TUJUH : Jadian?

40.5K 1.7K 10
                                    

"Siap!"

Jam di kamar Jennie masih menunjukkan pukul enam kurang lima belas menit. Jika biasanya jam segitu Jennie baru siap-siap mandi maka di pagi hari yang cerah ini dia sudah siap berangkat ke sekolah. Bahkan wajahnya sudah cantik dengan quick make up andalannya yaitu pelembab, BB cream, bedak, dan liptint. Sudah cukup. Tidak perlu eyeliner sampai maskara. Dia harus segera berangkat agar bisa memilih tempat duduk.

"Nggak akan gue duduk sama lo lagi! Never!"

Jennie mengambil tasnya lalu segera pergi. Dia bahkan sudah memesan gojek untuk menghindari kemacetan. Dan mbak gojek pun sudah menunggunya di depan pagar. Jomblo sih ya nggak punya pacar yang nungguin gojek. Hahaha.

"Helmnya mbak."

"Oh ya." Jennie pun memakai helm yang diberikan oleh mbak gojek tadi dan naik membonceng di belakang. Ya mana mungkin kan bonceng depan? Dikira anak TK yang kalau naik motor minta duduk depan sambil melihat pemandangan. "Udah mbak brangkat."

Motor itu pun langsung meluncur di jalanan untuk menuju ke sekolah Jennie. Sebenarnya naik motor kurang nyaman baginya karena membuat roknya terbang kemana-mana. Apalagi roknya termasuk pendek maklum saja kan sekolah swasta.

Jennie sendiri tidak terlalu ambil pusing memakai rok pendek ke sekolah. Gue ini yang pakai ngapain orang lain yang repot, begitu pikirnya. Pergaulan di dunia model membuat pemikirannya jadi seperti itu. Memang lingkungan sangat berpengaruh bagi perkembangan anak bangsa.

"Makasih ya kak. Hati-hati di jalan. Hehe."

Jennie turun dari motor lalu melepas helm dan mengembalikannya kepada supir gojek itu. Dia tersenyum manis sambil melambaikan tangan kepada si mbak, tidak lupa juga mengucapkan terimakasih dan meminta supir itu untuk hati-hati berkendara. Jennie diajarkan untuk menghargai semua orang, tidak peduli apapun derajat sosialnya. Asalkan dia orang baik maka dia pantas diperlakukan baik juga.

"Iya, sama-sama mbak." Balas supir gojek itu sambil menundukkan kepala sekilas kepada Jennie kemudian pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Meski pergaulan Jennie di dunia model membuatnya terlihat seperti gadis nakal, ya.. dia itu kan suka memakai pakaian minim di depan umum. Khususnya saat melakukan cover dance apalagi dia melenggak-lenggokkan tubuhnya yang hanya tertutup sedikit kain. Kostum Black Queen kebanyakan adalah rok atau celana super pendek. Atasannya pun cukup terbuka, seperti mempertontonkan perut, punggung, bahu atas daerah dekat collarbone, dan paha yang otomatis terlihat ketika memakai rok pendek tadi.

Di negara yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran ini, terutama bagi orang-orang tua sangatlah cukup untuk melabeli Jennie sebagai gadis nakal ketika pertama kali melihat penampilannya. Dan jujur saja waktu awal-awal menjadi model, Jennie pernah masuk night club bersama model-model seniornya. Tentu saja karena tidak enak hati menolak diajak pesta, tapi dia tidak ikut minum alkohol kok palingan memesan jus atau soda.

Selain itu Jennie suka pulang malam. Meskipun sekarang sudah berkurang karena dia tidak seaktif dulu dalam menjadi model majalah. Mamanya yang menyuruh dia berhenti tapi tidak seratus persen didengar karena bagi Jennie flash kamera bagaikan kembang api tahun baru kesayangannya. Dia menikmati berpose di depan kamera. Oleh karena itu jika anak-anak klub fotografi meminta bantuan, Jennie akan melakukannya dengan senang hati.

Ngomong-ngomong soal mamanya Jennie yang menyuruh dia berhenti jadi model, hal itu adalah bukti bahwa ibunya tetap mengajarkan adat ketimuran kepada Jennie. Meskipun hasilnya tidak sesuai dengan keinginan beliau. Tapi Jennie tidak pernah melanggar batas-batas norma. Seks bebas, narkoba, bahkan rokok tidak pernah disentuhnya. Lingkungan pergaulan memang faktor dalam membentuk karakter seseorang, tapi pada akhirnya semua kembali pada diri kita sendiri. Jika kita memang berniat menjadi orang baik, maka kita akan berbuat baik pula.

Possessive BoyfriendWhere stories live. Discover now