuma mau nengokin mantu Mama." Marina berkata cuek sambil berjalan menghampiri menantu kesayangannya. "Astaga...! Kamu kenapa sayang? Ada yang sakit?" Marina mengusap kepala Carmila dengan penuh sayang.

"Ta-tante..."

"Husst... gak boleh panggil Tante. Mulai sekarang panggilnya Mama... ngerti?"

"Ngerti Ma..." Carmila mengusap air matanya.

"Kamu diapain sama Aidan? Bilang sama Mama..." Marina melirik Aidan.

Carmila menggelengkan kepalanya pelan.

Marina menoleh ke arah sang putra dengan pandangan menyelidik, "kamu apain mantu Mama?"

"Belum juga diapa-apain, tadinya cuman mau cium dikit, keburu Mama masuk. Gagal deh." Aidan menjawab cuek. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa panjang. "Adaww... apa-apaan sih Ma? Sakit tau!" Aidan berteriak kesakitan saat Marina menjewer telinganya.

"Kamu dengar kan omongan Tante Marisa tadi? Carmila gak boleh dibuat stress."

"Iyaaa..! duh telinga Aidan bisa copot klo dijewer kayak gini... adaww... Mama! lagian Carmilanya belum diapa-apain juga."

Aidan & Carmila (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang