003

87.6K 4.5K 290
                                    


Alea 7 tahun

Carmila berdiri sambil berkacak pinggang. Aleron, Aldebaran, Aldevaro, Alden dan Aaro duduk di sofa berdempetan dengan kepala menunduk.
Tidak ada yang berani menatap sang Bunda jika sedang marah.

"Jelaskan! Kenapa semua teman Alea langsung pada pamit pulang?"

"Ya, mana Ale tau Bund.." jawab si sulung.

"Bohong! Kak Ale terus pelototin teman Alea kan?" Alea terisak.

"Ehh... enggak? Siapa yang melotot? Memang mata Kakak lebar, nih... liat!" Aleron mengelak dari tuduhan sang adik. Padahal kenyataannya memang dia membuat takut teman belajar kelompoknya Alea yang kebanyakan cowok. Modusnya saja belajar kelompok, padahal niatnya mau ketemua Alea!

"Huu... kakak bohong Bunda... semua jahat sama teman-teman Alea... huuu... kak Aaro nantang Raymond berkelahi, kak Alde nakutin teman-teman sama ular, kak Aldev juga... semuaaaa, Alea benci..." Alea mengadu pada Bundanya.

"Waduh! Jangan ngadu sembarangan dong, kak Aaro gak nantangin kok, kan kakak cuma bilang kalau mau naksir kamu, langkahin dulu mayat kita..." sanggah Aaro

"Ehh kak Alde cuma lagi kasih makan ular, kalau semua pada takut ya jangan salahin kak Alde dong!"

"Ngasih makan ular kan gak harus di dekat teman Alea...?!" Si bungsu makin keras menangisnya karena kelima kakaknya tidak ada yang mau mengaku salah.

"Emang kak Aldev ngapain? Kan cuma ngasah pisau doang?" Aldevaro juga tidak merasa salah.

"Diaaaam!" Teriak Carmila.

Carmila benar-benar dibuat pusing menghadapi keenam anaknya. Terutama lima putranya yang memang selalu menjahili si bungsu. Bukan hanya menjahili, kelima putranya selalu membuat teman-teman Alea tidak betah bermain di rumah mereka. Apalagi kalau teman Alea, cowok. Dia bakal di-bully habis-habisan oleh kelima putranya sampai pulang.

"Ale, kamu kan sudah besar, seharusnya kamu bisa menjaga dan memberi contoh yang baik untuk adik-adikmu!" Nasihat Carmila.

"Ale kan sudah jagain Alea tadi, Bund?" Aleron berkata tanpa merasa berdosa, "mereka ngerjain tugas juga Ale jagain kan?"

"Maksud Bunda bukan seperti itu?" Carmila habis kesabaran. Kelima putranya ini jeniusnya benar-benar mirip sang ayah. Dan jika diberi tahu adaaaa saja jawabannya.

"Alde juga jagain Alea tadi. Meskipun lagi sibuk kasih makan ular tapi Alde sambil perhatiin mereka kok Bund." Alde tak mau kalah dengan Aleron.

***

Alea 11 tahun

Aidan dan Carmila mengajak kelima putranya untuk menghadiri acara wisudah kelulusan SD Alea. Mereka semua berpakaian rapi. Aidan beserta kelima putranya mengenakan stelan jas berwarna hitam, sedangkan Carmila dan si bungsu Alea memakai stelan kebaya modern namun tidak pas badan. Karena Aidan beserta kelima A, akan protes.

"Lama banget acaranya dimulai?" Aaro protes. Ia sudah gerah dengan dasi yang terasa mencekik lehernya.

"Kita keluar dulu yuk.. jalan-jalan, cari udara segar." Alde mengusulkan.

"Gimana kak?" Alden bertanya pada Aleron. Karena apapun rencana mereka, keputusan final ada di tangan Aleron. Aleron menjadi semacam pemimpin untuk mereka semua. Aidan pun mempercayakan kendali adik-adiknya pada si sulung Aleron.

Aleron mengangguk, "boleh."

Mereka meminta ijin pada Aidan dan Carmila untuk keluar sebentar. Mereka berjalan beriringan dengan gagah. Siapapun yang melihat pasti terpesona. Postur tubuh yang gagah, wajah rupawan, ditambah nama Blackstone yang mereka sandang semakin menambah kesempurnaan mereka.

Aidan & Carmila (TAMAT)Where stories live. Discover now