DUA PULUH LIMA : Anger

21.2K 1.2K 40
                                    

"Al.."

Jennie menuju ke kamar Alvin setelah dipersilahkan masuk oleh asisten rumah tangganya. Jennie membuka pintu kamar Alvin tanpa meminta izin dari si pemilik dengan memakai kunci cadangan. Jennie tidak peduli jika Alvin marah, dia terlalu khawatir untuk bisa memikirkan hal-hal sekecil itu. Jennie berjalan pelan mendekati Alvin yang meringkuk di tempat tidurnya.

"Al.."

Jennie memanggilnya lagi tapi masih tak ada jawaban. Alvin juga tidak menoleh ke arahnya. Posisi Alvin masih memunggungi Jennie.

"Alvin."

Sekali lagi Jennie memanggil dengan suara yang lebih keras. Tetapi hasilnya masih sama. Alvin tetap terdiam di tempatnya.

"Jangan kayak gini, susah nafasnya kamu nanti."

Jennie menarik selimut Alvin sama seperti yang pernah dilakukan lelaki itu di kamarnya. Yang berbeda, waktu itu Jennie langsung bangun dari pembaringannya sedangkan Alvin masih diam saja.

"Al, aku di sini."

Jennie mengguncangkan bahu Alvin perlahan, mencoba mendapatkan perhatian lelaki itu.

"Aku skip pelajaran biar bisa ke sini, kok malah kamu cuekin sih?"

Jennie berusaha untuk tetap berbicara dengan lembut. Bahkan dia mencoba mengajak Alvin bercanda. Senyum masih terukir di bibir Jennie, meski sebenarnya dia mati-matian menahan diri untuk tidak menangis sekarang.

"Sayang."

Jennie mengusap rambut Alvin dengan lembut agar lelaki itu mau menoleh ke arahnya.

"Kamu sakit?!"

Jennie sedikit berteriak ketika telapak tangannya menyentuh kening Alvin sesaat. Suhu tubuh Alvin lebih tinggi dari biasanya. Panas tubuh Alvin langsung merambat ke saraf-saraf tangan Jennie.

"Alvin!"

"Sayang?"

Akhirnya Jennie bisa mendengar suara Alvin. Meski dengan suara yang parau, setidaknya Alvin memberikan respon.

"Kamu sayang aku?"

Sangat amat jarang sekali.. intinya Jennie hampir tidak pernah memanggil Alvin dengan sebutan 'sayang' semenjak mereka pacaran. Beberapa kali mungkin karena keceplosan. Berbeda dengan Alvin yang sering melakukannya.

"Kita ke rumah sakit ya, Al?"

Jennie mengabaikan pertanyaan Alvin barusan. Di pikiran Jennie saat ini hanyalah membawa Alvin ke rumah sakit. Jennie takut jika Alvin kenapa-napa. Apalagi setelah mendengar cerita singkat soal keadaan Alvin semalam dari asisten rumah tangganya.

"Ayo kita ke--"

"Kamu sayang sama aku, Jen?"

Alvin mengintrupsi kalimat Jennie. Dia menghembuskan nafas panjang sambil memejamkan matanya sebentar.

"Apa kamu bahkan pernah sayang sama aku? Hem?"

Nada bicara Alvin begitu dingin lengkap dengan tatapan tajamnya. Menyeramkan tapi tersirat kesedihan. Kemudian Alvin menarik pergelangan tangan Jennie sehingga wajah mereka semakin berdekatan.

"A-al.."

"Kamu pernah mikirin aku?"

"Alvin.."

"Kamu pernah peduli sama perasaan aku?"

"Maaf.."

Akhirnya kata itu keluar dari mulut Jennie.

"Maafin aku, Al."

Possessive BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang