2. Ketahuan

167K 7.3K 303
                                    

            "Aidan... bangun!" Marina, Mama Aidan mengguncang tubuh putra semata wayangnya itu. Semalam Aidan tidak pulang ke rumah. Ada acara pesta ulang tahun sekolahnya yang diadakan di hotel milik keluarga Blackstone. Aidan ijin untuk tidak pulang dan menginap di hotel.

Marina sudah menduga, putra semata wayangnya itu pasti molor sampai siang dan melupakan bahwa mereka sekeluarga harus berangkat ke Bogor untuk menghadiri resepsi pernikahan salah satu keponakan Marina. Sejak pagi ia sudah mencoba menghubungi ponsel Aidan, tapi tidak diangkat. Ternyata putranya masih bergelut dengan selimut tebalnya.

"Aidan...! Cepet bangun! Papa sudah nunggu di bawah." Marina meletakkan tas berisi keperluan Aidan di meja, "Mama sudah bawakan baju ganti, sarapan juga sudah siap di meja." Marina mengoceh sambil mengeluarkan pakaian dan sepatu Aidan dari tas yang ia bawa.

Hening. Tidak ada tanda-tanda Aidan akan bangun.

"Ini anak ya, susah sekali dibangunin..!" Marina mulai tidak sabar dan menggoyang-goyang tubuh Aidan. Putranya itu hanya mengerang tak jelas, sebelum lanjut lagi tidur sambil mendengkur serta mengeratkan selimutnya.

Marina menghirup napas panjang. Ia menarik selimut Aidan, lalu menyentaknya ke lantai. Sesaat Marina hanya bisa terpaku di tempat.

"Aaaarrrggghhhh.....!!" Marina refleks berteriak begitu pulih dari rasa terkejutnya.

"Apaan sih, berisik banget!" Aidan mengumpat sambil menutup wajahnya dengan bantal.

"Ada apa Honey ?" Julian, Papa Aidan tergopoh-gopoh memasuki kamar ketika mendengar suara teriakan istrinya.

Marina menutup mata dengan sebelah tangannya. Sebelah tangan yang lain menunjuk ke arah tempat tidur. "Itu..."

Julian melihat ke arah yang ditunjuk istrinya. Ia pun sama terkejutnya seperti sang istri, tapi ia tetap berusaha mengendalikan diri. Sembari duduk di tepi ranjang Aidan, Julian membangunkan putra semata wayangnya itu.

"Aidan, bangun sekarang! Papa hitung sampai lima, sampai hitungan kelima kamu masih tidur, Papa anggap kamu sudah tidak perlu bergantung pada Papa dan Mama lagi, satu... dua..."

"Fine. Aidan bangun..." Aidan duduk bersandar ke kepala ranjang dengan satu tangan mengucek mata.

"Kamu tidak merasa ada yang aneh?" Julian bertanya dengan nada pelan namun tegas.

"Maksud Papa ap..." belum sempat Aidan menyelesaikan pertanyaannya, Marina sudah melemparkan handuk kimono ke arah Aidan.

"Pake itu dulu baru bicara!"

Aidan menunduk, menatap dirinya. Ia tersentak dan menoleh sampingnya. Dia tidak ada.

"Kemana dia?" Aidan bertanya pada kedua orangtuanya.

"Pakai itu dulu, bersihkan dirimu, baru kita bicara!" Julian berkata tegas.

***

"Apa yang kamu lakukan semalam?" tanya Julian tanpa basa basi.

"Melakukan apa?" Aidan pura-pura tidak mengerti.

"Kamu tau maksud Papa, Aidan! Sejak kapan?"

Aidan menundukan wajahnya, tak berani menatap wajah kedua orangtuanya.

"Seberapa sering kamu melakukannya?

Aidan masih diam.

"Jika pergaulanmu terlalu bebas seperti ini, sepertinya Papa harus mengambil tindakan tegas!"

"Ini sama sekali tidak seperti yang Papa pikirkan," jawab Aidan.

"Jelaskan!"

"Ini pertama kalinya Aidan melakukan ini, dan sama sekali tidak ada kesengajaan," Aidan membela diri, "Aidan tidak tahu mengapa, tiba-tiba saja semua terjadi."

Aidan & Carmila (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang