Edisi Spesial : Dimana Azka?

45K 2.1K 255
                                    

"Tidak mungkin kalian tidak tahu apapun!" bentak Aidan. Ia menatap keempat sahabatnya, Damian, Tristan, Bian dan Ali. Namun tak ada satupun dari keempat sahabatnya itu yang memberikan jawaban memuaskan. "Ini sudah hampir setahun... dan kalian belum bisa melacak keberadaannya?!!!" Aidan menambahkan seraya menggebrak meja di hadapannya. Tak terasa air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Entah air mata marah atau duka.

Sesungguhnya masalah apa yang membuat seorang Aidan sampai begitu marah sekaligus sedih?

Ya, itu adalah karena Azka Wiwaha Sauca Nalarupa, sahabat baiknya yang sudah beberapa bulan ini menghilang.

Aidan sudah mengerahkan semua yang ia bisa untuk melacak dan mencari keberadaan sahabatnya itu. Namun sampai saat ini belum berhasil. Bahkan kedua orangtua Azka pun tidak mengetahui dimana keberadaan putra tunggal mereka itu. Sungguh, Aidan sangat takut jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Azka. Ia bersumpah tidak akan memaafkan siapapun yang berani mengambil Azka, sahabat baiknya dari sisihnya. Selama bertahun-tahun mereka bersahabat, belum pernah Azka pergi sampai sebegini lama, apalagi tanpa pemberitahuan. Selama ini mereka selalu bersama, ibarat satu tubuh, maka ketika salah satu tidak ada, sama saja dengan cacat.

"Kalian boleh pergi," ujar Aidan kepada keempat sahabatnya. Ia ingin sendiri dan menenangkan diri. Sedih pastinya. Meskipun tak pernah terucap, dirinya sangat menyayangi Azka. Tentu saja hatinya merasa terluka ketika mengetahui sahabatnya itu tak pernah ada lagi di sisihnya semenjak ia berada di rumah sakit sampai saat ini. Keempat sahabatnya hanya mengatakan bahwa Azka pamit pergi jauh untuk jangka waktu yang lama, tapi mereka tidak tahu kemana Azka pergi dan Aidan tak bisa menerima itu. Segera setelah ia tahu Azka pergi, ia memerintahkan kepada keempat sahabatnya untuk mencari dan melacak keberadaannya. Namun tak berhasil. Azka seperti raib ditelan bumi.

"Kanda..."

Aidan menoleh ketika mendengar suara seseorang yang selalu mampu menenangkan hatinya. Carmila. Ia mengulurkan tangan pertanda istrinya itu diminta mendekat. Setelah berada di sampingnya, Aidan memangku tubuh sang istri dan menenggelamkan kepalanya di dada sang istri. Runtuh sudah segala pertahanannya. Seorang Aidan menangis.

"Belum ada kemajuan?" Carmila mengusap lembut kepala sang suami yang hanya dijawab dengan gelengan kepala pelan. Ia tahu betapa suaminya begitu sedih mengetahui bahwa salah seorang sahabatnya pergi dan tak ada kabar sampai saat ini. Ia juga tahu, meskipun suaminya itu sangat arogan dan keras kepala, tapi dia sangat menyayangi semua sahabatnya dan tak pernah bisa jauh dari mereka. Itulah mengapa Aidan mempekerjakan semua sahabatnya di perusahaannya dan memberikan mereka jabatan-jabatan penting yang tak bisa Aidan percayakan kepada orang lain.

"Aku... akan melacaknya sendiri, jangan beritahu siapapun!" Akhirnya Aidan memutuskan bahwa dirinya harus mencari tahu semua kebenarannya sendiri. Ia merasa ada yang sengaja disembunyikan darinya. Karena tidak mungkin sahabat-sahabatnya yang lain tidak khawatir atau panik ketika tidak ada kabar dari Azka.

****

Aidan, tanpa sepengetahuan sahabat dan semua keluarganya kecuali istrinya tentu saja, mulai menyelidiki hilangnya Azka. Saat ini dirinya sedang berada di ruang CCTV rumah sakit bersama beberapa staf bagian CCTV. Ia berniat memeriksa semua rekaman CCTV di rumah sakit saat dirinya dirawat dulu.

Semua sahabat dan keluarganya mengatakan bahwa saat terakhir kali mereka bertemu Azka adalah di rumah sakit, ketika dirinya dalam kondisi kritis. Ada yang janggal. Keempat sahabatnya menjelaskan bahwa Azka pamit pergi saat dirinya masih dalam kondisi kritis di rumah sakit. Dan Aidan yakin sekali, itu tidak mungkin terjadi. Azka bukanlah sahabat yang akan meninggalkannya dalam kondisi seperti itu. Ia sangat yakin, ada sesuatu yang mereka sembunyikan terkait hilangnya Azka.

Aidan & Carmila (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang