004

36.1K 2.4K 215
                                    

Carmila mematut dirinya di cermin. Lama ia berdiri di sana sambil sesekali menghela napas berat. Kenapa? Karena kian hari tubuhnya kian bertambah melar. Dengan tinggi badan yang hanya seratus lima puluh delapan sentimeter saat ini berat badannya sudah mencapai tujuh puluh kilogram, padahal usianya baru dua puluh tiga tahun. Jadi bisa dibayangkan bukan seperti apa body-nya?

Malu sekaligus minder. Itulah yang ia rasakan setiap kali harus keluar mendampingi suaminya, Aidan atau saat menghadiri pertemuan orangtua di sekolah Aleron dan si kembar Aldebaran dan Aldevaro.

Awalnya Carmila sama sekali tidak mempedulikan tentang bobot tubuhnya yang terus bertambah. Setiap hari fokus pikirannya hanya untuk keenam anak dan suaminya saja. Ia tak sempat memikirkan tentang fitnes atau sekedar joging di pagi hari sekali pun. Waktunya sudah terkuras habis untuk mengurusi seluruh anggota keluarganya. Tetapi tadi, ketika menjemput si kembar di sekolah mereka, tanpa sengaja dirinya mendengar kisik-kisik dari beberapa ibu-ibu yang juga sedang menjemput buah hati mereka. Mereka mengatakan bahwa Carmila yang bodynya saat ini sudah menyerupai induk babi sama sekali tidak pantas bersanding dengan seorang Aidan Blackstone.

"Hah!" Carmila kembali menghela napas. Ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dwngan perasaan campur aduk. Mengapa Kandanya tidak pernah jujur dan mengatakan bahwa dirinya saat ini lebih mirip sapi daripada seorang istri?

Lalu apa yang harus dilakukannya sekarang? Mengikuti kelas fitnes, aerobic, pilates atau yoga juga tidak mungkin, karena suami sintingnya itu tidak akan pernah mengijinkannya ke luar rumah tanpa ditemani oleh putra putri mereka atau haeus menunggu sampai saat Aidan bisa libur. Tapi tidak bisa seperti ini terus, ia harus berusaha supaya bisa lebih kurus seperti saat masih gadis dulu.

Carmila mulai browsing mengenai cara-cara untuk menurunkan berat badan. Banyak cara yang ia dapat tapi kebanyakan terlalu rumit untuk dilakukan, mengingat dirinya juga tetap harus mengurus enam anak dan suaminya. Ia juga tidak mau mengkonsumsi suplemen untuk melangsingkan tubuh, karena takut dengan efek samping yang akan timbul.

Carmila terus mencari dan membaca beberapa testimoni untuk meyakinkan dirinya bahwa cara diet yang akan dilakukannya berhasil. Akhirnya ia pun menemukan satu cara. Sepertinya mudah, tidak terlalu banyak peraturan dan turunnya pun cepat.

Senyum merekah di wajah ayu Carmila. Ok, mulai besok diet sudah harus berjalan.

***

"Dinda, tidak makan?" Aidan menatap sang istri heran karena sejak tadi dilihatnya istrinya itu hanya meminum air putih saja.

"Nanti saja Kanda, tadi sudah ngabisin buburnya Alea." Carmila berbohong padahal dirinya sedang menjalankan diet, tapi tidak berani memberi tahu suaminya.

Aidan mengernyitkan dahi tak suka, "bubur Alea? Dan sejak kapan Alea makan tidak habis?"

"Ehh, i-iya tadi bikinnya kebanyakan, iya..." Carmila menjawab gugup.

"Dinda, kau tidak sedang diet kan?" tembak Aidan langsung tanpa basa-basi.

"Apa? Di- diet... tidaaak, mana mungkin hehhee..." Carmila mengusap keringat dingin di dahinya. Selalu seperti ini, interogasi Aidan sukses membuatnya gemetaran.

"Bagus, jangan bertingkah yang aneh-aneh, kasihan anak-anak!"

"I-iya..." Carmila menghela napas lega karena Aidan tidak melanjutkan interogasinya, "Ehh, Kanda ehh maaf, kalau mulai sekarang Kanda saja yang menjemput anak-anak gimana?"

Aidan menatap istrinya tak percaya. Ada apa sebetulnya, mengapa sikap Dindanya pagi ini tidak seperti biasa. "Memangnya kenapa?"

"Ehh, tidak... hanya... ehh..." Carmila bingung mencari alasan. Padahal seungguhnya ia masih teringat dengan kejadian kemarin ketika beberapa wali murid menggunjing dirinya.

Aidan & Carmila (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang